Pagi itu Jaebum kembali ke kediaman Chunghee untuk menjemput sang Presiden. Menggunakan mobil yang berbeda, Jaebum mengemudikan mobilnya di depan sebagai penunjuk jalan dari kedua mobil yang mengikutinya di belakang.
Berselang sepuluh menit setelah kepergian sang ayah, Taehwa turut meninggalkan rumah bersama paman Shin. Seperti kesepakatan semalam bahwa pagi itu mereka akan pergi ke Distrik 1 tanpa sepengetahuan dari siapapun, termasuk Park Chunghee sendiri.
Sekitar tigapuluh menit perjalanan, Jaebum kembali memasuki halaman rumah yang mereka tempati bersama dua mobil di belakangnya. Mark yang saat itu mendengar suara mobil lantas keluar untuk menyambut Chunghee.
Tepat saat berhadapan dengan Chunghee, Mark sekilas menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.
"Di mana dia?" tanya Chunghee, langsung pada tujuan awalnya datang ke sana.
"Dia sudah menunggu Presiden. Mari."
Mark berjalan lebih dulu untuk membimbing sang tamu. Empat orang yang turut mengantar Presiden lantas berjaga di luar pintu ketika Mark dan Jaebum ikut masuk ke dalam.
Berjalan lebih dalam, Mark membuka pintu salah satu ruangan di sana dan mempersilahkan Chunghee untuk masuk terlebih dulu. Saat itu pandangan Chunghee segera menemukan sosok Kihyun yang berdiri membelakangi tempatnya.
Chunghee berdiri di tengah ruang kosong dengan dua perwira yang kemudian berdiri di belakangnya. Sedangkan Kihyun masih belum menunjukkan respon meski orang yang ia tunggu sudah berdiri di balik punggungnya.
Chunghee yang tidak bisa lagi menunggu lantas menegur terlebih dulu, "kau, kah orang yang menginginkan pertemuan denganku, Anak muda?"
Tatapan tajam Kihyun mengarah ke bawah, membimbing kakinya untuk berputar menghadap Chunghee. Pandangan itu kemudian kembali terangkat dan menciptakan sedikit keterkejutan di wajah Chunghee, ketika sang Presiden yang tidak menyangka bahwa Kihyun ternyata jauh lebih muda dari yang ia duga sebelumnya.
Kihyun lantas mendekat dan setelah berdiri di hadapan Chunghee, pemuda itu membungkukkan badannya sedikit lebih dalam sebagai penghormatan pada pimpinan Korea Selatan itu.
"Sebelumnya aku ucapkan terima kasih atas kesediaan Presiden untuk datang kemari."
"Perkenalkan dirimu terlebih dulu."
Bukannya memberikan jawaban yang diinginkan oleh Chunghee, Kihyun justru memandang dua perwira di belakang Chunghee. Pemuda itu lantas berucap, "tolong tinggalkan kami berdua."
"Itu di luar kesepakatan," sahut Jaebum.
Seakan mengerti akan kekhawatiran Jaebum, Kihyun menggerakkan tangan kirinya ke belakang. Mengambil sebuah senjata api dari balik bajunya dan menjatuhkannya ke lantai sebelum menendangnya dengan pelan ke arah Jaebum.
"Aku membutuhkan ruang pribadi untuk bicara," ucap Kihyun.
Tak ada protes, Mark meninggalkan ruangan itu begitu saja. Sedangkan Jaebum yang masih menyimpan keraguan pada Kihyun, akhirnya menyusul Mark setelah mengambil senjata api milik Kihyun.
"Sekarang katakan—"
"Jika Presiden tidak keberatan, silahkan duduk."
Chunghee memandang sebuah meja kecil di dekat mereka. Tak ingin menghabiskan waktu untuk perdebatan tak berguna, Chunghee lantas mendekat ke meja dan duduk bersila di lantai. Begitupun dengan Kihyun yang memilih duduk bersimpuh di hadapan Presiden dengan meja kecil sebagai pembatas keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Fiksi Sejarah1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...