Empat puluh lima

202 7 0
                                    

"Nihh tai tai tiii pesenan lo" ledek Agnes sambik tertawa.

"Thai tea,bukan tai tai tiii" ucap Nara geram ia kesal dengan teman-temannya ini.

"Yaudah iya maaf thai tea kesayanganya Mishella Anara Senja" jelas Agnes.

Kemudian keempatnya tertawa bersama. Hingga tak menyadari jika ada seorang laki-laki yang sedari tadi memanggi Nara di depan pintu.

"Raa itu" ucap Vina sembari menolehkan matanya kepada seseorang yang berdiri di ambang pintu.

"Bentar yah"

••••

"Kenapa?"

"Halo dek Nara yang cantik,ketemu lagi kita" goda Dimas dan Nara hanya membalas dengan senyum canggung.

"Goda aja terus, yang ada dia makin ilfiel sama lo Dim" ledek Rey.

"Diem lo" timpal Dimas.

Yapp yang tadi memanggil Nara ada jingga. Ia kira jingga cuman sendiriam, ternyata bersama teman-teman gilanya, pikir Nara.

Disisi lain ada seorang laki-laki yang sedang memperhatikan Nara berbincang dengan beberapa laki-laki.

Ia tersenyum kecut, ternyata benar pikirannya selama ini.

"Sekalinya pelacur tetep aja pelacur"

Kalimat itu dilontarkan dari mulut Fariz. Semua orang yang sedang berada dikelas itu langsung menoleh kepadanya.

Tak kalah dengan Jingga serta teman-temannya. Pasalnya Fariz berbicara dengan nada keras. Siapapun yang berada di sana dapat mendengar ucapan Fariz tadi.

Apa pelacur? Apa dia yang sudah membuat Anara menangis? Batin Jingga.

"Dia siapa?" tanya Rey.

"Apa dia yang udah buat lo nangis?" tanya Jingga.

Apa maksudnya? Apa bang jingga tau hal itu? Batin Nara.

"Lo diem berarti iya" ucap jingga kemudian melenggang masuk kelas Nara dan menghampiri Fariz.

••••

"Maksud ucapan lo apa?" tanya Jingga saat ini sudah berada di samping Fariz yang sedang duduk dikursinya.

"Kenapa lo marah cewek lo, gue bilang pelacur?"

Cewek lo? Maksudnya? Batin Jingga.

"Jaga ucapan lo" balas Jingga dengan tegas.

"Gak usah banyak bacot lo,kalo lo mau ambil aja bungkus sekalian,gue ga butuh pelacur kek dia"

Bughhhh

"Amjin*, jaga ucapan lo,lo gak tau siapa dia,lo gak tau siapa gue, jangan sampai nyawa lo melayang saat ini juga" ancam Jingga.

"Cihh,ternyata ada cowok seganteng lo yang mau-maunya sama pelacur kek dia" tukas Fariz.

Bughhh,,, bughhh,,,

Amarah Jingga sudah naik ke ubun-ubun ia tidak terima adiknya disebut pelacur. Ia terus memukuli Fariz.

Semua teman-temannya Jingga mencoba untuk memisahkan Jingga dengan Fariz. Mereka tau konsenkuensi jika emosi Jingga sudah naik pitam seperti ini.

"Lepas nyet, gue gak terima Nara disebut pelacur" jelas jingga dengan menepis kasar tangan teman-temannya.

"Udah stop" ucap Nara sembari mencoba menarik jingga untuk menjauh dari Fariz.

"Lo berdua sama aja bangs*t" tukas Fariz sembari mengusap bibirnya yang berdarah,karena tonjokan Jingga.

"Lo boleh hina gue tapi jangan hina adek gue, gue gak akan tinggal diem saat ada yang nyakitin adek gue" jelas jingga.

Bughhh

"Adek?"

"Dia abangnya Nara?"

"Jadi selama ini yang antar jemput Nara abangnya?"

"Sumpah gue gak nyangka kalo dia abangnya Nara" pikir teman-temannya.

"Gue salah jagain adek gue? Gue salah anter jemput dia tiap hari kesekolah? Gue salah ajak dia ke Mall? Siapa lo yang berhak ngatur hidup dia? jangan songong bro, lo cuman baru jadi pacarnya,bukan suaminya" Ucap jingga dengan nada meremeh kepada Fariz.

"Lo salah orang kalo lo mau main-mainin hati adek gue. Bangs*t kek lo gak pantes dapet hati adek gue" jelas jingga langsung melempar Fariz hingga tersungkur.

Fariz tidak bisa berkutik. Ia kaget dengan apa yang di bilang laki-laki itu. Nara adalah adiknya?


••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang