40

231 32 0
                                    

-Yeorin-

Aku membutuhkan barang-barangku dan aku akan menjual mobilku. Semuanya tidak akan pernah sampai sejauh ini. Jihoon telah memeriksanya untukku minggu lalu setelah mengetahuinya rusak dan dia mengatakan dia mampu untuk memperbaikinya.

Biaya untuk memperbaiki segala kerusakannya akan menghabiskan lebih banyak dari yang bisa aku keluarkan. Menelepon dan bertanya kepada Neneknya atau Jihoon untuk mengirim barang-barangku dan menjual mobil sepertinya tidak benar.

Mereka layak mendapat penjelasan… atau setidaknya Neneknya harus mendapatkannya. Dia memberikanku tempat tinggal, sebuah tempat tidur dan memberikan aku makan selama tiga minggu. Aku harus kembali ke Paju untuk mengambil barang-barangku dan mengucapkan selamat tinggal kepada Nenek Min. Taehyung telah memberikanku beberapa hari untuk libur sebelum aku mulai kembali bekerja.

Seonjoo sudah meminta izin kemarin untuk membawaku mengajukan Medicaid. Sudah waktunya aku untuk memeriksakan ke dokter, tapi pertama-tama aku memerlukan asuransi. Hari ini aku mendengarnya memberitahu Seokjin tentang bagaimana dia akan menghadapi kencan pertama mereka malam ini.

Aku telah memonopoli semua waktunya sejak dia datang dan menemukanku. Aku mulai merasa telah merepotkannya. Aku benci perasaan itu. Aku bisa naik bus. Itu akan lebih terjangkau dan tidak akan membebani Seonjoo, tentunya. Aku membuka laptop Seonjoo dan mulai mencari jadwal bus.

Sebuah ketukan di pintu menginterupsi pikiranku. Aku menghentikan kegiatanku mencari terminal bus dan pergi membuka pintu. Jimin berdiri disana, dengan sebelah tangannya diselipkan kedepan jeans-nya dan baju kaos ketat yang dipakainya, sungguh bukan seperti apa yang aku perkirakan.

Dia mengulurkan tangan untuk melepas kacamata aviator-nya. Aku berharap dia membiarkan benda itu untuk tetap disana. Warna silver dari matanya saat terkena sinar matahari terlihat lebih menakjubkan dari apa yang pernah aku ingat.

“Hei, aku melihat Seonjoo di Clubhouse. Dia mengatakan kau berada disini,” jelasnya.

Dia terlihat gugup. Aku tidak pernah melihatnya gugup sebelumnya.

“Yeah… um Taehyung-ssi memberiku beberapa hari untuk mengambil barang-barangku dari Paju sebelum aku mulai kembali bekerja.”

“Kau harus pergi untuk mengambil barang-barangmu?”

Aku mengangguk. “Ya. Aku meninggalkannya disana. Aku hanya membawa tas menginap semalam bersamaku. Aku belum merencanakan dengan pasti untuk menetap.”

Jimin mengerutkan keningnya. “Jadi, bagaimana kau akan kesana? Aku tidak melihat mobilmu.”

“Aku baru saja mencari arah ke terminal bus dan melihat mana yang terdekat dari sini.”

Kerutan dikening Jimin semakin dalam. “Itu menghabiskan waktu 40 menit. Semua jalur di Fort Busan Beach.”

Itu tidak seburuk seperti apa yang aku takuti.

“Bus tidaklah aman, Rin. Aku tidak suka idemu menggunakan bus. Biarkan aku yang mengantarmu. Aku mohon. Aku akan membawamu kesana lebih cepat dan itu gratis. Kau bisa menyimpan uangmu.”

Pergi bersamanya?

Seluruh perjalanan ke Paju hingga balik?

Apakah itu sebuah ide yang bagus?

“Aku tidak tahu…” Aku terdiam karena sejujurnya aku benar-benar tidak tahu. Hatiku tidak siap untuk segala hal yang berkaitan dengan Jimin.

“Kita bahkan tidak perlu bicara… atau kita bisa jika kau ingin. Aku akan membiarkanmu memilih musik dan aku tidak akan memprotesnya.”

Fallen Too Far (PJM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang