Empat Puluh satu

207 9 0
                                    

Jam menunjukan pukul 22.03 ia masih belum mengantuk. Gadis itu hanya melamun.

Reihan menyukainya?

Reihan mencintainya?

Reihan suka dengannya sebelum ia jadian dengan Fariz?

Reihan merelakan dia untuk Fariz?

Ia tidak menyangka jika Reihan menyimpan perasaan padanya. Lagipula sikapnya selama ini tak memperlihatkan jika ia menyukai Nara.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Tuk,,, tuk,, tuk.

Lamunan Nara buyar seketika,ada yang mengetuk pintunya.

"Masuk" ucap Nara.

Terlihat seorang laki-laki berjalan menghampirinya, dia adalah Jingga.

"Lo kenapa de?"

"Gapapa"

"Cerita sama gue"

"Aku gak papa bang" balas Nara.

"Yaudah kalo lo udah siap ceritain,jangan dipendem,gak baik mendem masalah sendirian" ucap jingga. Ia langsung mendekap adik perempuannya ini.

Nara pun menerima itu. Sungguh yang Nara rasakan saat ini adalah nyaman. Sangat nyaman. Membuat ia merasa tenang.

Tanpa Nara sadari air matanya keluar. Ia sangat lelah untuk kejadian beberapa hari yang lalu terjadi padanya.Gadis ini terlalu rapuh untuk urusan itu.

"Kenapa nangis?" tanya Jingga, ia langsung mengusap air mata Nara.

"Gapapa".

"Yaudah sekarang kamu tidur,udah malem. Abang temenin kamu malam ini" jelas Jingga.

Nara yang mendengarnyapun sangat senang. Ia semakin memeluk kakaknya dengan erat. Ia beruntung memiliki kakak seperti Jingga.

Tak lama setelah itu Nara tertidur. Mulai terdengar suara napas yang beraturan.

Jingga mengusap rambut Nara. Sungguh saat ini ia tidak tau apa yang terjadi dengan adiknya ini.

Akhir-akhir ini ada yang berubah dari adiknya. Dan yang lebih jelas perubahannya adalah matanya sembab.

Apa yang terjadi dengan adiknya? Kenapa ia terlihat sangat rapuh.

Drrttt!

Jingga menoleh ke arah meja kecil disampingnya. Rupanya suara dari ponsel Nara.

Ia beralih untuk mengambilnya dengan hati-hati. Ia tak ingin adiknya terbangun.

Ia melihat ada beberapa pesan masuk. Ia pikir mungkin saja itu penting.

Laki-laki itu kaget. Dengan percakapan Nara dengan teman-temannya. Kenapa semuanya sama-sama membahas ini? Pikir Jingga.

Amarahnya mulai memuncak saat ia melihat isi percakapan dalam ponsel milik adiknya beberapa hari lalu.

Nara :
Apa aku pelacur? Apa aku wanita ganjen?

Fia :
Udah Raa lupain, jngn diinget lagi.

Nara :
Ahh atau mngkin benar kata dia aku adalah pelacur:)

Fia :
Udah Raa,lo bukan pelacur, lo bukan wanita ganjen, gue percaya sama lo, gue yakin lo gak main sama cowok yang nganter lo ke sekolah tiap hari itu, udah lupain Raa, dia gak pantes buat lo tangisi.

Ia berhenti melihat percakapan antara Nara dengan temannya itu. Ia beralih melihat adiknya yang sedang tertidur pulas.

Jadi ini yang membuat adinya menangis? Ini yang membuat adiknya menjadi murung untuk beberapa hari ini?

Karena ini pula adiknya pernah memintanya untuk menolak diajak pulang bareng.

Ia tak tau jika Nara sudah memiliki pacar. Lagipula Nara tidak pernah cerita soal laki-laki kepadanya.

Ia tidak akan tinggal diam. Ia tidak terima jika adiknya dibilang wanita ganjen,bahkan pelacur.

Sumpah ia akan memberi pelajaran kepada laki-laki yang sudah membuat adiknya menangis.

"Gue gak bakal diam saat lo kayak gini, dia akan tau rasanya karena udah nyakitin adiknya Marshella Jingga Widianto"

Kemudian dia mengecup kepala adiknya. Dia membiarkan adiknya tertidur dengan posisi memeluknya.

"Maaf karena gue lo jadi terluka"



••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang