Distrik 1.
Hyunjin berjalan menyusuri jalanan di antara rumah penduduk, masih dengan seragam lengkap yang terlihat sedikit berantakan. Dengan kedua tangan yang berada di masukkan ke dalam saku celana, pemuda itu tampak seperti seorang preman dengan sikap arogan yang tercetak di garis wajahnya.
Menepi dari kesibukan para penduduk Distrik 1 sore itu. Pemuda itu berjalan memasuki halaman rumah lama Jongin yang masih kerap di tempati oleh mereka. Tak ingin repot-repot menggunakan tangannya untuk membuka pintu. Pemuda itu menggunakan kakinya untuk menendang pintu di hadapannya hingga terbuka dengan suara yang cukup keras.
"Yang Jongin! Keluar kau!" sebuah gertakan yang seketika memenuhi ruang tamu rumah itu.
Hyunjin lantas berjalan masuk dan saat itu Jongin keluar dari salah satu ruangan. "Hyeong," seru pemuda itu.
Hyunjin berdiri di tengah ruangan. Tangan kirinya keluar dari tempat persembunyian dan melambai untuk memanggil pemuda yang juga masih mengenakan seragam sekolah itu.
"Kemari kau!"
Tanpa perasaan khawatir, Jongin lantas berjalan mendekati Hyunjin. Namun tepat setelah ia berdiri di hadapan pemuda yang sudah seperti kakaknya sendiri itu, satu pukulan ia dapatkan di kepalanya. Tak terlalu keras namun cukup membuat wajahnya mengernyit.
"Siapa yang menyuruhmu membolos sekolah!" Hyunjin kembali memukul kepala Jongin dan memarahi pemuda itu. "Kau sudah merasa hebat sekarang ... kenapa kau tidak pergi ke sekolah? Kau ingin menjadi berandalan, eoh?"
"Berhenti memukulku ... aku bisa menjelaskannya ..." protes Jongin dan Hyunjin benar-benar berhenti untuk memukul kepalanya.
"Apa yang ingin kau jelaskan?"
"Tadi aku pergi ke sekolah."
"Lalu?"
"Tapi gerbangnya sudah di tutup. Kalau begitu bagaimana aku bisa masuk?"
Hyunjin kembali mengangkat tangannya, namun tangannya hanya terhenti di udara dan membatalkan niatnya untuk kembali memukul pemuda di hadapannya itu. "Kau ini ... kau meninggalkan rumah Kepala Distrik sejak pagi, bagaimana bisa kau terlambat? Memangnya kau kemana saja?"
"Hyeong tahu tidak, tadi pagi aku bertemu dengan siapa?"
"Siapa?" ucap Hyunjin masih dengan nada bicara yang ketus.
Jongin mendekat dan berbisik, "tunangan dari Kihyun Hyeong."
Hyunjin menatap tak percaya sekaligus terkejut. "Jangan membual."
"Tidak ... sungguh! Noona itu sendiri yang mengatakannya padaku."
"Di mana kau bertemu dengannya?"
"Di Camp Militer."
Netra Hyunjin sejenak mengerjap, merasa bingung atas perkataan Jongin. "Apa yang dia lakukan di Camp Militer? Kau ingin membohongiku?"
Jongin dengan cepat menggeleng. "Tidak ... mana berani aku berbohong. Aku sungguh bertemu dengan Sohye Noona di sana..."
"Sohye ... Noona?"
Jongin mengangguk. "Namanya Sohye, Kim Sohye."
"Jika dia tunangan Kihyun Hyeong, lalu kenapa dia bisa ada di Camp Militer?" gumam Hyunjin, mengutarakan pertanyaan yang lebih ia tujukan pada diri sendiri.
"Hyeong tidak tahu? Kemarin pagi, anggota Militer yang sedang berpatroli di perbatasan telah menangkap rombongan dari Distrik 9 yang ingin pergi ke Jeolla," jelas Jongin dengan suara yang sengaja di pelankan, dan saat itu juga kerutan terlihat di dahi Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historical Fiction1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...