Empat puluh enam

201 7 0
                                    

Selepas jingga pergi meninggalkan kelas Nara. Mendadak semuanya diam. Kelas menjadi hening.

Hanya terdengar suara isakan tangis dari seorang gadis yang duduk sambil menundukan kepala dibawah lantai.

Semua teman-temannya sudah mengetahui siapa jingga dalam hidupnya. Ia takut kejadian bertahun-tahun yang lalu akan kembali menimpanya.

"Raa" panggil Agnes.

Nara bangkit dari duduk nya ia langsung menghampiri Agnes dan memeluknya dengan erat. Ia menangis di pelukan sahabatnya ini.

"Terus Raa terus nangisnya,sampe lo capek, biar nanti lo lega" ucap Agnes.

Disisi lain, teman-temannya merasa iba melihat keadaan Fariz sekarang. Ia sudah dipukuli beberapa kali oleh jingga.

Ia tidak menyangka jika laki yang selalu mengantar jemput Nara, laki-laki yang pernah membawa Nara ke Mall, adalah kakak kandungnya sendiri.

Sungguh mereka merasa bersalah pernah sepemikiran dengan Fariz.

"Dia kakak lo Raa?" tanya Rizky dengan hati-hati.

"Udah jangan di bahas sekarang" timpal Vina.

"Aku akan ceritain semuanya"

Flashback on!

Seorang gadis yang baru saja beberapa hari ini sudah resmi menjadi siswa baru di SMPnya ini.

Banyak teman-teman baru yang ia dapat. Tapi ada saja yang mengganggunya.

Banyak kakak kelasnya yang selalu saja meminta bantuan kepadanya untuk mendekati kakaknya itu,namanya Marchella Jingga Widianto.

Kakaknya itu memang tampan. Tak heran jika banyak kakak kelas terutama perempuan yang mendekatinya.

Mereka meminta bantuan kepada Nara dengan cara memberi salam, memberi secarik surat, bahkan barang.

Namun kakaknya itu selalu saja mengabaikan para fansnya. Saat ada yang memberinya barang melalui Nara,jusrtu Jingga malah menyuruh Nara untuk menerimanya.

Gadis itu sudah menolak. Ia tak ingin terjadi sesuatu hal buruk dengannya. Ia takut ketahuan oleh fans kakaknya,jika saja barang yang dikasih untuk jingga malah diterima oleh Nara.

••••


Suatu hari, seorang perempuan yang merupakan kakak kelasnya itu menghampirinya dengan raut muka memerah,seperti emosi.

"Lo sebenernya ngasih surat itu ke Jingga atau enggak?" tanya Mirna dengan emosi.

"Maksud kak Mirna apa?" tanya Nara, karena jujur ia sangat bingung dengan kakak kelasnya ini.

"Barang yang gue kasih ke lo,lo kemanain? Lo gak ngasih itu ke Jingga?" tanyanya lagi dengan nada tinggi.

"Aku udah kasih ke bang Jingga,tapi dia nolak, dia minta aku buat nerima barang dari kakak, jadi coklat yang kakak kasih buat bang Jingga aku yang makan, dan untuk suratnya bang Jingga nyuruh aku buat buang,jadi aku buang surat itu" jelas Nara.

Ia sangat takut dengan kakak kelasnya ini. Sedari tadi ia hanya menunduk.

"Sialan"

Plakkkk!

Kakak kelasnya itu langsung pergi setelah menampar pipi Nara. Gadis ini hanya diam,ia menangis karena jujur ini pertama kalinya kejadin seperti ini menimpa dirinya.

••••

"Nara aku pulang duluan yah" pamit salah seorang teman Nara.

"Iya"

Kini hanya tinggal ia sendirian di kelas ini. Semuanya sudah pulang. Nara pulang terlambat karena ia kebagian piket kelas.

Saat hendak pergi dari kelasnya. Baru saja melewati pintu ternyata sudah ada seorang perempuan dengan senyuman meremeh kepada Nara.

"Ada apa kak?" tanya Nara dengan hati-hati.

"Ikut gue"

Nara bingung kenapa kakak kelasnya ini mengajaknya ke gudang sekolah. Tempat ini jarang dikunjungi murid-murid,karena tempat ini sepi. Sangat sepi.

Mirna kakak kelasnya ini seperti sudah dibutai oleh cintanya kepada jingga. Ia memaki Nara,bahkan sesekali Mirna memukul punggung Nara.

Sungguh Nara tidak tau apa yang harus dilakukan. Nara ingin sekali melawan tapi percuma, ia kalah saing dengan Mirna yang membawa antek-anteknya.


••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang