Yeorin.
Jimin belum kembali.
Dia tidak menjawab panggilan atau pesanku. Aku sudah berada di dokter selama lebih dari empat jam dan dia belum memberiku kabar. Bayiku baik-baik saja tetapi dokter mengatakan bahwa aku perlu istirahat, minum lebih banyak, dan menghilangkan stres.
Langkah selanjutnya adalah istirahat di tempat tidur jika aku tidak mematuhi ini. Tetap di sini dan berurusan dengan Hyunji tidak akan membantuku.
Aku harus pergi.
Aku melirik ponsel untuk memastikan bahwa aku tidak melewatkan panggilan sejak terakhir kali aku memeriksanya tiga menit yang lalu. Aku mencoba untuk tidak khawatir tentang Jimin. Aku perlu mengurangi stresku. Bayiku membutuhkanku.
Eunbi begitu pendiam di dalam mobil. Aku tahu dia tidak tahu harus berkata apa. Jimin tidak pernah muncul atau menelepon. Eunbi juga mencoba meneleponnya. Keheningannya adalah yang kubutuhkan. Aku tidak ingin membicarakannya.
Kembali ke Busan kedengarannya tidak menarik. Saat ini aku juga menginginkan jarak dari Jimin. Busan hanya akan membuatku merindukannya dan memikirkannya.
Ketukan di pintu kamar ke pikiranku dan aku membukanya. Paman Park berdiri di sisi lain tampak lelah.
"Jimin menelepon Yonghwa hyung dan dia memberi tahu kalau ibunya akan datang ke sini. Kita harus menunggunya. Tidak yakin berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk sampai di sini atau di mana dia akan tinggal. Aku hanya berpikir kau mungkin ingin tahu bahwa ratu jahat sedang dalam perjalanan ke sini."
Hanya itu yang kudengar dari Jimin yang menelepon. Sisanya tidak penting.
"Kapan Jimin meneleponnya?" aku bertanya.
"Kira-kira satu jam yang lalu. Dia baru saja memberitahuku."
Jimin baik-baik saja. Dia memiliki teleponnya. Jimin hanya memilih untuk tidak menanggapiku. Sekali lagi aku dihadapkan pada kenyataan brutal bahwa Hyunji lebih penting. Aku mengangguk dan menutup pintu.
Aku menelusuri daftar kontak sampai aku menemukan nomor ayahku. Dia menjawab pada deringan kedua.
"Yeorin?" Suaranya yang terkejut hanya mengingatkanku betapa sedikit aku menelponnya. Aku bisa mendengar angin dari kapalnya.
"Ayah. Aku harus pergi. Bisakah aku datang berkunjung?" Tanyaku menolak menangis.
Aku telah menelepon seperti ini sekali sebelumnya dan meskipun dia mengecewakanku pada akhirnya ku pikir aku telah menemukan kebahagiaan sejati. Aku tidak yakin lagi.
"Tentu saja. Apa ada yang salah?"
"Aku tidak tahan lagi. Aku perlu tempat untuk berpikir."
"Datanglah ke terminal Pohang dan aku akan berada di sana menunggumu. Beri tahu aku kapan bus-mu akan berangkat."
"Oke, aku akan menelepon Ayah dengan infonya segera setelah aku tahu. Terima kasih."
"Jangan berterima kasih padaku. Aku Ayahmu. Untuk itulah aku di sini."
Aku menutup rapat mataku dan mematikan telepon. Aku benar-benar akan meninggalkan Jimin. Hatiku hancur memikirkan itu. Aku membuka aplikasi di ponsel dan menemukan perjalanan pertama dari Seoul menuju ke Pohang.
Setelah memesan tiket, aku segera mengemasi pakaian dan memanggil taksi.
Aku tahu bahwa hal yang harus dilakukan orang dewasa adalah meninggalkan catatan pada Jimin, tetapi aku terlalu marah padanya sekarang. Aku akan mengiriminya pesan nanti. Mungkin setelah dia memutuskan untuk membalas panggilan teleponku itu penting.
Tidak ada yang melihatku ketika aku meninggalkan rumah dan naik ke taksi.
Aku bersyukur.
Aku tidak ingin menjelaskan diriku sendiri. Aku tidak perlu melakukannya.
.
.
.
To be continued.Yeorin pergi sendiri,, Hati-hati ya Yeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Too Far (PJM)
Romance(completed) Yeorin baru saja berumur dua puluh tahun. Yeorin adalah putri ayah tiri Jimin yang baru. Yeorin masih naif dan polos karena menghabiskan tiga tahun terakhir merawat ibunya yang sakit. Tapi untuk Park Jimin yang berusia dua puluh tujuh...