Delapan puluh satu

257 5 0
                                    

"Nara sayang kak Devan" ucap Nara.

Dan Devan hanya diam,bibirnya mulai terangkat keatas. Ia sudah tau jika gadis ini menyayanginya. Cihh ge-er, tapi bener juga sih hehe.

"Kak Devan orang yang baik, karena itu kak Devan layak dapet perempuan yang sama baiknya dengan kak Devan" ucap Nara membuat Devan menautkan alisnya.

"Dulu setelah Nara putus dari Fariz, rasanya semua perasaan, kepercayaan, hancur saat itu juga. Rasanya Nara akan sulit untuk percaya dengan laki-laki lain, atau bahkan untuk mencintai laki-laki lainpun"

"Tapi ternyata dugaan Nara salah. Allah mendatangkan kak Devan dalam hidup Nara. Kata salah satu penulis yang Nara suka gini "Perasaan yang dulu seolah mati, kini beranjak untuk tumbuh kembali" Dan itu semua karena kak Devan" jelas Nara sembari menyenderkan kepalanya dibahu Devan.

"Nara pengen banget bisa berlama lama terus sama kak Devan. Tapi itu cuman hayalan Nara doang" ucap Nara sambil memanyunkan bibirnya.

"Shuttt, gak boleh ngomong gituh. Kita bisa bareng berlama-lama kok. Allah ingin kamu bahagia, makannya dia ngirimin aku untuk kamu" ujar Devan.

"Cihh pede banget" ucap Nara dengan cengengesan.

"Aku serius,Senja"

"Iya iya aku percaya. Maka dari itu aku banyak-banyak terimakasih sama kak Devan, udah bikin aku bahagia. Kalau nanti aku pergi, kakak janji gak boleh sedih apalagi nangis yah" mendengar ucapan Nara membuat raut wajah Devan berubah seketika.

"Udah gak usah ngomong gituh" timpal Devan kesal.

"Ihh serius, kali ini aja yah. Kak Devan pokoknya harus bahagia, seenggaknya aku gak bakal nyusahin kak Devan lagi. Aku percaya ada perempuan diluaran sana yang cintanya melebihi cinta aku sama kak Devan" jelas Nara.

"Denger Senja. Aku gak butuh perempuan-perempuan itu, aku butuh kamu. Aku gak peduli seberapa besar cinta mereka, sekali orang itu kamu bakalan tetap kamu. Dan satu hal lagi, selama aku kenal kamu, kamu gak pernah sedikitpun nyusahin aku. Jadi plis, kamu gak usah ngomong itu lagi. So listen me, i real need you" jelas Devan panjang. Ia memeluk gadisnya ini, tangnnya menggenggam tangan Nara, ia mencoba memberi kekuatan.

"Maafin Nara kak" ucap Nara semakin mengeratkan pelukannya pada Devan.

"Kenapa minta maaf?"

"Nara boleh minta sesuatu gak?" tanya Nara sambil menoleh Devan dengan posisi dagu yang berada dilengan Devan.

"Minta apa?"

"Cium Nara"

Deg!

Ucapan Nara mampu membuat Devan bungkam. Kenapa Nara meminta itu? Ia pikir Nara akan meminta sesuatu yang jauh dari itu. Bahkan ia tidak berfikir sampai situ.

"Kenapa kak Devan diem? Gak mau yah?" tanya Nara dengan memanyunkan bibirnya.

"Kenapa kamu minta itu?" tegur Devan.

Bagaimanapun juga Devan laki-laki normal. Mungkin bisa ia melakukan hal itu kepada Nara? Selama ini ia berusaha untuk menahan semua itu, karena ia tidak ingin frist kiss-nya Nara diambil olehnya, ia sadar ada seseorang yang nantinya layak mendapatkan itu.

"Ya gak papa, kalau gak ma-"

Cuppp!

Satu!

Dua!

Tiga!

Empat!

Lima!

Devan mencium bibir Nara. Dan apa yang terjadi selanjutnya?

Dengan perbuatan Devan yang tiba-tiba membuat Nara terdiam, tubuhnya menjadi kaku. Hatinya terasa sangat senang sekaligus terkejut, jantungnya semakin berdegub tak karuan. Jadi ini rasanya first kiss? Batin Nara sambil memejamkan mata.

Ciuman itu berlansung tidak lama, hanya beberapa detik. Karena Devan langsung menghentikan ciuman itu.

"Maaf" cicit Devan.

Semenjak kejadian barusan Nara menjadi malu sendiri. Dia yang minta tapi dia yang malu. Sungguh saat ini ia benar benar malu.

"Kok diem?" tanya Devan.

"Hmm,,itu aduhh gimana ini, makasih buat yang tadi" ucap Nara pelan, sangat pelan, jujur ia sangat gugup. Ia berharap Devan tak mendengar ucapannya barusan.

"Sama-sama" ucap Devan sambil mengacak pucuk rambut Nara dan menariknya kedalam dekapannya, Nara pun membalasnya dengan senang hati.

Pelukan keduanya saling mengeratkan, seolah tak membiarkan orang yang dipeluknya hilang ataupun pergi darinya.

Namun tak lama setelah itu nafas Nara mulai agak berbeda. Ia merasakan ini tak seperti sebelumnya. Tidak, ini bukan karena Devan terlalu erat memeluknya. Tapi ia mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak ingin membuat Devan lebih khawatir.

"Kak aku mau istirahat, boleh?" tanya Nara.

"Yaudah kita balik ke ruang rawat aja yah, udah lebih lima belas menit juga nihh" ucap Devan.

"Nara mau istirahat disini kak, boleh yah" tukas Nara.

"Yaudah tapi disini gak boleh lama-lama, nanti aku bangunin"

"Tapi nanti kak Devan gak boleh sedih yahh"

"Kenapa?"

"Nara mau istirahat kak, Nara cape, sakit banget rasanya udah gak kuat" jelas Nara.

"Sesakit itukah? Apa kamu gak bisa bertahan lagi?" tanya Devan dengan menatap lekat mata Nara.

"Iya kak sakit banget, kalau kak Devan ngizinin aku istirahat mungkin aku gak bakal ngerasain sakit ini lagi"

Air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia tidak kuat dengan hal seperti ini. Sungguh ia tidak ingin kehilangan Nara. Tapi jika takdir berkata lain ia harus bagaimana?

"Kalau itu bikin kamu tenang dan gak bakal ngerain sakitnya lagi,,,,"

"Kak Devan izinin" ucapan Devan terhenti karena ia tidak sanggup mengucapkan kalimat itu.

Deg!

Rasanya hatinya sudah hancur saat mengatakan hal itu.

Senyuman Nara mengembang seketika meskipun wajahnya penuh dengan air matanya. Ia sangat bahagia bisa memiliki Devan. Sungguh ia berterimakasih karena Allah telah menghadirkan Devan dalam hidupnya.

"Makasih yah kak, semoga kakak bahagia. Kalau nanti kak Devan bangunin Nara, tapi Nara gak bangun-bangun kak Devan jangan sedih yah, karena Nara sayang kak Devan" ucap Nara sambil memeluk erat Devan.

" I real miss you Devan Hendinata" ucap Nara kemudian ia memejamkan matanya.

Blekkk!

Tangan Nara terlepas dari tangan Devan. Devan merasakan jika sekarang tubuh Nara agak sedikit dingin. Ia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.

"I real miss you to Mishella Anara Senja" ucap Devan.

Cuppppp!

Devan mencium kening Nara dengan sangat lama. Mungkin ini kecupan terahirnya, dan memang benar.

Gadis ini Anara, mungkin raganya masih disini, tapi jiwanya kini tak lagi berada didalam raganya.

Gadis ini Anara, ia sudah tenang dan tidak akan merasa khawatir jika sakitnya kambuh lagi.

Gadis ini Anara, ia tidak akan merasakan sakit yang selama ini menggerogoti tubuhnya.

Gadis ini Anara, yang sudah merubah sepenuhnya hidup Devan Hendinata.

Gadis ini Anara, yang menjadi sinar senja dalam hidup Devan Hendinata.

Dan gadis ini Anara, yang telah pergi meninggalkan orang-orang yang sangat mencintainya.

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang