Lima Puluh Lima

208 8 0
                                    

"Cantik" ucap seorang gadis dalam hatinya.

Sedari tadi ia terus bercermin, melihat dirinya dipantulan cermin. Tak lupa dia terus menunjukan senyum tulusnya.

Senyum yang menutupi segalanya. Menutupi luka, menyembunyikan sakit. Memperlihatkan dirinya kepada orang-orang seolah baik-baik saja. Tapi sebenarnya dia tidak baik-baik saja, bahkan jauh dari kata baik-baik saja.

Dulu senyuman itu ia perlihatkan kepada semua orang,bahkan orang yang ia tidak kenal sekalipun.

Lambat laun senyuman itu memudar, berubah menjadi hambar. Hambar karena tertutupi wajah pucatnya.

Senyuman tulusnya hilang seketika. Senyum itu pudar dari wajah cantinya. Tatkala ia menyadari jika akhir-akhir ini wajahnya semakin pucat pasih.

••••

"Loh kok pake seragam sekolah?" tanya Wiwi melihat gadisnya turun dari tangga.

"Anara mau sekolah bu" balas gadis itu.

"Kamu belum sembuh sayang" timpal ibunya.

"Ibu, Anara emang gak bakalan bisa sembuh" ucapnya dengan senyum terpaksa.

"Hustt, gak boleh ngomong gituh. Pamali" jelas Wiwi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kamu yakin mau sekolah sekarang?" tanya ibunya.

"Iya bu, hari ini Anara mau berangkat sekolah, udah dua hari absen" jelasnya.

"Yasudah,tapi kamu berangkat bareng abangmu yah" ujar wiwi.

••••

Hari ini Nara berangkat pagi, sengaja ia tidak ingin datang siang. Karena tadi ia berangkat dengan jingga.

Kini ia hanya sendirian dikelasnya. Belum ada yang datang. Apakah ia berangkat terlalu pagi?

"Hai Raa" sapa Mita yang baru datang.

"Halo Mit" balasnya.

"Ehh Nara" ucap Rina.

"Kenapa Rin?"

"Gak papa,hehe" ucapnya sambil cengengesan.

"Astaga Nara akhirnya lo sekolah juga, gue udah kangen banget sama lo sumpah" ucap Agnes yang baru datang dan kemudian langsung memeluk Nara.

"Kamu terlalu berlebihan Nes" timpal Nara.

"Ihh kok berlebihan gue bener Raa" ucapnya dengan memanyukan bibirnya.

"Iya iya"

"Lo kemana aja Ra? Dua hari gak sekolah gak ngasih kabar pula" tukas Vina.

"Emm-itu anu Nara kemarin" ucapan Nara terpotong oleh Fia.

"Lo gagap?" timpal Fia.

"Ya enggak lah" balas Nara.

"Terus kemarin lo kemana?" tanya Agnes dengan posisi dirinya masih memeluk Nara.

"Aku ada acara keluarga, dan gak sempet buat ngabarin" jelasnya.

Ia berbohong karena ia tidak mau teman-temannya tau alasan kemarin ia tidak sekolah.

Agnes yang masih diposisi memeluk Nara. Kaget dengan sesuatu yang menempel di tangan Nara. Seperti bekas infus, batin Agnes.

"Ini tangan lo kenapa? Kok pake beginian?" tanya Agnes bingung sambil mengangkat tangan Nara, dan itu dapat dilihat oleh temen-temannya.

"Kok kaya bekas infus Raa?" tanya Fia, ia langsung menatap Nara dengan bingung. Apakah temannya ini sakit?

"Ahh emm-enggak kok, ini bukan bekas infus. Kemarin setelah pulang dari acara itu aku masak-masak sama bang Jingga,ehh kecipratan minyak" jelasnya.

Dan lagi lagi, ia berbohong kepada teman-temannya. Ia terpaksa melakukan ini.

Ia tak ingin mereka tau tentang sakitnya. Ia tak ingin membuat mereka khawatir. Terlebih ia takut jika sakitnya akan merepotkan teman-temannya.

"Lo yakin?" tanya Fia,jujur sebenarnya ia tidak percaya dengan penjelasan Nara.

"Iya Fia. Kemari pas kecipratan aku mau nangis karena panas, tapi bang jingga malah ketawa. Yaudah aku nangis tapi kepotong potong ikut ketawa sama bang jingga"

"Gak kebayang gue orang nangis sambil ketawa" ucap Vina sembari tertawa.

"Yaudah gak usah dibayangin kalo gituh" timpal Agnes, yang membuat Vina ditertawakan oleh yang lainnya.

Maaf aku bohongin kalian terus, batin Nara.

Ia terus menatap teman-temannya, tak lupa dengan senyum yang terus mengembang.

Ia tidak tau apa yang akan terjadi nantinya jika teman-temannya tau tentang sakitnya.

Apakah mereka akan menjauhi Nara?

Apakah mereka akan meninggalkan Nara?

Apakah mereka akan malu karena mempunyai sahabat yang penyakitan?

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akhir-akhir ini selalu menghantui Nara.

Gadis ini ketakutan. Sangat takut.



••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang