Menjelang siang hari, Kihyun menapakkan kakinya di halaman rumahnya, namun ketika hendak masuk ke dalam rumahnya, perhatiannya teralihkan oleh Sohye yang saat itu tengah menjemur pakaian di samping rumah gadis itu sendiri.
Memutuskan untuk menunda kepulangannya, dia lebih memilih menghampiri gadisnya terlebih dulu meski ia tidak memiliki kepentingan. Sohye yang saat itu dalam posisi tubuh membelakanginya tampaknya tak sadar akan kedatangannya dan alhasil gadis itu terkejut ketika ia berbalik dan di sambut oleh senyum lebarnya.
"Oppa!" sedikit kekesalan terlihat di wajah Sohye.
"Kau sedang apa?"
"Aku sedang menjemur pakaian. Kau dari mana saja? Apa kau tidak pulang?"
"Kenapa? Kenapa? Kenapa?" Kihyun membalas pertanyaan Sohye yang seperti tengah menuntutnya.
"Paman Yoo mencarimu sejak pagi."
"Benarkah?"
Sohye mengangguk dan setelahnya gadis itu menangkap kegusaran di wajah Kihyun.
"Kau bertengkar dengan paman?"
"Tidak, kenapa aku harus bertengkar dengannya?"
"Ya sudah, aku pulang dulu."
Sohye kembali mengangguk. Namun bukannya segera pergi, Kihyun justru mendekati Sohye dengan pandangan yang mengawasi sekitar dan tentunya membuat Sohye menatapnya dengan heran.
"Apa yang sedang kau cari?"
Kihyun mengembalikan pandangannya pada Sohye dan tersenyum lebar. "Tidak ada." dia lantas menarik bagian belakang kepala Sohye lalu mendaratkan kecupan singkat pada kening gadisnya sebelum melepasnya kembali.
"Jika ada apa-apa, panggil aku."
Kihyun berbalik, namun saat itu langkahnya segera terhenti ketika pandangannya menangkap sosok sang ayah tengah berdiri di ambang pintu rumah mereka. Dan setelahnya sang ayah masuk ke dalam rumah, ia pun segera berjalan menuju rumahnya sendiri sembari mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang mungkin akan ia dapatkan dari sang ayah.
"Aku pulang..." ucap Kihyun tidak terlalu lantang ketika ia memasuki rumahnya.
Pandangannya mengarah ke sekeliling dan tidak menemukan ayahnya berada di ruang tamu. Dia pun bergegas menuju dapur guna mendapatkan segelas air putih sebelum menemui ayahnya. Namun begitu ia sampai di dapur, sang ayah ternyata telah berdiri di samping meja makan seakan tengah menunggu kedatangannya.
"Ayah mencariku?" tegur Kihyun yang berjalan mendekat. Ia menaruh ranselnya di lantai dan menuangkan air putih ke dalam gelas kosong di atas meja seakan tidak mempedulikan perhatian sang ayah yang tertuju padanya.
"Dari mana saja kau?" Sejin berucap dengan nada bicara yang tenang namun begitu tegas.
"Aku menginap di rumah paman Son." Kihyun beralasan, menolak memberi tahu tentang kebenaran yang ada. Dia lantas duduk dan mengarahkan pandangannya kepada sang ayah.
"Ada masalah apa?"
"Berhenti bermain-main, sudah saatnya kau bersikap lebih dewasa."
Netra Kihyun sejenak memicing penuh kecurigaan, merasa ada maksud lain dari perkataan sang ayah. "Apa maksud ayah?" dia lantas meminum air putih di dalam gelas yang ia genggam.
"Mulai besok, jangan meninggalkan Distrik dan persiapkan pernikahanmu seminggu lagi."
Kihyun tersedak, dia terbatuk sembari tangannya yang mengembalikan gelas ke atas meja. Dia sempat menepuk dadanya beberapa kali sebelum batuknya reda dan langsung mengarahkan tatapan terkejutnya pada sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Ficción histórica1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...