Lembar 67

85 17 6
                                    

    Distrik 1.

    "Tuan Muda, kita sudah sampai," ucap paman Shin ketika mobil yang ia kendarai memasuki kawasan Distrik 1.

    Taehwa sejenak mengarahkan pandangannya ke luar. Sekilas tak ada yang berbeda dengan tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, namun setelah semakin memasuki kawasan itu, ada begitu banyak anggota Militer yang berkeliaran.

    "Tuan Muda ingin langsung berhenti di Camp Militer?"

    "Itu bukanlah tujuanku, hentikan mobilnya."

    Paman Shin menepikan mobilnya. Taehwa kemudian turun terlebih dulu dan berhasil menarik perhatian dari beberapa penduduk yang berada di sekitar tempatnya. Paman Shin lantas menghampiri pemuda itu.

    "Apa yang ingin Tuan Muda lakukan sekarang?"

    "Asap apa itu?"

    Paman Shin mengikuti arah pandang Taehwa yang mengarah pada kepulan asap yang membumbung tinggi di tempat yang sepertinya tak begitu jauh dari tempat mereka.

    "Apa telah terjadi kebakaran?"

    "Jika aku tidak salah, sepertinya asap itu berasal dari reaktor nuklir."

    Taehwa memandang penuh tanya. "Reaktor nuklir?"

    "Benar. Tuan Muda tentunya sudah mendengar bahwa Korea Selatan memiliki satu pembangkit tenaga nuklir, dan itu ada di Distrik 1 ini."

    "Senjata nuklir?"

    Paman Shin tersenyum. "Kenapa Tuan Muda berpikir sejauh itu? Korea Selatan telah bergabung dalam perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang memungkinkan bahwa Korea Selatan tidak memiliki hak untuk membuat senjata nuklir."

    "Aku ingin berkeliling sebentar, Paman jangan mengikutiku."

    "Tapi ini adalah tempat asing, Tuan Muda."

    "Aku tidak akan melakukan apapun, hanya ingin melihat-lihat."

    "Kalau begitu aku akan mengunjungi Camp Militer sebentar."

    "Lakukan yang Paman inginkan."

    Taehwa kemudian melangkahkan kakinya menyusuri pemukiman, sedangkan paman Shin masuk ke dalam mobil dan bergegas menuju Camp Militer untuk memberitahukan kepada pimpinan di sana yang kemungkinan besar sudah mendapatkan informasi tentang kedatangan Taehwa ke sana dari para perwira yang sebelumnya mereka temui di perbatasan.

    Taehwa melangkahkan kakinya menyusuri gang sempit di antara rumah penduduk. Sesekali ia tersenyum atau sekilas menundukkan kepalanya ketika melihat orang-orang yang ia lewati memandangnya dengan segan.

    "Sudah berakhir, hancurlah semua. Kita benar-benar tidak ada harapan lagi."

    Langkah Taehwa terhenti ketika pendengarannya menangkap suara seorang pria yang terdengar begitu khawatir. Merapat pada tembok, Taehwa memutuskan untuk sejenak menjadi penguntit.

    "Jangan keras-keras, jika para perwira itu tiba-tiba lewat sini, habislah kita," suara lain menyahuti.

    "Kapan perang akan berakhir jika seperti ini? Jikapun ingin berperang, kenapa harus mengorbankan kita. Mereka yang ingin berperang, kenapa harus kita yang menderita."

    "Aku bingung harus menjawab bagaimana. Ingin keluar dari sinipun, aku tidak tahu harus hidup di mana."

    Tak merasa ada pembicaraan yang penting, Taehwa memutuskan untuk pergi ke arah lain. Tak ingin mengganggu penduduk setempat.

DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang