Tiga Puluh Satu

182 7 0
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi. Nara langsung pulang,bahkan ia tak berpamitan dengan Fariz.

Ia pulang sendirian naik angkot. Jarak rumah dengan sekolahnya lumayan jauh. Ia bisa saja pulang dengan Jingga,tapi ia tidak ingin ada salah paham.

Fariz belum mengetahui jika Nara memiliki kakak laki-laki. Entahlah ia sangat takut untuk menceritakan tentang identitas kakaknya kepada Fariz,bahkan  teman-temannya juga.

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Wiwi.

"Anara pulang naik angkot Bu" jawab Nara.

"Katanya tadi pagi kamu bareng abangmu,kok pulangnya naik angkot de?" tanya ibunya bingung.

"Ade males bu kalo bareng bang jingga" jelas Nara.

Ibunya hanya menggelengkan kepala. Ia tau alasan anaknya tidak ingin pulang bersama kakaknya. Ia tahu betul kejadian yang menimpa Nara dimasa lalu.

••••

"De anter gue bentar" pinta Jingga yang tengah berdiri diambang pintu.

"Males bang"

"Anak perawan males-malesan pamali de" ucap Jingga.

"Kemana?" tanya Nara dia mulai bangun dari tidurnya dan duduk menghadap kakaknya itu.

"Keluar bentar,nganterin barang punya temen"

"Lahh kan biasanya juga sendirian"

"5 menit gue tunggu,atau gak gue seret lo" anacam abangnya kemudian ia melenggang pergi dari kamar Nara.

Ia tau jika ancaman abangnya itu hanya bercanda. Lagipula mana ada seorang kakak yang mau menyakiti adik perempuan satu-satunya.

Nara pun bangun ia mulai mengganti pakaiannya,ia akan menemani abangnya itu. Saat ini ia hanya menggunakan baju pendek yang disertai cardiagan dan celana jeans panjang. Tidak lupa tas kecil untuk menyimpan ponselnya.

Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai disebuah warung. Seperti tempat tongkrongan,batin Nara.

"Ayo ikut" ucap jingga yang sekarang sudah berada di ambang pintu,ia membukakan pintu untuk adiknya.

"Aku dimobil aja"

"Udah ayo"

Kemudian dia menarik Nara untuk mengahampiri teman-temannya itu.  Nara hanya menurut saja. Ia un mengikuti kakaknya ini.

"Gak usah takut" bisik jingga.

••••

"Ehh itu si jingga bareng cewek" ucap seorang laki-laki terdengar jelas di telinga Nara.

"Nih Fer, tadi siang gue lupa buat ngasih itu ke lo" ucap Jingga.

"Oke,santuy aja" balas seorang laki-laki, lamanya Ferdiana.

Semuanya saling tatap. Siapa gadis yang bersama dengan jingga. Apakah itu pacarnya jingga? Setahu mereka jingga tidak memiliki pacar.

"Akhirnya jingga yang terkenal dingin ini udah punya pacar,seneng hatiku mas" ucao seorang laki-laki dengan mendramatis,namanya Dimas.

"Iya lo jing,gak cerita-cerita langsung embat aja"

"Mana cantik lagi"

"Kita kalah sama jingga bro" ucap Dimas membuatnya langsung disoraki oleh anak tongkrongan disini.

"Gila lo yahh,ini adek gue bangsat" jelas Jingga dengan nada kesal.

Semuanya langsung tergelak kaget dengan pengakuan jingga. Mereka tidak tau jika selama ini ia memiliki adik perempuan. Bahkan mereka sudah kenal sejak SMP.

"Serius itu adek lo jing?" tanya Ferdiana.

"Lo kok gak bilang punya adek perempuan,tau gitu dari dulu gue baik-baikin lo" ucap Dimas.

"Buat apa?" tanya Rey.

"Yakali aja gue dapet restu buat jadi adik iparnya" jawab Dimas dengan cengengesan.

"Enak aja lo,awas aja yah kalo ada yang macem-macem sama adek gue,gue gak bakal tinggal diam" jelas Jingga dengan serius.

"Iya deh calon abang ipar" ucap Dimas.

"Amit gue punya adik ipar kek lo"

"Ya Allah hati adek sakit bang"

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang