Lembar 97

76 18 2
                                    

    Malam datang, Jooheon dan Yongbok memutuskan untuk naik ke puncak Bukit terlarang. Memantau pergerakan di sekitar mereka. Dua orang yang selalu berselisih itu kini duduk berdampingan menghadap ke arah pemukiman ditemani hembusan angin lembut yang terasa dingin.

    "Bulan berapa sekarang?" Jooheon memulai pembicaraan di antara keduanya.

    Yongbok menjawab, "sepuluh."

    "Udaranya semakin dingin setiap hari, aku harap salju pertama musim gugur tidak turun di sini."

    Yongbok sekilas memandang, dan untuk kali pertama mereka saling berbicara dengan suasana tenang tanpa ada perdebatan seperti biasanya.

    "Senior."

    Jooheon menoleh. "Apa?"

    "Ada yang ingin kutanyakan."

    "Ya sudah tanyakan saja."

    "Sejak kapan kalian menjadi aktivis dan karena apa?"

    Jooheon memalingkan wajahnya. Tampak mempertimbangkan sesuatu sebelum berucap, "kapan, ya? Sudah lama. Seingatku sekitar tahun 1970. Kalau untuk alasannya ..." Jooheon berhenti berbicara dan kembali berpikir. "Aku rasa tidak ada alasan khusus. Mungkin karena aku bergaul dengan mereka."

    "Bisa dibilang jika Senior menjadi aktivis karena mengikuti teman-teman Senior?"

    "Sepertinya begitu ... ada banyak cara untuk menghabiskan masa muda, dan sepertinya masa mudaku benar-benar berharga."

    "Bagaimana jika kita semua mati?"

    Jooheon kembali memandang pemuda itu. Sejenak terdiam sebelum kembali memalingkan wajahnya sembari berucap, "kita semua memang akan mati. Entah itu malam ini, besok, lusa atau entah kapan itu. Tapi siapa yang peduli? Aku sudah cukup bangga tidak mati sebagai budak."

    Yongbok menjatuhkan pandangannya. Pemuda itu bergumam, "aku ingin hidup sedikit lebih lama."

    Jooheon kembali memandang namun langsung mendorong kepala Yongbok. "Tumben sekali bicaramu sopan padaku, bukankah kau selalu bersikap kurang ajar padaku?"

    Yongbok menghela napasnya dan menatap Jooheon tanpa minat.

    "Kenapa melihatku seperti itu?"

    Yongbok memalingkan wajahnya lalu berdiri dan berjalan menjauhi Jooheon.

    "Kau ingin pergi ke mana?" tegur Jooheon.

    "Ke manapun asal tidak melihat  Senior," sahut Yongbok dengan malas.

    "Ya! Kau mulai kurang ajar lagi padaku," gertak Jooheon yang kemudian memalingkan wajahnya sembari menggerutu.

    Batin Jooheon tersentak ketika pendengarannya samar-samar mendengar deru kendaraan mendekati pemukiman. Pemuda itu bergegas berdiri dan memandang ke sumber suara dengan mata yang menyipit. Samar-samar ia melihat pergerakan beberapa cahaya yang mendekati pemukiman.

    "Mereka datang."

    Mendengar hal itu, Yongbok segera mendekat dan wajah santai mereka seketika berubah menegang. Yongbok lantas berucap, "haruskah kita beritahu yang lain?"

    "Tidak perlu."

    Yongbok kaget dan langsung memandang Jooheon. "Bagaimana jika mereka datang kemari?"

    "Mereka tidak akan berani datang kemari. Sekalipun mereka benar-benar kemari, mereka pasti akan menginjak ranjau ... tanpa diberitahu sekalipun, saudara-saudara kita juga akan tahu jika mereka memasuki wilayah kita."

DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang