Waktu yang semakin menipis. Hari itu digunakan oleh para pemuda Distrik 1 untuk mencari tahu keberadaan Park Chunghee dan menyusun rencana bagaimana caranya agar mereka bisa berhadapan dengan orang nomor satu di Korea Selatan itu.
Malam itu, ketika para pemuda itu berkeliaran di tengah gelapnya malam Seoul yang terlihat lebih tenang dan aman dari tempat tinggal mereka. Park Taehwa, duduk seorang diri di ruang kerja sang ayah untuk menunggu kedatangan orang yang paling ia hormati.
Pintu ruangan terbuka dari luar, menampakkan senyum hangat sang kakak sulung—Park Geunhye yang kemudian berjalan masuk.
"Kau masih di sini?"
Taehwa menyambut sang kakak dengan seulas senyum. "Kakak belum tidur?"
Geunhye menempatkan diri duduk di samping Taehwa dan mengusap bagian belakang sang adik yang mulai belajar tentang politik di usia muda itu.
"Sudah malam, lebih baik kau kembali ke kamarmu."
"Sebentar lagi, ayah pasti sedang dalam perjalanan pulang."
Tangan Geunhye berhenti pada telapak tangan Taehwa yang kemudian ia genggam. Setelah ibu mereka tewas dalam percobaan pembunuhan ayah mereka di tahun 1974, Geunhye lah yang menggantikan peran seorang ibu bagi ketiga adiknya.
"Jika boleh tahu, apa yang ingin kau bicarakan dengan ayah?"
"Ini urusan pria. Kakak seorang wanita, jadi Kakak tidak boleh tahu."
Geunhye tertawa pelan dengan lelucon kecil yang dilontarkan oleh Taehwa. "Jawaban macam apa itu? Apa terjadi masalah di luar?"
Taehwa menggeleng. "Tidak ada, semua baik-baik saja."
"Tapi kenapa dengan dagumu?"
Taehwa kembali menggeleng.
"Kau berkelahi."
"Hanya kecelakaan kecil."
"Setiap kali kau terluka, kau pasti akan mengatakan bahwa itu hanyalah luka kecil."
"Aku seorang pria, akan sangat memalukan jika aku mengadu hanya karena luka sekecil ini."
Geunhye kembali tertawa dan sesekali memukul lengan Taehwa. Sedangkan Taehwa hanya tersenyum sedikit lebar.
"Tidurlah sekarang."
"Aku akan menunggu sebentar lagi, Kakak bisa tidur sekarang."
"Jangan keras kepala."
"Itu adalah sifat bawaan manusia. Aku akan menunggu sebentar lagi."
"Kau ini benar-benar. Ya sudah, aku akan tidur lebih dulu." Geunhye beranjak dari duduknya.
"Selamat malam," ucap Taehwa, mengantarkan kepergian sang kakak yang meninggalkan ruang kerja sang ayah.
Kembali seorang diri, Taehwa hanya menyibukkan diri dengan membaca buku milik sang ayah hingga sekitar satu jam berlalu, pintu ruangan kembali terbuka. Kali ini Park Chunghee lah yang memasuki ruangan itu.
"Kau di sini?" tegur Chunghee.
Taehwa bangkit untuk menyambut ayahnya. "Kenapa ayah pulang selarut ini?"
"Ada beberapa hal yang harus ayah urus di luar. Kenapa kau belum tidur?"
"Ada hal yang ingin aku bicarakan pada ayah."
Pergerakan Chunghee sempat terhenti sebelum ia berjalan dari meja kerja menuju tempat putranya. "Tentang apa?" Chunghee kemudian duduk di seberang tempat Taehwa, begitupun pemuda itu yang kembali ke tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Ficción histórica1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...