Keesokan paginya, ketujuh pemuda itu kembali berkumpul di Bukit terlarang. Kihyun dan Changkyun datang paling awal, sedangkan Lee Jooheon. Pemuda bermata sipit itu tampak dengan susah payah berlari menaiki bukit.
"Ya! Perhatikan langkahmu!" tegur Hoseok, mengingat ada begitu banyak ranjau di sekitar sana, sedangkan si sipit itu berjalan dengan seenaknya.
Dengan napas yang memburu, pada akhirnya Jooheon sampai di tempat rekan-rekannya." Sudah lama menunggu?"
Minhyuk menjadi orang pertama yang membalas teguran Jooheon. "Kau dari mana saja?"
"Ibuku terus saja menghalangiku ketika aku ingin pergi."
"Dan kau kabur sekarang." Cetus Hyunwoo yang di balas sebuah cengiran oleh Jooheon.
"Hari ini apa lagi?" tanya si sipit kemudian.
"Kita berada dalam zona siaga."
Semua orang tampak menegang setelah mendengar pernyataan Minhyuk, dan Kihyun pun lantas mengambil alih. "Distrik 8 sudah jatuh. Cepat atau lambat, Distrik 9 juga akan jatuh."
Hyungwon menjatuhkan pandangannya, mengingat bahwa ayahnya lah yang saat ini memimpin Distrik. Memilih menjaga jarak, pemuda itupun lebih memilih menjadi pendengar.
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Lalukan evakuasi."
Semua orang saling bertukar pandang kecuali Minhyuk dan Hyungwon setelah pernyataan itu keluar dari mulut Kihyun.
Jooheon lantas berniat melakukan pemberontakan. "Hyeongnim..."
"Kita akan berperang sekarang."
Suasana seketika berubah tak bersahabat, masing-masing orang sibuk dengan pemikiran mereka sendiri hingga suara Kihyun yang kembali terdengar dan menginterupsi mereka.
"Aku tidak akan melarang siapapun yang ingin pergi, semua keputusan ada pada diri kalian sendiri."
"Aku ikut." Celetuk Hyungwon yang kemudian di sambut oleh Changkyun.
Hyunwoo dan Hoseok sempat saling bertukar pandang sebelum mereka membuat keputusan. "Aku ikut."
"Aku juga akan ikut."
Pandangan semua orang jatuh pada si sipit yang belum mengambil keputusan. "Eih... Aku ikut, aku ikut. Kenapa menatapku seperti aku ini adalah penjahat?" si sipit memberontak.
Kihyun kembali angkat bicara. "Tidak akan ada yang menjamin keselamatan kalian."
"Menyerah hanya akan berakhir dengan menjadi budak Pemerintah, aku akan melawan meski harus mati pada akhirnya." Ucap Hoseok tanpa keraguan dan di sambut jabatan tangan dari oleh Hyunwoo.
"Apa rencana selanjutnya?"
"Evakuasi penduduk."
"Mustahil!" sanggah Hyungwon. "Mustahil jika kau menginginkan untuk mengosongkan Distrik."
"Untuk itu hanya evakuasi wanita dan anak-anak."
Changkyun menengahi. "Tidak akan mudah untuk membujuk mereka."
"Aku setuju." sahut Jooheon. "Jika mereka mau pergi, mereka pasti sudah melakukannya sejak jauh-jauh hari."
Minhyuk mengakhiri. "Untuk itu tugas kita adalah membujuk mereka."
Semua tampak ragu, mengingat beberapa penduduk memang sangat keras kepala dan tidak bersedia meninggalkan Distrik apapun yang terjadi.
Kihyun datang menengahi. "Mereka bersedia atau tidak, kita pikirkan nanti."
Minhyuk menyambung. "Yang terpenting sekarang adalah, kemana mereka akan di ungsikan? Untuk mencapai sebuah kemenangan, tentunya kita harus bisa bekerja sama dengan baik."
"Kau meragukan kerja sama kita selama ini, Hyeongnim?" sindir Jooheon.
Hyunwoo mengembalikan topik pembicaraan. "Kalian memiliki rencana?"
Kihyun mengangguk. "Hyunwoo Hyeongnim dan Jooheon, pergilah ke Utara. Minhyuk dan Hyungwon pergilah ke timur, sedangkan Hoseok Hyeongnim dan Changkyun pergilah ke selatan. Carilah tempat yang bersedia menampung saudara-saudara kita untuk sementara waktu."
"Kau yakin ini akan berhasil?"
"Lebih baik mencoba dari pada hanya berdiam diri."
"Aku tidak masalah, kapan kita bisa pergi?"
"Hari ini," celetuk Hyungwon. "menundanya hanya akan menimbulkan masalah baru. Terserah kalian akan berangkat kapan, aku akan berangkat hari ini." dia lantas berdiri dan bergegas meninggalkan rekan-rekannya terlebih dulu.
"Changkyun, kita berangkat sekarang." Hoseok merangkul bahu Changkyun yang sedari tadi berdiri di sampingnya.
"Kalau begitu kami juga akan berangkat sekarang. Ayo, Hyeongnim." Jooheon dan Hyunwoo pun turun bukit.
Semua telah pergi dan hanya menyisakan Minhyuk dan juga Kihyun yang kini saling berhadapan. Seulas senyum kemudian terlihat di wajah Minhyuk, mengiringi kepalan tangannya yang bertemu dengan kepalan tangan Kihyun.
"Jaga Distrik selama kami pergi."
"Berhati-hatilah."
Minhyuk mengangguk dan segera menyusul Hyungwon yang hampir tak terlihat lagi.
"Lee Minhyuk, kau pergi tidak?" lantang Hoseok dari bawah.
"Aku sedang menuju ke sana." balas Minhyuk yang kemudian sedikit berlari.
Kihyun memandang rekan-rekannya dengan tatapan bersalah. Harusnya ia bisa bergabung bersama mereka, namun pada kenyataannya ia pasti akan kehilangan nyawanya ketika berani meninggalkan Distrik. Dan hal itu terjadi karena sebuah rahasia yang hanya di ketahui oleh Changkyun dan juga Minhyuk. Rahasia akan apa yang pernah ia lakukan setahun yang lalu.
Di malam yang gelap satu tahun yang lalu, dia menyusup ke Distrik 1 dan membunuh perwira yang ia ketahui telah membunuh orangtua Sohye sebelumnya. Dan masalah itu semakin rumit ketika yang ia bunuh adalah perwira berpangkat Kolonel.
"Maafkan aku, saudaraku."
Selesai di tulis : 03.02.2020
Di publikasikan : 11.03.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Fiction Historique1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...