"Cape gak?" tanya Fariz.
Yang ditanya hanya diam ia menjawab pertanyaan Fariz dengan menggelengkan kepala.
"Kalo kamu cape bilang aja ya" ucap Fariz.
Sudah 10 menit lebih mereka jalan kaki. Nara masih bingung, akan dibawa kemana dia oleh Fariz. Semoga saja tidak akan terjadi hal buruk setelah ini.
"Oke sampai" ucap Fariz dengan antusias.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
Nara sangat takjub dengan apa yang dia lihat sekarang. Sungguh tempat ini sangat cantik. Tempat ini masih asri, udara dikawasan ini sangat sejuk, sepertinya tempat ini jarang dikunjungin oleh orang-orang.
"Gimana kamu suka gak?" tanya Fariz sambil menatap Nara.
"Iya aku suka" ucap Nara dengan senyum mengembang kepada Fariz dan kemudian mengedarkan pandangannya kearah lain.
Cantik, ucap Fariz dalam hatinya ia terus menatap dengan lekat gadisnya ini.
"Duduk disana yuk" ajak Fariz yang kemudian diangguki oleh Nara.
Mereka berjalan menuju sebuah rumah yang sudah agak usang, mungkin rumah ini sudah lama ditinggal. Lagi pula siapa yang akan menghuni rumah didalam hutan seperti ini?
"Mau diambilin minum?" tanya Fariz.
"Gak usah"
"Gak papa, aku ambilin yah tunggu bentar" jelas Fariz kemudian masuk dalam rumah ini.
Mau apa dia masuk rumah itu? Sepertinya tempat ini sudah tidak asing bagi Fariz. Apakah ada orang yang menghuni tempat ini?
"Maaf cuman ada air putih" ucap Fariz sambil berjalan kearah Nara dengan membawa dua gelas air putih.
"Gak papa" balas Nara.
Kemudian keduanya diam. Mereka menikmati suasana sepi seperti ini, hanya terdengar suara hewan,mungkin kicauan burung, jangkring, dan lainnya.
"Gak papa kan aku ajak kamu ke tempat kaya gini?" tanya Fariz sambil meletakan gelas di pinggirnya,ralat tepat ditengah-tengah dirinya dengan Nara.
"Gak papa,aku suka kok tempatnya" jekas Nara dengan senyum mengembang.
Fariz terus menatap Nara. Gadis disampingnya ini tak pernah berhenti tersenyum. Senyuman itu tak kunjung memudar semenjak ia sampai datang ketempat ini.
Ia sangat suka senyuman itu. Dulu senyuman itu adalah miliknya, untuknya, dari seseorang yang pernah ia miliki. Astaga, ia baru sadar jika hubungannya dengan Nara belum resmi putus.
Apakah senyum itu akan kembali menjadi miliknya? Dapatkah ia memiliki senyuman itu kembali? Apakah msih ada kesempatan kedua untuknya? Ahh ia harap, harapan itu masih ada untuknya.
"Cantik" ucap Fariz.
Ucapan Fariz membuat Nara kaget, ia langsung menoleh kepada pemilik suara tadi. Ternyata Fariz tengah memperhatikannya. Nara yang merasa guguppun langsung memalingkan mukanya.
Ia sadar jika Faruz sedari tadi terus memperhatikannya. Kenapa dia seperti ini?
"Kenapa ngeliatinnya gitu banget?" tanya Nara memulai obrolan.
"Jangan pernah berhenti tersenyum, aku suka senyuman itu" jelas Fariz.
"Udh gausah so puitis, kamu gak pantes" decak Nara membuat Fariz terkekeh.
"Apakah senyuman itu masih bisa jadi milikku?" tanya Fariz lirih.
Nara langsung menoleh kearah Fariz. Dia langsung meletakan gelas itu dan kemudian bangkit dari duduknya. Ia berjalan beberapa langkah dari Fariz. Sungguh Fariz membuat Nara gugup dengan pertanyaannya itu.
Tanpa sepengetahuan Nara, ternyata Fariz sedang memfotonya. Sudah banyak foto ia ambil, ia sangat senang melakukan itu. Terlebih Nara kelihatannya sangat bahagia.
"Raa liat sini!" panggil Fariz membuat Nara langsung menoleh.
Cekrek!
Lucu,ucap Fariz dalam hatinya.
"Lagi Raa" ucap Fariz dan Nara pun hanya menuruti keinginan laki-laki itu.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Ficção AdolescenteNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...