54

245 25 2
                                    

-Yeorin-

Jimin tidur telentang dan menarik tubuhku padanya ketika aku baru saja kembali dari orgasmeku, yang aku sangat yakin sudah membuatku pingsan.

Aku berbaring di pelukannya dan menghembuskan napas lega. Dia membuat semua bagian tubuhku yang merasa amat sangat butuh disentuh bahagia. Lebih dari bahagia. Aku kelelahan dan aku menyukainya.

“Kupikir kau mungkin menghancurkanku,” dia tertawa kecil pada pelipisku dan menciumnya.

“Ku harap tidak karena ketika aku punya energi untuk bergerak aku ingin melakukannya lagi,” Aku menjawab semanis yang kubisa.

“Kenapa aku tiba-tiba merasa dimanfaatkan?” tanyanya.

Aku mencubit kulit yang menutupi perutnya. “maafkan aku, jika kau merasa dimanfaatkan tapi dengan tubuh seperti milikmu apa yang kau harapkan?”

Jimin tertawa dan berguling di atasku sebelum menutupiku dengan tubuhnya. Matanya berkilau saat dia menatapku.

“Jadi begitu?”

Aku hanya mengangguk. Aku takut jika aku mengatakan hal yang lainnya saat aku berbicara. Seperti kenyataan bahwa aku jatuh cinta padanya.

“Kau sangat cantik,” bisiknya saat dia merendahkan kepalanya untuk mencium wajahku seolah itu sesuatu yang dihargai.

Aku bukanlah seseorang yang cantik. Dialah yang indah tapi aku tidak mengatakannya. Jika dia ingin berpikir aku cantik maka aku akan membiarkannya. Tangannya menelusuri tubuhku, membuatnya berdengung oleh gairah.

“Apakah kau bangun setiap pagi seperti ini?” tanyanya dengan binar di matanya.

Aku bisa berbohong tapi aku sudah cukup melakukannya. “Ya. Terkadang di tengah malam juga.”

Jimin mengangkat alis matanya. “Tengah malam?”

Aku mengangguk.

Dia mengulurkan tangan dan menyingkirkan rambut dari wajahku.

“Bagaimana aku membantumu di tengah malam jika kau tidak bersamaku?” Suaranya terdengar begitu perhatian.

“Kau tidak ingin aku membangunkanmu untuk seks setiap malam,” kataku padanya.

“Yeorin, jika kau terbangun dalam kondisi bergairah aku ingin siap dan tersedia,” suaranya terhenti dan dia menyelipkan tangannya ke bawah untuk menangkup diantara pahaku, “Ini adalah milikku dan aku menjaga apa yang menjadi milikku.”

“Jim..” Aku memperingatkan.

“Ya?”

“Aku akan menunggangimu disini dan membuatmu orgasme jika kau tidak berhenti berkata seperti itu.”

Jimin menyeringai. “Itu bukanlah sebuah ancaman yang cukup menakutkan, Yeorin-a.”

Aku menoleh dan menyeringai, jam di samping meja di tempat tidurku menarik perhatianku.

Oh sial! Aku mendorongnya.

“Aku harus berangkat kerja dalam sepuluh menit,” Aku berteriak dengan tujuan menjelaskan.

Jimin menyingkir dariku dan aku melompat dari ranjang hanya untuk menyadari bahwa aku telanjang dan Jimin berbaring di ranjang menatapku yang sedang bingung dengan senyuman.

“Tolong abaikan aku. Pemandangannya menakjubkan dari sini,” katanya dengan seringai seksi.

Aku menggelengkan kepalaku dan meraih celana dalam bersih dan bra kemudian lari menuju kamar mandi.

.
.
.
.
.

“Kelihatannya seseorang sedang beruntung atau senyum bahagia itu dari semua donat yang telah kubawa?” Baekhyun mempermainkan nada bicaranya ketika aku berjalan memasuki dapur terlambat satu menit.

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang