Dua Puluh Satu

231 12 0
                                    

"Baik,ibu akhiri pertemuan minggu ini,semoga kita masih bisa bertemu diminggu depan,selamat siang" ucap seorang guru.

"Siang bu" balas anak-anak kelas serempak.

"Raa,ngantin yuk" ajak Agnes.

"Enggak ah, kamu aja sama yang lainnya yah" ucap Nara.

"Lo aneh Raa,jarang banget ke kantin,emang lo gak laper?" Tanya Fia.

Nara hanya terkekeh dengan temannya itu kemudian ia menjawabnya dengan gelengan kepala sebagai balasan.

"Yaudah kita ke kantin dulu Raa" ujar Vina.

"Iya" balas Nara singkat.

Nara memang seperti itu. Ia termasuk murid yang jarang pergi ke kantin.

Mungkin kalian berpikir jika Nara adalah tipe gadis manja yang selalu membawa bekal dari rumah?

Dugaan kalian salah!

Nara tidak pernah membawa makanan atau semacan bekal lainnya dari rumah. Ia jarang ke kantin karena ia enggan berhadapan dengan kakak kelasnya,terutama laki-laki.

Banyak kakak kelas yang menyukai Nara. Sampai-sampai ada yang mengasih sesuatu entah itu coklat,bunga,dan lainnya.

Tapi Nara tidak pernah merespon mereka. Bukannya Nara sombong karena disukai banyak pria. Tapi ia tidak ingin jika sesuatu hal terjadi dengannya.

Seperti dilabrak kakak kelas,terutama kaum perempuan. Dia tidak ingin ada kesalah pahaman jika pacar mereka mendekati Nara.

Nara tidak ingin menjadi alasan putusnya seseorang. Itu tidak ada dalam diri Nara.

Saat ini kelasnya sudah mulai ramai. Teman-temannya yang tadi pergi kekantin sudah kembali.

"Weyyyy" teriak seorang laki-laki membuat Nara kaget.

Ia sudah hapal siapa laki-laki itu. Terdengar dari suaranya.

"Lo gak pegel Raa,dari tadi baca terus tuh buku?".

"Enggak"

"Yang laen pada istirahat, ehh lo malah disini baca novel. Setia banget lo sama tuh buku novel. Gimana kalo sama pacar!" sahut Fariz.

Nara tidak menjawab ia hanya memutar bola matanya kesal karena laki-laki yang duduk disamping nya ini tak henti-hentinya berbicara.

"Udah ngebacotnya?" tanya Nara.

"Ahh lu mah Raa gak bisa di ajak bercanda" ujar Fariz.

"Biarin wleee" ucap Nara sembali mengulurkan lidahnya.

Kemudian Fariz mengacak pucuk rambut Nara,alhasil membuat si empunya mematung.

"Gemes banget gue sama lo Raa" ucap Fariz.

Nara tak menjawab ia diam. Seketika keheningan yang mereka rasakan.

"So-sorry Raa,tadi kelepasan"ujar Fariz seperti orang yang gugup yang kemudian Nara membalasnya dengan deheman.

Tanpa Nara sadari saat ini Fariz sedang menatapnya.

Manis, batin Fariz.

Kemudian Nara menoleh,laki-laki di sampingnya ini tetap saja menatapnya.
Apakah Fariz memperhatikannya? Atau ia yang terlalu berpikir berlebihan?

Ia memutar setengah tubuhnya, apakah ada seseorang yang sedang di belakangnya.

Namun nihil. Tak ada seorang pun yang sekarang berada di belakangnya. Jadi Fariz memperhatikan dirinya?

"Kenapa?" Tanya Nara.

"Ada banyak hal yang belum gue tau tentang lo" jelas Fariz.

"Maksudnya?" tanya Nara yang kemudian menyimpan buku novelnya.

"Gue pengen tau semuanya tentang lo"

"Untuk apa?"

"Entah gue juga gak tau,yang jelas biarin gue buat tau segalanya tentang lo"


••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang