Setelah langit benar-benar menggelap. Minhyuk dan juga Kihyun turun bukit dan kembali ke rumah masing-masing. Sekilas melihat rumah Sohye ketika berjalan menyusuri halaman, Kihyun memutuskan untuk pulang ke rumahnya terlebih dulu. Berjalan ke dapur, ia yang menemukan Changkyun duduk di dekat meja makan pun lantas menghampiri pemuda itu.
"Kau sudah makan?"
Changkyun mengangguk. "Sohye menyisihkan makanan untuk Hyeongnim, sebaiknya Hyeongnim makan dulu."
Kihyun sempat melihat tudung makanan yang terdapat di atas meja sebelum ia duduk berhadapan dengan Changkyun.
"Di mana dia sekarang?"
"Dia sudah pulang ke rumahnya."
Kihyun membuka tudung di hadapannya dan mengambil jatah makan malamnya. Dan lagi-lagi perasaan sunyi itu kembali menghampirinya setiap kali ia makan di meja makan. Dulu, ruangan itu selalu ramai meski ayah mereka jarang ikut makan bersama mereka. Namun setidaknya tidak akan sesepi sekarang.
"Hyeongnim dari mana?"
Kihyun sedikit tersentak ketika suara Changkyun berhasil mengacaukan lamunannya. Dengan sendok yang tertahan di piringnya, dia memandang adik angkatnya tersebut. "Bukit terlarang."
"Distrik 8 sudah jatuh."
"Aku sudah mendengarnya dari Minhyuk." Kihyun kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Mereka semakin dekat, apa tidak sebaiknya kita pergi saja dari sini?"
Pergerakan Kihyun terhenti, dia menaruh sendok di tangannya dan menaruh perhatiannya pada Changkyun. "Kau takut?"
Changkyun terdiam, tak mengingkari bahwa dia takut. Namun ketakutan yang ia rasakan sangat berbeda dengan ketakutan yang mungkin saat ini tengah di pikirkan oleh Kihyun.
Kihyun lantas berucap, "kakekku adalah seorang Kepala Distrik, begitupun dengan ayahku. Mereka adalah orang yang paling di segani di Distrik dan sampai akhir hidup mereka, mereka pun tetap melindungi Distrik. Aku... Meski aku bukan siapa-siapa, aku ingin melakukan tugas ini dengan baik. Distrik 9 adalah rumahku dan semua yang ada di sini adalah keluargaku. Aku tidak bisa pergi begitu saja."
"Maaf."
"Katakan kesalahanmu,"
Changkyun memandang Kihyun.
"setidaknya sebutkan satu kesalahanmu sehingga aku memiliki alasan untuk memaafkanmu."
Changkyun bungkam, namun Kihyun justru mengulas senyumnya. "Aku akan melihat Sohye." Dia bangkit dari duduknya.
"Makanan Hyeongnim belum habis."
"Jika kau mau habiskan saja, aku sudah kenyang." Kihyun beranjak pergi dan Changkyun pun meraih piring di atas meja. Menghabiskan makanan milik Kihyun karena mereka tidak boleh menyia-nyiakan makanan, namun tetap saja kakaknya itu sering tidak menghabiskan makanannya.
Kihyun beralih ke rumah Sohye untuk melihat keadaan gadis itu. Tanpa permisi terlebih dulu, Kihyun segera masuk ke dalam rumah dan membuka pintu kamar Sohye dengan pelan.
"Sudah kembali?" tegur Sohye.
"Kau sedang apa?"
"Merapikan pakaian."
Kihyun lantas duduk di tepi ranjang, berhadapan dengan Sohye, memperhatikan wajah Sohye yang saat itu tengah sibuk merapikan pakaian di hadapannya. Tangan kiri Kihyun kemudian terangkat, menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Sohye dan sempat membuat gadis itu tersentak sebelum telapak tangannya yang beralih menangkup wajah cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historical Fiction1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...