Pagi yang cerah sekan-akan menandakan akan datangnya kebahagian pada seorang gadis yang baru bangun dari tidurnya.
"Raa,bangun cepet mandi" ucap seorang wanita paruh baya.
"Iya bu" jawab seorang gadis.
Gadis itu bernama Mishella Anara Senja. Panggil saja Nara. Ia merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang kakak laki-laki,namanya Marchella Jingga Widianto.
Nara memang terlahir dari keluarga kaya. Tapi ia dan kakaknya diajarkan hidup sederhana oleh kedua orangnya. Nara pun tidak pernah memamerkan apa yang ia punya. Tidak pernah menyombongkan dirinya. Sederhana lebih baik, pikirnya.
Keluarganya masih utuh. Nara juga mendapatkan kasih sayang lebih dari kedua orang tuanya. Terlebih dari kakak laki-lakinya.
Jingga sangat menyayangi Nara. Ia bahkan rela jadi bodyguard adik perempuanya itu. Ia tidak ingin ada seseorang yang melukai adiknya.
Jam menunjukan pukul 06.10 pagi. Terlihat Nara turun dari tangga ia menuju meja makan. Disana sudah ada kedua orang tuanya.
"Pagi ayah,pagi ibuu" ucap Nara dengan semangat.
"Pagi juga sayang" ucap wiwi,ibunya Nara.
"Abang kamu kemana dek?belum bangun dia?" tanya Widianto,ayah Nara.
"Mungkin,aku ke kamar abang dulu" ujar Nara yang langsung melesat ke kamar Jingga yang tepat berada didepan kamarnya.
Orang tuanya hanya terkekeh melihat kelakuan Nara,ia sudah hapal betul kelakuan anak-anaknya.
Nara sudah berada di depan kamar Jingga. Namun saat mencoba untuk membuka pintu, ternyata terkunci. Sikap jail Nara mulai meronta-ronta untuk menjaili Jingga.
"Abang bangun, gempa woyy gempa." ucap Nara dengan heboh sembari mengetuk pintu Jingga dengan keras.
"Bang Jingga cepet ada gempa bumi" ucapnya lagi.
"Gempa?" mendengar ucapan Nara Jingga tergelak kaget dan langsung keluar dari kamarnya. Bahkan sampai lari terbirit-birit menuruni tangga.
"Lo ngapain diem buruan dek, gempa!" ucap Jingga yang masih heboh dengan hanya menggunakan kolor bergambarkan Spongebob tanpa mengenakan baju.
Nara diam tak menjawab
"Lu? Ahh ngejain gue lagi ya?" kata Jingga yang kesal karena kelakuan Nara.
"Siapa suruh jam segini belum bangun".
"Iya iya,makasih udah bangunin dengan cara yang spesial sayang" ucap Jingga dengan menekankan kata terakhirnya, sembari mencubit pipi Nara yang kemudian kembali masuk kedalam kamarnya.
"Sama-sama abang jelek" ucap Nara pelan.
"Gue denger" terdengar Jingga teriak didalam kamarnya.
Sebelum ia di baku hantam oleh abangnya,ia langsung pergi ke meja makan.
"Udah jailin abangnya?" Tanya ibunya.
"Udah bu" jawab Nara dengan cengengesan.
"Kamu ini de,seneng banget jailin abang mu itu" ujar ayahnya sembari memakan roti.
"Sekali sekali" ucap Nara dengan tertawa kecil.
"Tiap hari juga kamu suka jailin dia de,kalau enggak dia yg jailin kamu" kata Wiwi yang mulai frustasi dengan kedua anaknya yang selalu menjaili satu sama lain.
"Iya dehh,yaudah bu yah Anara berangkat sekolah dulu" ucap Nara sembari salam dengan kedua orang tuanya.
"Ehh gak bareng sama abangmu?" Tanya ibunya.
"Enggak ah males,lama kek cewek lagi dandan, assalamualaikum!" ucap Nara yang mulai pergi keluar rumah.
"Waalaikumsalam" jawab kedua orang tuanya.
"Lah bukannya anak ibu yang itu cewek juga kan?"
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Teen FictionNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...