Jooheon berjalan dari belakang gubuk sembari menggaruk bagian belakang kepalanya. Tampak kebingungan di wajah pemuda itu saat ini. Sempat menoleh ke pintu gubuk yang terbuka setelah terdengar suara orang berbicara, Jooheon meneruskan langkahnya menjauhi gubuk. Namun belum jauh ia melangkahkan kakinya, saat itu Hyunwoo keluar dari gubuk dan menegurnya.
"Lee Jooheon."
Jooheon menghentikan langkahnya dan berbalik dengan wajah yang tampak mengernyit. Hyunwoo lantas berjalan mendekat.
"Kau ingin pergi ke mana?"
"Persediaan makanan sudah habis. Mungkin karena terlalu banyak orang yang makan," ucap Jooheon dengan gaya bicara yang acuh. Dan memang benar bahwa mereka telah kehabisan persediaan makanan setelah lima haru berlalu terhitung dari malam itu.
"Kita tidak bisa kembali ke pemukiman. Mereka sudah pasti berjaga di sana."
"Lalu dari mana lagi kita akan mendapatkan makanan? Percuma kita menghindari mereka jika pada akhirnya mati kelaparan."
"Kami sedang memikirkan solusi."
"Solusi tidak akan membuat kenyang melainkan bosan." Jooheon sekilas menggaruk alisnya. "Begini saja, aku akan kembali ke pemukiman sendiri. Jika aku tertangkap, berarti umurku memang tidak boleh lebih panjang dari itu."
"Bicara sembarangan," sahut orang ketiga yang muncul dari balik punggung Hyunwoo. Keduanya segera memandang ke arah sumber suara dan mendapati Hoseok datang mendekat.
"Kau ingin pergi ke mana?" tanya Hoseok kemudian.
"Dia ingin kembali ke pemukiman," ucap Hyunwoo.
"Jangan gila, tidak akan ada apapun yang kau temukan di sana kecuali orang-orang itu."
Jooheon menghela napas, putusasa. "Harus bagaimana lagi? Kita tidak mungkin mati karena kelaparan."
"Kau lapar?" tanya Hoseok.
"Tentu saja."
"Kau bahkan baru saja makan satu jam yang lalu."
"Apa masalahnya kalau begitu?"
Changkyun yang mendengar keributan itu pun ikut keluar dari gubuk, meninggalkan Minhyuk dan Kihyun di dalam.
"Apa yang sedang kalian ributkan?"
"Tidak ada, bukan apa-apa," sahut Jooheon dengan cepat.
Hoseok berucap, "Minhyuk berencana pergi ke distrik sebelah."
"Memangnya bisa?" Jooheon menyahut.
"Ada begitu banyak jalan. Mereka tidak akan berjaga di semua tempat. Kau jangan pergi ke mana-mana."
"Aku akan naik," ucap Changkyun.
"Untuk apa?"
Changkyun tak menjawab dan meninggalkan ketiganya. Hyunwoo kemudian memandang Jooheon dan berucap, "dari pada kau membuat orang khawatir, lebih baik kau temani Changkyun."
Jooheon menghentakkan kakinya, terlihat kesal. Si sipit berbalik dan menyusul Changkyun.
"Apa tidak apa-apa membiarkan mereka pergi hanya berdua saja?" tanya Hoseok.
"Changkyun bukanlah orang yang mudah terpengaruh. Di mana anak-anak itu?"
"Mungkin berada di sungai."
"Aku akan melihat mereka."
Hyunwoo pergi. Berjalan ke belakang gubuk. Sementara Changkyun dan Jooheon menuju puncak Bukit terlarang. Sesampainya di sana, Changkyun segera menjatuhkan pandangannya ke arah pemukiman yang masih terlihat tenang setelah kekacauan yang kembali terjadi semalam. Meski tanpa ada kesepakatan terlebih dulu, kedua belah pihak saling bertemu dalam situasi tak menguntungkan saat langit sudah menggelap. Dan itulah yang terjadi selama lima hari terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historical Fiction1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...