Empat puluh empat

205 5 0
                                    

"Halo selamat pagi sayang sayangnya aku" ucap Agnes dengan dramatis.

"Geli gue dengernya" tukas Fia.

"Gue malahan jijik" Timpal Vina sembari bergidik.

"Ehh tunggu, emang dia temen kita Raa?" ucap Fia sambil memegang tangan Nara.

"Sialan lu" timpal Agnes tak terima.

Nara hanya diam sesekali tertawa kecil,melihat kelakuan sahabat-sahabatnya ini.

"Lo pada gak ada baek baeknya sama gue yah,liat noh si Nara, malahan di seneng" ucap Agnes yang kemudian beralih memeluk Nara.

"Lo paling the best pokoknya Raa" Puji Agnes.

"Hadeuhh Raa,lo kuat banget punya adek kek dia" sindir Vina.

"Diem lo Vin" ancam Agnes sembari melotot ke arah Vina.

Saat asik mengobrol tiba-tiba ada seorang gadis perempuan menghampiri mereka berempat, namanya Mita.

"Raa gue boleh tanya?" tanya Mita.

"Boleh,mau tanya apa?"

"Kemaren lo pergi ke rumah sakit?"

Astaga.

Kenapa Mita bisa tau. Apakah ia bertemu dengan Mita? Atau ia tidak melihat sekitarnya sampai tidak tau jika Mita melihatnya.

"Kerumah sakit? Lo sakit Ra?" tanya Vina bingung dan Nara hanya diam.

"Ka-kamu salah liat kali Mit" ucap Nara gugup.

"Masa iya gue salah liat. Perasaan emang bener lo Raa, pas di RS lo didorong sama laki-laki pake kursi roda" jelas Mita.

"Ahh eng-enggak kok, kamu salah orang, kemari aku dirumah Mit. Mungkin orang itu sepintas mirip aku"jelas Nara dengan sedikit gugup.

Ia terpaksa berbohong kepada teman-temannya karena ia tak ingin mereka tau tentang kejadian kemarin.

"Apa iya gue salah liat yah" ucap Mita dalam hatinya, seolah tidak percaya dengan penjelasan Nara. Ia melihat jelas jika perempuan itu adalah Nara.

••••

Kringggg,,, kringggg,,, kringgg,,,

"Raa kantin yuk" ajak Vina.

"Aku males banget sumpah" jelas Nara.

"Yaudah mau nitip apa?" Tanya Agnes.

"Thai tea aja satu" pinta Nara dengan senyum mengembang.

"Tai tai tiiii,gak bosen bosen" sindir Vina.

"Gue aja dengernya jijik" timpal Agnes dengan bergidik.

Nara tak menjawab ucapan mereka. Ia hanya terkekeh dengan teman-temannya itu.

Pasanya mereka bingung kenapa Nara sangat menyukai thai tea. Bahkan menurut mereka rasa minuman itu tidak terlalu enak.

"Raa gimana persiapan lo buat duet sama Fariz?" tanya Briyan.  Entahlah dari mana asalnya laki-laki itu datang.

Ucapan Briyan mampu membuat Nara bungkam, untung saja ketiga sahabatnya sudah pergi kekantin.

"Aku belum siapin apa-apa" ucap Nara.

"Lo yakin gak papa gue tunjuk buat duet sama Fariz? Atau permintaan gue terlalu berat buat lo?" ucap Briyan penuh dengan pertanyaan yang membuat Nara bingung.

"Enggak kok, aku usahain yah" balas Nara.

"Yaudah nanti gue aja yang bakal nentuin kalian latihan yah. Gue minta maaf banget kalau lo merasa keberatan atas permintaan gue. Gue tau suara lo bagus, gue rasa lo bisa buat kelas kita bangga" jelas Briyan.

"Iya gapapa Yan. Tapi nanti aku gak mau latihan cuman berdua, minimal ada satu orang yang nemenin" pinta Nara.

Mendengar ucapan Nara membuat Briyan paham apa maksud dari permintaannya. Ia paham bagaimana rasanya diposisi Nara. Sebenarnya dia memang belum pernah berada diposisi Nara, tapi ia bisa merasakan bagaimana rasa canggung menjalar didalam dirinya saat bersama orang yang dulunya pernah dicintai.

"Iya gapapa Raa, sekali lagi thank dan sorry yah"

••••

"Raa boleh duduk?" tanya seorang laki-laki mengangetkan Nara.

"Boleh"

Laki-laki itu kemudian duduk disamping Nara. Dia adalah Reihan. Laki-laki yang menyukai Nara. Laki-laki yang merelakan Nara untuk temannya sendiri.

"Maaf"

"Untuk?".

"Kejadian waktu gue berantem sama Fariz"

"Gapapa"

"Lo ngejauh setelah tau semua itu?" tanya Reihan dengan menatap lekat Nara.

"Apa gak ada kesempatan lagi buat gue untuk sekedar jadi teman lo?" tanya Reihan dengan lirih.

"Gak ngejauh kok,dan kita masih bisa jadi teman" jelas Nara.

"Serius?" tanya Reihan.

"Seriuslah" balas Nara dengan senyum tulus.

"Makasih Raa, sekali lagi maaf karena udah suka sama lo" jelas Reihan.

"Iya gapapa"

"Reihan aku boleh minta sesuatu?" tanya Nara dan Reihan menoleh kepadanya seolah berkata 'apa?'.

"Kalau nanti aku latihan buat pensi nanti, aku minta kamu buat temenin aku mau?" tanya Nara lagi, berharap sekali jika Reihan mau.

Gue tau alasan lo minta hal itu Raa, ucap Reihan dalam hatinya.

"Karena Fariz yah?" tanya Reihan sambil tertawa kecil.

"Iya iya gue bakal temenin lo" ucap Reihan sambil mengacak ngacak pucuk rambut Nara.

Setelah ia tau kejadian itu, sewaktu Reihan mengaku mencintainya di depan teman-teman sekelasnya. Awalnya ia kaget.

Ia tidak menjauhi laki-laki itu. Ia hanya menjaga jarak. Entahlah apapun itu alasannya ia sendiri tidak mengerti.

Tapi bagaimana pun juga ia tidak boleh berada diposisi seperi ini. Ia tidak ingin terus berjaga jarak dengan Reihan. Maka dari itu ia meminta Reihan untuk menemaninya saat latihan untuk pensi nanti.








••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang