Langit gelap di bagian timur terbelah oleh kilatan cahaya yang perlahan merambah untuk kembali menunjukkan bahwa ia lah yang paling berkuasa atas hari itu.
Lim Changkyun, pemuda semisterius Chae Hyungwon, secerdik Lee Minhyuk dan lebih tenang dari Son Hyunwoo—terduduk di puncak bukit terlarang dengan membiarkan kedua lututnya menjadi tumpuan atas kedua lengannya.
Dari jalanan setapak Hoseok datang dan tersenyum tipis ketika menemukan pemuda yang sudah menghilang ketika ia terbangun saat subuh lalu. Dengan ketenangan yang tercipta dari hembusan angin pelan, Hoseok membawa langkah tanpa suaranya mendekati pemuda yang tampaknya telah menyadari kehadirannya.
Hoseok menghela napasnya, sekedar untuk berbasa-basi sebelum mendudukkan diri di samping Changkyun. Pandangannya langsung mengarah pada pemuda itu hingga membuat senyumnya sedikit mengembang.
"Sepagi ini, kenapa sudah ada di sini?"
Changkyun menjatuhkan pandangannya. "Hanya ingin saja," lantas memandang ke ujung timur, menyaksikan kegelapan yang dengan cepat memudar.
"Kau tidur paling akhir semalam, dan bangun paling awal pagi ini. Kau sedang mengkhawatirkan Kihyun?"
Changkyun tak langsung menjawab. Pandangan itu terjatuh lebih dulu dengan satu tangan yang kemudian mencabuti rumput di bawahnya dengan asal.
"Aku hanya ingin duduk di sini," gumam pemuda itu kemudian.
Hoseok lantas menepuk bagian belakang pemuda itu dengan senyuman yang seakan tak ingin meninggalkan wajahnya. Tangan itu kemudian berhenti pada tengkuk pemuda yang sudah berhenti mencabuti rumput tersebut.
"Kau tenang saja ..." Hoseok menarik tangannya dan memandang ke ujung timur. "Setahuku, Kihyun akan selalu menepati janjinya. Jika dia mengatakan akan pergi, dia pasti akan pergi. Begitupun ketika dia mengatakan akan kembali, maka dia akan kembali ... entah sekarang, atau nanti."
Hoseok kembali memandang Changkyun dengan senyum yang sempat menghilang. Ia kemudian merangkul bahu pemuda itu dengan beberapa kali tepukan ringan yang membuat pemuda itu sempat memandang ke arahnya.
"Dari mana Hyeong tahu jika aku ada di sini?"
"Seseorang mengatakan padaku bahwa adik Yoo Kihyun sering melarikan diri ke Bukit terlarang."
"Siapa orang itu?"
"Hyungwon." Senyum Hoseok melebar. "Jangan heran. Sifat kalian sangat mirip, wajar jika dia tahu jalan pikiranmu."
Dengan sebuah usakan singkat, Hoseok kembali menarik tangannya dan kembali memandang ke timur dengan mata yang sedikit memicing ketika kegelapan benar-benar telah menyingkir dari hamparan langit biru dengan sedikit awan yang menepi di atas mereka.
Senyum tipis itu masih tersisa di sudut bibir Hoseok dan berhasil menarik perhatian dari Changkyun. Pemuda itu memperhatikan wajah Hoseok dalam diam ketika Hoseok sendiri terlalu jatuh akan kekaguman pada sang surya yang perlahan memberikan kehangatan pada mereka, sebelum kehangatan itu merengkuh kesembilan Distrik.
Tak ingin tertangkap basah tengah memperhatikan Hoseok, Changkyun pun mengalihkan pandangannya. Merasakan sentuhan hangat dari cahaya yang masih terlihat murni dan belum terkontaminasi dengan sifat buruk dari manusia yang bernaung di bawahnya.
Satu alasan kuat kenapa pemuda itu berada di sana pagi itu, dan alasan itu tidak lain adalah Kihyun. Sejak kepergian Kihyun kemarin, hatinya sudah tidak tenang dan bertambah tidak tenang ketika larut malam. Hingga semua justru semakin memburuk ketika sama sekali tak ada kabar tentang Kihyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historical Fiction1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...