26

239 31 2
                                    

Yeorin.

Aku berusaha untuk berada sejauh mungkin darinya, aku tidak berhenti sampai akhirnya berdiri menempel dinding di sisi lain ruangan.

Jimin mengikutiku masuk ke dalam dan menutup pintu di belakangnya. Tatapan matanya melihatku seolah Jimin ingin melahapku.

"Cepat. Bicaralah. Aku ingin kau pergi dari sini." Aku berkata padanya.

Jimin terlihat kaget ketika mendengar ucapanku. Aku tak akan membiarkan diriku untuk bersimpati padanya. Aku tidak boleh.

"Aku mencintaimu."

Tidak.

Jimin tak mungkin mengatakan itu. Aku menggelengkan kepalaku.

Tidak.

Aku tidak boleh mendengar semua ini. Jimin tidak mencintaiku. Jimin tak mungkin mencintaiku. Cinta tak mungkin berdusta.

"Aku tahu apa yang telah kuperbuat tidak mencerminkan ucapanku, namun jika kau mengijinkan aku untuk menjelaskan semua padamu. Ya Tuhan, Rin, aku tak sanggup melihatmu begitu menderita."

Jimin tidak tahu apa itu arti penderitaan. Dia tahu seberapa besar aku mencintai ibuku. Seberapa pentingnya ibu bagi diriku. Seberapa besar pengorbanan ibuku. Jimin telah mengetahui semuanya, namun dia masih tidak mengatakan padaku apa yang di pikirkan orang-orang itu mengenai ibuku.

Apa yang dia pikirkan mengenai ibuku. Aku tidak bisa mencintai. Dia. Atau siapapun yang menghina kenangan tentang ibuku. Aku tidak akan bisa untuk mencintai. Tak akan pernah.

"Apapun yang kau katakan tidak akan dapat memperbaiki semua ini. Wanita itu adalah ibuku, Jim. Satu-satunya kenangan yang mampu menyatukan semua kenangan indah di dalam hidupku. Dia adalah sumber dari setiap kebahagiaan dari masa kecilku. Dan kau..." Aku memejamkan mataku, tak mampu melihatnya. "Dan kau, dan... dan mereka... Kalian semua menghinanya. Kebohongan menjijikkan yang kalian ucapkan seolah itu adalah kebenaran."

"Aku menyesal kau mengetahuinya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengatakan padamu. Awalnya, aku melihatmu hanya sebagai sebuah produk yang bisa menyakiti Hyunji. Aku berpikir kau akan menyebabkan Hyunji lebih menderita. Masalahnya adalah, kau membuatku terpesona. Aku akan mengakui bahwa saat pertama kali aku melihatmu aku langsung tertarik padamu karena kecantikanmu. Itu sangat mengagumkan. Aku membencimu karena itu. Aku tak boleh tertarik denganmu. Namun percuma, Aku begitu menginginkanmu sejak malam pertama saat kita jumpa. Hanya untuk berada di dekatmu, ya Tuhan, aku bahkan mengarang sebuah alasan hanya untuk bertemu denganmu. Kemudian... aku lebih mengenalmu. Aku terhipnotis oleh tawamu. Itu adalah suara yang paling mengagumkan yang pernah kudengar. Kau sangat jujur dan penuh tekad. Kau tidak merengek atau mengeluh. Kau menerima semua yang terjadi di hidupmu dan berusaha untuk menghadapinya. Aku tidak terbiasa melihat hal seperti itu. Setiap kali aku melihatmu, setiap saat aku berada di dekatmu perasaanku mulai tumbuh." Jimin melangkah maju kedepan kearahku, namun aku mengangkat kedua tanganku untuk menahannya.

Aku menarik napas panjang. Aku tidak boleh menangis lagi. Jika Jimin ingin mengatakan semua ini dengan maksud untuk membuatku lebih hancur, maka aku akan mendengarkannya. Aku akan memberikannya kepuasan itu, karena aku tahu aku tak akan pernah dapat mendapatkan itu untuk diriku sendiri.

"Lalu pada malam kita keluar ke club. Setelah malam itu kau memiliki diriku. Mungkin kau tidak menyadarinya namun aku telah terikat olehmu. Dan tak ada jalan bagiku untuk kembali. Banyak hal yang ingin aku lakukan untuk membayar kesalahanku. Sejak kedatanganmu di rumahku, aku telah menempatkanmu di dalam neraka, dan aku membenci diriku sendiri atas apa yang telah kuperbuat. Aku ingin memberikanmu kebahagiaan. Tapi aku tahu... aku tahu siapa dirimu. Ketika aku membiarkan diriku untuk mengingat siapa dirimu sebenarnya, saat itu aku langsung menarik diri. Bagaimana bisa aku begitu tertarik dengan seorang gadis yang mencerminkan penderitaan untuk adikku?"

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang