Lembar 102

107 18 0
                                    

    Mobil yang dikendarai oleh Kihyun berhenti setelah bagian depan mobil menabrak rumah penduduk. Ketika langit perlahan mulai menggelap, Kihyun sampai di Distrik 6. Pemuda itu segera keluar dari mobil, memandang ke sekitar di mana terlihat asap yang sudah menyebar hingga tempat itu.

    Langit yang sedikit mendung membawa butiran air itu melepaskan diri dari langit. Namun ketika Kihyun mengambil langkah pertamanya, saat itu butiran air tertahan di udara selama satu detik. Membeku di udara sebelum menyentuh tanah sebagai butiran salju yang lembut.

    Sesuai prediksi Jooheon, bahwa salju pertama musim gugur tahun itu turun di kesembilan distrik. Langkah tertatih Kihyun dengan bantuan tongkat pada kedua tangannya mulai menyusuri pemukiman. Menyusup dalam kabut tipis beserta butiran salju yang semakin bertambah di setiap detiknya.

    Kihyun menghentikan langkahnya. Kembali memandang sekeliling dengan wajah yang khawatir. Tak ada siapapun yang ia lihat di sana, dan perlahan angin musim gugur datang. Berhembus sedikit keras dan mengacaukan perjalanan butiran salju yang ingin segera menyentuh tanah.

    Setelah hening sempat menyergap, tiba-tiba saja terdengar suara tembakan disusul oleh suara bising dari teriakan seseorang yang berada cukup jauh dari tempat Kihyun. Batin Kihyun tersentak. Ia pun memutuskan untuk pergi ke sumber kebisingan itu. Perlahan namun pasti, langkah yang tertatih itu semakin mengeras di setiap detiknya, seiring dengan suara tembakan yang terdengar saling beradu.

    "Bertahanlah, aku mohon ..." sebuah doa terpanjat dalam batin yang gelisah.

    Langit yang mengelap, asap yang memudar, butiran salju yang semakin kacau, hembusan angin yang terus berusaha menumbangkan tubuh Kihyun. Melupakan rasa sakit yang diderita oleh tubuhnya, langkah itu semakin terburu-buru hingga kemarahan mulai menyeruak dalam hatinya.

    Kihyun membuang dua tongkat di tangannya dan berjalan dengan usahanya sendiri. Tak peduli jika setelah ini ia akan kehilangan kakinya, Kihyun berusaha untuk berlari. Mencoba menjangkau tempat para rekannya berada.

    Kembali bertemu dengan malam, beberapa orang tampak meringkuk di tempat persembunyian mereka ketika butiran salju yang telah menghilang dari udara meninggalkan hawa dingin tanpa belas kasihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    Kembali bertemu dengan malam, beberapa orang tampak meringkuk di tempat persembunyian mereka ketika butiran salju yang telah menghilang dari udara meninggalkan hawa dingin tanpa belas kasihan. Salju tak benar-benar turun di sana. Karena salju pertama musim gugur tahun itu turun di Bukit terlarang yang kemudian menyelimuti bukit itu dalam waktu singkat.

    Changkyun merapatkan pakaiannya ketika ia berjalan mengendap-endap di dalam kegelapan. Baku tembak telah berakhir, namun tak menutup kemungkinan bahwa serangan tanpa rencana bisa datang kapan saja.

    "Sudah aman?" tanya Jooheon begitu Changkyun sampai di tempatnya.

    "Anak-anak yang lain belum kembali?" Changkyun balik bertanya.

    "Aku masih mendengar suara mereka di sekitar sini, tapi tiba-tiba menghilang."

    Changkyun mendudukkan dirinya di samping Jooheon yang saat itu duduk di tanah. Changkyun menyandarkan punggungnya pada tembok di belakang mereka, namun segera menjauhkan punggungnya karena tembok itu terasa sangat dingin. Hal itulah yang kemudian mengundang tawa ringan dari Jooheon.

DISTRICT 9 : Date Of The Death (Vers.1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang