Changkyun berbalik arah setelah melihat aktivitas militer di sekitar kaki Bukit terlarang. Namun bukannya kembali ke gubuk, pemuda itu justru mencari jalan lain untuk bisa kembali ke pemukiman dan mencari sesuatu untuk dimakan.
Mengikuti aliran sungai yang mengarah ke pemukiman, Changkyun menemukan jalan aman karena tidak bertemu siapapun di sekitar aliran sungai. Berjalan menjauhi aliran sungai, Changkyun terlihat tenang meski tatapan dinginnya selalu memperhatikan sekitar. Memasuki sebuah ladang, langkah Changkyun tiba-tiba berhenti dengan batin yang tersentak ketika bertemu dengan warga sipil.
"Ya Tuhan! Changkyun?" seru bibi Choi, istri dari pemilik ladang tempat Kihyun bekerja dulu. Wanita itu segera menutup mulutnya sendiri ketika menyadari bahwa suaranya terlalu keras.
Sekilas memandang sekitar dengan panik, bibi Choi lantas menghampiri Changkyun dan memelankan suaranya. "Kau di sini? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Kenapa Bibi berada di sini?" Changkyun balik bertanya.
"Bibi mengambil sayuran di ladang, kenapa kau berkeliaran di luar? Bagaimana jika mereka menangkapmu?"
"Apa yang terjadi semalam?"
Bibi Choi menatap bingung. "Kau tidak tahu? Bukankah kau juga ikut dengan teman-temanku semalam?"
"Aku baru saja kembali dan aku belum bertemu dengan mereka."
Bibi Choi kaget. Kembali memandang sekitar, wanita paruh baya itu lantas menarik lengan Changkyun. "Bibi jelaskan di rumah saja, sekarang ikutlah bibi pulang."
Tak memberikan penolakan, Changkyun pun mengikuti langkah bibi Choi untuk pulang. Dan kehadirannya di sana berhasil mengejutkan pak Shin yang memang saat itu berada di rumah karena aktivitas pembangunan di Distrik 9 telah dihentikan akibat serangan semalam.
"Changkyun? Kau di sini?"
"Dia baru kembali, dia tidak tahu apa yang terjadi semalam," ujar bibi Choi, terdengar terburu-buru.
Changkyun menengahi, "jika kalian tidak keberatan, mohon jelaskan padaku apa yang terjadi di sini."
Pak Shin terlihat resah. Ia kemudian berbicara pada istrinya, "kunci semua pintu dan jendela."
Bibi Choi mengangguk dan segera mengunci pintu, sedangkan pak Shin kembali memandang Changkyun. "Duduklah, Nak."
Keduanya duduk berhadapan di ruang tamu, sedangkan bibi Choi berjalan ke dapur.
Pak Shin memulai pembicaraan, "sebelumnya aku bertanya, apa kau benar-benar tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh teman-temanmu semalam?"
Changkyun menggeleng.
Pak Shin melanjutkan, "semalam, mereka menyerang anggota militer. Mereka membakar tiga bangunan yang ditinggali oleh petinggi militer dan sempat terjadi baku tembak ..."
"Pak Shin melihat sendiri bahwa mereka yang melakukannya?"
Pak Shin menggeleng. "Aku dengar ada yang melihat Minhyuk semalam ... semua benar-benar kacau. Sejak kebakaran di Kantor Kepala Distrik, Hyunjae tiba-tiba menghilang."
"Paman Hyunjae menghilang?"
"Benar. Aku tidak tahu apa yang terjadi, keadaan benar-benar menjadi semakin buruk sekarang ... sebenarnya aku juga mengkhawatirkan teman-temanmu. Tindakan mereka terlalu gegabah."
Bibi Choi datang dari arah dapur dengan membawa segelas air putih yang kemudian ia berikan pada Changkyun. "Minumlah dulu."
"Terima kasih." Tak berniat mengambil segelas air itu, Changkyun lebih memilih melanjutkan pembicaraan. "Apa Pak Shin tahu di mana mereka sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historical Fiction1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...