Masih di malam yang sama. Pintu yang menjulang tinggi itu terbuka dengan kasar, menampilkan siluet hitam yang berdiri di depan pintu. Yoo Kihyun, menginjakkan kakinya di gedung kosong yang menyerupai pergudangan. Menyampirkan ujung karung di tangannya pada bahu, pemuda itu menyeret karung yang terlihat cukup berat itu untuk memasuki bangunan tersebut.
Tak ingin repot-repot berbalik, pemuda itu menutup pintu menggunakan kakinya. Pintu berdebum dengan keras, lantas membimbing langkah Kihyun untuk menghampiri sebuah perapian yang berada di ujung ruangan besar dan kosong itu. Terlihat sedikit kesulitan untuk menarik karung tersebut. Dan sedikit cahaya yang berhasil menemukan sosoknya memperlihatkan noda kemerahan pada ujung karung yang bersentuhan dengan lantai dan mengotori lantai yang ia lewati.
Berhenti pada jarak satu meter dari perapian, Kihyun mengerahkan tenaganya untuk melemparkan karung yang bersimbah darah tersebut hingga terjatuh tepat di dekat perapian. Napas pemuda itu sedikit memburu. Dilihatnya kedua telapak tangan yang dipenuhi oleh darah yang terlihat masih basah.
Setelah sebelumnya membunuh Hyunjae. Kihyun memutuskan untuk memasukkan jasad pria itu ke dalam karung dan membawanya ke sana. Kihyun berniat membakar jasad Hyunjae untuk menghilangkan jejak pria itu, meski setelah ini ia akan menemui Hyungwon dan mengakui apa yang sudah ia lakukan pada ayah pemuda itu.
Bukan karena takut pada Hyungwon, Kihyun melakukannya karena ia berpikir bahwa Hyunjae tidak pantas mendapatkan pemakaman yang seharusnya. Ingatlah satu fakta penting, bahwa tuan Yoo Kihyun adalah seorang pendendam.
Tak membiarkan menit berlalu terlalu banyak, Kihyun mendekati jasad Hyunjae. Namun saat itu suara langkah kaki berhasil ditangkap oleh pendengaran Kihyun. Pemuda itu perlahan berbalik ke sumber suara dan terkejut ketika melihat Changkyun berada di sana. Melupakan jasad Hyunjae, Kihyun bergegas menghampiri Changkyun.
"Kau di sini?" Kihyun langsung memegang kedua bahu Changkyun dengan tatapan khawatir. "Kau baik-baik saja?"
Pandangan Changkyun terjatuh pada tangan Kihyun yang memegang lengan kirinya dan membuat lengan kaos yang ia kenakan terkotori oleh darah. Setelah itu, Changkyun kembali memandang Kihyun. Masih dengan raut wajah yang tak menunjukkan perasaan apapun.
"Jangan diam saja dan katakan sesuatu padaku."
"Siapa, yang baru saja Hyeong bunuh?"
Kihyun yang tersadar lantas segera menurunkan tangannya dan mendapati lengan kaos Changkyun yang terkotori oleh tangannya. "Maaf."
"Siapa yang Hyeong bunuh?"
"Bukan siapa-siapa, kau tidak perlu tahu. Sekarang katakan bagaimana kau bisa kembali ke sini."
Changkyun terlihat ragu-ragu dan menghindari kontak mata dengan Kihyun.
"Lim Changkyun, cepat jawab pertanyaanku."
Changkyun kembali memandang Kihyun. "Aku ingin bicara dengan Hyeong."
"Kalau begitu bicaralah."
"Tidak di sini."
Sebelah alis Kihyun terangkat. "Kenapa?"
"Kita bicara di tempat lain." Changkyun keluar lebih dulu dari bangunan itu.
Kihyun ragu dan sempat memandang jasad Hyunjae sebelum memutuskan untuk mengikuti Changkyun. Kihyun tak tahu ke mana Changkyun akan membawanya. Tak terlalu khawatir karena perhatian semua orang tertuju pada kebakaran di Kantor Kepala Distrik yang tampaknya belum juga bisa dipadamkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)
Historische Romane1945, apa yang kiranya kau pikirkan ketika mendengar kata tersebut? Kemerdekaan Korea, kah? Bagaimana dengan 1948? PBB bersama Uni Soviet dan juga Amerika serikat membagi wilayah Korea menjadi dua berdasarkan garis lintang 38°. Benar, itulah yang te...