Dua Puluh Empat

192 6 0
                                    

"Anara!"

"Masuk aja bu,pintunya gak di kunci" ucap Nara.

Kemudian Wiwi masuk dengan menampilkan senyum kepada anak gadisnya ini.

"Kenapa bu?" tanya Nara.

"Dibawah ada yang nyariin kamu tuh"

"Siapa?"

"Rupanya kamu sedang dekat dengan tetanggamu?" tanya Wiwi sembari tertawa kecil.

"Maksud ibu siapa?" Nara masih bingung dengan pertanyaan ibunya ini.

"Kebawah gih,samperin dia kayaknya ada hal penting"

Nara pun bangun,ia berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu. Siapa yang datang mencarinya?

Nara tergelak. Ia kaget dengan seorang laki-laki yang sedang duduk dikursi ruang tamu. Kenapa dia kesini?

"Herdi?"

Yapp,laki-laki yang datang kerumahnya adalah Herdi. Entahlah apanyang membuatnya datang kerumah Nara.

Sebelumnya ia belum pernah main kerumah Nara, ini pertaman kalinya.

"Ada apa?" tanya Nara.

"Anara sibuk gak?"

"Emang kenapa?" tanya Nara sekarang duduk didepan Herdi.

"Tadi aku udah izin sama ibu buat ngajak kamu jalan,dan ibu bilang gimana kamunya aja,jadi kamu mau gak?" ungkap Herdi panjang.

"Ganti baju dulu" balas Nara singkat.

Gadis itu langsung pergi meninggalkan Herdi sendirian di ruang tamu.

Herdi sangat senang karena Nara menerima ajakannya. Jadi gue gak merasa kesepian deh malam ini,batinnya.

Apa maksud Herdi?

••••

Keramaian.

Satu kata yang Nara rasakan sekarang. Ia tidak terlalu suka dengan keramaian.

Saat ini Herdi mengajaknya ke sebuah pasar malam. Banyak orang-orang yang Nara tidak kenal berlalu lalang disekitarnya.

Kenapa dia mengajaknya kesini? Apakah ia tidak atau jika Nara tidak terlalu suka dengan keramaian?

"Raa makan yukk,aku laper nihh" ucap Herdi.

Dan Nara hanya mengangguk saja. Tak menjawab ajakkan Herdi tadi.

Saat ini Nara sedang duduk disebuah warung lesehan dipasar malam ini. Baginya tidak masalah jika ia memakan makanan disini.

Gadis ini tidak seperti gadis yang lainnya. Dimana mereka ingin diajak ke restoran atau caffe caffe mewah.

Bagi Nara tidak penting. Dimana pun tempatnya,ia akan menerima ajakan orang itu. Itung-itung menghargai, pikirnya Nara.

Ia bingung kenapa Herdi tiba tiba mengajaknya jalan-jalan. Nara kira Herdi sudah lupa dengannya,karena dia dekat dengan cewek disekolahnya itu.

Atau Nara yang sudah lupa dengan kejadian beberapa hari yang lalu? Saat dirinya menangis ketika mendapat info jika Herdi dekat dengan wanita lain.

Saat menunggu pesanan, Herdi mencoba untuk mengajaknya berbicara, mencoba untuk mencairkan suasana.

"Maksih Raa udah mau nemenin aku"

"Iya" jawab Nara singkat.

"Karena ada lo,malem ini gue jadi gak kesepian deh"

Astaga!

Apa maksud ucapan Herdi?

Jadi ia mengajak Nara jalan hanya karena ia tidak ingin kesepian? Benarkah? Nara tidak habis pikir dengan laki-laki yang sekarang duduk dihadapannya ini.

Ia pikir Herdi akan meminta maaf karena dulu pernah menjauhi Nara,sialnya ini yang dia dapat.

Nara mencoba tetap tenang,ia tidak ingin emosinya memuncak didepan orang banyak. Ia hanya membalas ucapan Herdi dengan senyum paksa.

Tak lama kemudian pesenan mereka pun datang. Saat hendak menikmati hidangan,tiba-tiba terdengar suara handphone.

Tidak,itu bukan handphone Nara. Itu suara handphone Herdi. Rupanya ada yang menelponnya. Kemudian laki-laki itu langsung mengangkat panggila itu, entah dari siapa.

"Ini lagi makan" balas Herdi kepada seseorang disebrang telponnya.

"...."

"Ya biasa sama anak tongkrongan" ucap Herdi kemudian ia menatap Nara.

Astaga apa maksud laki-laki dihadapannya ini? Dia berbohong kepada seseorang yang di telponnya.

Dengan menyebut Nara teman tongkrongannya lagi. Sungguh itu membuat Nara makin kesal dengan laki-laki ini.

Nara terus menikmati makanan yang ia pesan tadi. Menghiraukan pembicaraan Herdi dengan seseorang di sebrang telponnya itu.

"Yaudah aku samperin kamu sekarang"

"...."

"Yaudah kamunya jangan marah lagi"ucap Herdi yang kemudian memutuskan sambungan telponnya.

"Raa maaf aku harus pergi sekarang" ujar Herdi seperti orang terburu-buru.

"Iya"

"Aku duluan,kamu hati-hati pulangnya" ucap Herdi sembari mengacak pucuk rambut Nara kemudian ia berdiri dan pergi meninggalkan Nara.


••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang