Lembar 32.

168 27 26
                                    

"Bocah!"

Satu timah panas keluar dari ujung senapan milik Hoetaek. Namun tepat saat itu, Kihyun segera berguling ke samping. Berhasil menghindari kematian untuk sementara waktu dan membuat seulas senyum tak percaya terlukis dengan sempurna di wajah Hoetaek.

"Hampir saja ... rupanya kau ingin bermain-main." Hoetaek menyerahkan senapan di tangannya kepada rekannya. "Bangunlah! Aku akan menuruti kemauanmu."

Kihyun bangkit. Mencoba berdiri dengan tegap di saat ia harus menahan sakit yang berpusat pada lututnya. Pemuda itu lantas mengantongi obat yang baru saja ia dapatkan dari pak Han. Tak ingin jika sampai ia menyia-nyiakan obat itu nantinya.

Hoetaek berjalan mendekat. Membuat Kihyun semakin was-was. Namun tubuh Kihyun tersentak ke depan ketika seseorang menendangnya dari belakang, sedangkan dari arah depan Hoetaek menyambut dengan kepalan tangan yang langsung menghantam wajah Kihyun. Membuat pemuda itu memalingkan tubuhnya ke samping dengan luka yang baru saja ia dapatkan di wajahnya.

Hoetaek tersenyum remeh. "Bocah lemah sepertimu di takuti oleh Distrik 1, menggelikan! Mereka memang cocok menjadi badut."

Kihyun membuang napasnya dan menegakkan tubuhnya. Membiarkan semua orang yang berada di sana melihat karya yang sebelumnya di buat oleh Heotaek pada wajahnya. Menatap nyalang dengan pembawaan yang tenang. Kihyun mencoba untuk keluar dari sana tanpa terluka ataupun melukai siapapun, mengingat bahwa Changkyun tengah menunggunya.

"Seperti yang kau bilang bahwa aku bukanlah siapa-siapa di sini ... maka dari itu, tidak ada alasan bagi kalian untuk menggangguku."

Gelak tawa terdengar meremehkan pernyataan Kihyun yang terdengar sangat serius. Hoetaek melangkah mendekat dan mendorong bahu Kihyun, membuat pemuda itu mundur selangkah tanpa memutus kontak mata di antara keduanya.

"Aku tidak peduli tentang masalahmu dengan Distrik 1. Aku tidak peduli jika semua orang takut padamu ... bagiku, kau hanyalah butiran abu yang bahkan tidak berarti sama sekali." Hoetaek kembali mendorong Kihyun dan kali ini lebih keras.

"Jangan mengujiku."

Hoetaek terkekeh dengan begitu sinis dan kemudian menaruh satu tangannya pada bahu Kihyun. Menatap remeh pada pemuda di hadapannya itu.

"Kenapa? Ingin membunuhku? Kau kira kau bisa melakukannya? Pecundang!"

"Seperti yang kau katakan bahwa aku hanyalah butiran abu. Maka dari itu tutuplah matamu saat aku datang!"

Dengan gerakan cepat, Kihyun meraih pergelangan tangan Hoetaek yang berada di bahunya. Memutar tubuh Hoetaek dengan paksa untuk membelakanginya bersamaan dengan satu tangan lainnya menyusup ke balik bajunya. Sebelum semua orang mampu mengambil tindakan, sebilah pisau di tangan Kihyun telah berhasil menyentuh permukaan kulit leher Hoetaek.

"Terima kasih, sudah bersedia mati di tanganku, Sersan Lee Hoetaek."

Kihyun menggerakkan tangannya ke samping. Memutus urat leher Hoetaek dalam sekali sayatan dan merenggut nyawa Sersan muda itu meski berimbas pada tangannya yang harus terkotori oleh darah.

Semua orang terperangah dan tak mampu berbuat apa-apa bahkan hingga tubuh Hoetaek tergeletak di jalanan dalam posisi tengkurap.

"Aku sudah memberi peringatan," ucap Kihyun dengan raut wajah yang tak menunjukkan apapun selain hanya kebencian dalam ketenangannya.

"Bedebah, kau!" umpat salah seorang perwira yang langsung mengangkat senapan di tangannya. Namun di detik berikutnya, belati di tangan Kihyun lebih dulu melesat ke arah perwira itu dan sukses menancap di kening perwira malang ke dua itu.

DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang