Layaknya harapan yang sia-sia, salju yang sempat menyelimuti Bukit terlarang perlahan terkikis oleh hembusan angin yang datang silih berganti. Pada kenyataannya hawa dingin yang sempat menyergap tak mampu menghentikan api yang hingga saat ini semakin merambah ke distrik lain. Mengarah ke Distrik 9.
Mereka berencana, namun Tuhan berkehendak lain. Empat hari yang lalu Kihyun mengatakan bahwa mereka akan segera meninggalkan distrik. Namun yang terjadi saat ini justru mereka terjebak di sana bersama beberapa anggota militer yang hingga detik ini belum menyerah.
Pemerintah telah berusaha memadamkan api, namun ketika satu tempat berhasil dipadamkan, saat itu pula terlihat titik api yang baru di bagian lain. Perseteruan masih berlanjut meski kedua kubu benar-benar mengalami krisis, terkena imbas dari kebakaran tersebut.
Hari itu para aktivis terlihat di Distrik 3 yang terlihat sangat sepi. Tak ada aktivitas militer di sana, sehingga mereka bisa bergerak sedikit bebas. Pagi itu para pemuda Distrik 9 berada di dalam sebuah bangunan berlantai 5. Sedangkan para pemuda Distrik 1 berpamitan mencari sesuatu untuk dimakan beberapa waktu lalu.
Kihyun beranjak dari tempatnya dan menarik perhatian semua orang. Hoseok menjadi orang pertama yang memberikan teguran, "kau ingin ke mana?"
"Aku akan naik sebentar," jawab Kihyun, singkat dan menyusuri anak tangga yang terhubung dengan lantai atas.
Minhyuk kemudian turut beranjak dari tempatnya. "Aku akan menemaninya," ucapnya dan menyusul Kihyun.
"Hyeong," tegur Changkyun ketika Minhyuk hendak melewati tempatnya.
Langkah Minhyuk terhenti, pandangannya terjatuh pada senapan yang disodorkan oleh Changkyun.
"Tetap berhati-hati," ucap Changkyun, mengingat bahwa Kihyun pergi tanpa membawa senjata.
Minhyuk menerima senjata itu dan bergegas menyusul Kihyun. Sedangkan Kihyun saat itu hampir sampai di atap gedung. Kakinya sudah membaik meski belum pulih dengan sempurna, dan sampai sekarang kakinya masih sedikit pincang. Namun tidak separah sebelumnya.
Sampai di atap gedung, udara yang terasa berat meski masih pagi menyapa wajah Kihyun. Pagi itu tidak secerah kemarin. Terlihat hamparan langit gelap di atas tempatnya, dan hal itu menjadi sedikit harapan baginya bahwa akan turun hujan sehingga api tidak sampai ke Distrik 9.
Berjalan menepi, Kihyun berdiri di tepi gedung dan memandang ke sekitar. Mencoba menemukan pergerakan yang mencurigakan, namun tak ada yang ia temui. Pandangannya kemudian menatap jauh ke depan. Mendapati kepulan asap putih di beberapa titik, dan saat itu ia mengetahui sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
"Terlalu berbahaya berdiri di situ," teguran dari arah belakang, membimbing Kihyun untuk memutar langkahnya. Menemukan Minhyuk yang berjalan ke arahnya.
Minhyuk sekilas memandang ke sekitar sebelum berhadapan dengan Kihyun. "Musuh akan cepat mengenalimu jika kau berdiri di sini."
Bukannya merespon himbauan Minhyuk, Kihyun justru berbicara hal lain. "Tidak ada waktu lagi."
"Apa yang kau bicarakan?"
Kihyun kembali memandang jauh ke depan lalu berucap, "apinya sudah memasuki Distrik 9."
Batin Minhyuk tersentak, dengan cepat Minhyuk mengikuti arah pandang Kihyun. "Kau yakin?"
"Tidak salah lagi, asap itu berasal dari Distrik 9."
Minhyuk terlihat resah. Pandangan pemuda itu lantas menemukan langit gelap di atas mereka. "Kapan hujan akan turun?"
"Sudah berakhir," gumam Kihyun, membimbing pandangan Minhyuk kembali terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Ficțiune istorică1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...