Di hari setelahnya, Divisi Infanteri 9 resmi mengambil alih kesembilan distrik. Mereka berhasil mengendalikan kekacauan Distrik 1 dan beberapa distrik yang berdekatan. Namun sayangnya keadaan Distrik 9 tak lagi bisa di selamatkan, begitupun dengan beberapa distrik yang berdekatan. Kekacauan masih tetap berlanjut dan bahkan sempat terjadi bentrok antar militer ketika anggota Divisi Infanteri 1 menolak kedatangan Divisi Infanteri 9.
Di hari yang sama. Di bawah pimpinan Jaebum beserta divisinya, para anggota Divisi Infanteri 9 menjarah Laboratorium Penelitian Distrik 7. Mengamankan orang-orang yang bekerja di tempat itu, meski banyak dari mereka yang telah melarikan diri sebelum kedatangan para militer itu.
Jaebum dan rekan-rekannya berpencar untuk menemukan seseorang yang mereka cari. Dan semakin mereka berjalan jauh, pada akhirnya mereka tahu fakta kelam tentang tempat itu. Puluhan pemuda yang menjadi objek penelitian di tempat itu dievakuasi saat itu juga.
Jaebum menghampiri Yugyeom yang tengah memberikan arahan pada warga sipil itu dengan tatapan miris. Jaebum menepuk bahu Yugyeom.
"Belum ada yang menemukannya?"
Yugyeom menggeleng putus asa. Jaebum kembali menepuk bahu Yugyeom sebelum meninggalkan pemuda itu. Di sisi lain, Jackson membuka setiap pintu yang ia lewati tanpa terlewat satupun. Langkah tenang tak terlihat buru-buru itu terhenti ketika pandangannya menangkap sosok yang terbaring di atas ranjang di dalam ruangan yang baru saja ia buka.
Jackson lantas melangkah masuk, dan sosok yang saat itu dalam keadaan terjaga, menggerakkan ekor matanya untuk melihat siapa yang datang. Saat itu, ketika pandangan keduanya bertemu. Langkah Jackson terhenti. Mematung untuk beberapa detik.
Pemuda kurus berkulit pucat serta memakai pakaian serba putih itu mengerjapkan netra sayunya untuk beberapa kali hingga air mata di pelupuk matanya terdorong keluar melewati sudut matanya. Kedua tangannya tergenggam lemah, membimbing langkah ragu Jackson untuk datang mendekat.
"Park ... Jinyoung," gumam Jackson.
Setiap langkah yang Jackson ambil semakin membuatnya kesulitan untuk bernapas. Perlahan namun pasti, pada akhirnya langkah itu membawanya menghadap sosok lemah yang kini memandangnya.
"Apa ..." suara Jackson tercekat di tenggorokan, namun perkataan selanjutnya terdengar lirih. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Jackson menangis. Duduk di tepi ranjang lalu menarik pelan tubuh lemah teman lamanya hingga terbangun dan kemudian ia rengkuh dengan tangis yang tak ia coba untuk menahannya.
"Saudaraku ..."
Park Jinyoung. Perwira yang menghilang beberapa tahun yang lalu. Pemuda yang kali pertama ditemui oleh Kihyun saat ia melayang di dalam sebuah tabung kaca. Pemuda itu, untuk kali pertama menangis dengan perasaan yang aman. Ingin rasanya Jinyoung mengucapkan kata yang berarti, namun sayangnya mulutnya hanya mampu memperdengarkan suara tangis pengaduannya tanpa ia bisa membalas rengkuhan dari seseorang yang membuatnya merasa aman.
Jackson kembali berucap meski suara tangisnya berhasil menyamarkan suaranya, "sudah lama kami mencarimu, kenapa kau tidak pernah mengabari kami?"
Dari pintu masuk Mark datang bersama Jaebum dan Youngjae setelah mendengar suara tangis Jackson. Keterkejutan tampak terlihat di wajah ketiganya sebelum akhirnya mereka masuk. Bergabung dalam reuni kecil mereka dengan teman lama mereka.
Tak ada yang menyangka bahwa semua akan menjadi seperti ini. Dan hari itu menjadi hari kebebasan bagi Park Jinyoung, ketika semua rekannya datang untuk membawanya pulang. Dan karena situasi yang semakin memanas juga membuat Distrik 8 terkena imbas. Hari itu juga, Kihyun yang masih dalam keadaan kritis dipindahkan ke Rumah Sakit Distrik 2 bersama dengan Jinyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historical Fiction1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...