Pagi itu aktivitas militer di Distrik 9 semakin anarkis. Mereka menyeret para warga sipil keluar rumah dan mengumpulkan mereka untuk dimintai keterangan. Beberapa anggota militer berjaga di dekat kaki Bukit terlarang karena mengira bahwa para pemborantak yang melakukan serangan semalam bersembunyi di sana. Tak berani bergerak lebih jauh karena mereka tidak tahu seberapa banyak ranjau yang ditanam di tempat itu.
Hari itu para anggota militer melakukan pencarian ke seluruh bagian Distrik 9 serta menutup perbatasan, dan hal itulah yang membuat para aktivis itu tak bisa meninggalkan Gereja. Namun keberuntungan menyertai mereka, karena dari semua bangunan yang dijarah oleh militer, Gereja itu menjadi satu-satunya tempat yang tak menarik perhatian orang-orang itu.
Hyunjin mengintip dari celah kecil. Mengawasi halaman Gereja, dan di sana ia melihat beberapa anggota militer berlalu-lalang silih berganti.
"Apa mereka masih di sana?" tanya Jeongin yang berdiri di belakang Hyunjin.
Hyunjin pun menegakkan tubuhnya dan menghadap Jeongin. "Sepertinya mereka sedang mencari kita. Kita beritahu yang lain."
Jeongin mengangguk dan mengikuti langkah Hyunjin yang berjalan lebih ke dalam. Keduanya memasuki ruangan yang ditempati oleh rekan-rekannya, di mana di sana juga terdapat Hyunwoo, Hoseok serta Jooheon.
"Kalian dari mana?" tegur Hoseok.
"Melihat keadaan di luar."
Tatapan sinis Jooheon segera menemukan sosok keduanya. "Kalian pergi keluar?"
Jeongin menyahut, "tidak, kami hanya mengintip dari dalam."
Pandangan Jooheon terjatuh dengan seulas senyum tipis yang begitu singkat. Merasa kagum pada sosok Jeongin yang tiba-tiba menjadi orang yang bisa diandalkan, meski sejak awal pemuda itu terlihat paling takut di antara yang lainnya. Namun semalam pemuda itu sudah menunjukkan bahwa dia bukanlah bocah yang hanya bisa menyusahkan.
"Apa yang kalian lihat?" tanya Hyunwoo.
Hyunjin menjawab, "mereka terus saja berkeliling, sepertinya mereka sedang mencari kita."
"Bukankah itu sudah pasti?" sahut Changbin.
Hyunwoo beranjak dari duduknya sembari berucap, "kalian harus tetap berhati-hati. Pastikan kalian tetap membawa senjata dan jangan keluar apapun alasannya."
Hyunwoo meninggalkan ruangan itu, begitupun dengan Hoseok yang kemudian disusul oleh Jooheon. Ketiganya kembali ke ruangan tempat Minhyuk berada tanpa meninggalkan senapan di tangan mereka.
"Bagaimana sekarang?" gumam Hoseok yang menyamakan langkahnya dengan Hyunwoo, sementara Jooheon berjalan di belakang keduanya.
Hyunwoo menjawab, "kita tidak bisa melawan saat siang. Untuk sementara, pastikan mereka tidak menyentuh tempat ini."
Jooheon menyahut, "berani bertaruh bahwa mereka pasti berjaga di sekitar Bukit terlarang."
"Bagaimana jika mereka datang kemari?" tanya Hoseok kembali dan tampaknya Hyunwoo tak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu.
Jooheon lantas memberikan sebuah jawaban, "lakukan apapun untuk bertahan hidup."
"Apapun yang terjadi, jangan mengundang keributan," Hyunwoo menimpali dan membuka pintu.
Ketiganya masuk dan Minhyuk yang saat itu berdiri menghadap jendela lantas berbalik dan menemukan ketiga rekannya. Jooheon menghela napas panjang sebelum membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan satu tangan yang ia lipat di bawah kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Fiction Historique1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...