Selamat datang di TPU Wiraga
TPU? tanya Fariz dalam hatinya.
Kenapa pak Narto mengajaknya ke tempat seperti ini? Om Widianto bilang ia akan mempertemukannya dengan Nara. Dan kenapa ke tempat ini?
Fariz masih dibuat bingung. Apakah Nara? Tidak itu tidak mungkin, sudah jelas Nara dirawat dirumah sakit. Fariz langsung saja membuang jauh-jauh pikiran jeleknya itu. Mungkin saja pak Narto membawanya kesini karena mampir sebentar untuk berkunjung ke makam salah satu keluarganya pak Narto.
Saat ini mereka berhenti dipinggiran makam yang sepertinya sudah lama meninggal. Fariz masih bingung apa yang ia lakukan disini, dan yang lebih membuatnya bingung lagi pak Narto malah diam sembari menatap Fariz.
"Pak kita ngapain ke sini? Mau jiarah ke makan saudara bapak?" tanya Fariz bingung.
"Mas mau ketemu neng Nara kan?" tanya balik pak Narto membuat Fariz menganggukan kepalanya agak ragu.
"Abah mah cuman tiasa nganteur mas sampai sini. Lamun mas Fariz mau ketemu neng Nara, mas tinggal jalan aja we ke sana beberapa langkah nanti mas bakal ketemu neng Nara" jelas Pak Narto membuat Fariz semakin bingung. Dimana Nara?
"Abah tinggal yah mas" sahut pak Narto lalu pergi meninggalkan Fariz yang masih kebingungan.
Kek orang linglung gue, batin Fariz dalam hatinya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Setelah pak Narto pergi, Fariz hanya menuruti petunjuknya itu. Ia berjalan beberapa langkah, mungkin saja Nara bersembunyi. Tapi kenapa ditempat seperti ini?
Dan hasilnya nihil ia tidak melihat siapapun disini. Ia hanya mendengar kesunyian,mungkin karena ini tempat peristirahatan terakhir.
Matanya dibiarkan melihat sekelilingnya, melihat makam-makam disekitarnya. Tak lama kemudian ia melihat sebuah makam yang tak jauh darinya, makam itu seperti baru, terlihat dari tanahnya yang masih merah basah dan dipenuhi dengan taburan bunga-bunga.
Ia berjalan menuju makam itu, dan apa yang ia lihat. Ia terkejut melihat tulisan yang berada dinisan makam itu. Apakah itu benar gadis yang dicarinya?
Mishella Anara Senja
Lahir : 12 Januari 2003
Wafat : 06 Juli 2020
Gak ini gak mungkin, batin Fariz dalam hatinya.
Tubuhnya menjadi ambruk ketanah. Ini tak mungkin, ini pasti mimpi. Siapapun yang berada disini tolong bangunkan ia? Nara tidak mungkin pergi meninggalkannya.
Fariz masih tidak percaya jika itu Nara. Ia beranggapan jika ini adalah mimpi. Ia sesekali memukul kakinya dengan keras, ia percaya jika ini mimpi. Tapi apa yang ia dapat? Ia hanya merasakan jika kakinya terasa ngilu. Apakah ini bukan mimpi?
"Raa ini pasti bukan lo kan? Ini pasti orang yang namanya sama kan?" tanya Fariz sambil menyentuh nisan Nara sembari tertawa dengan paksa.
Tapi apakah ini memang bukan Nara? Fariz tau tanggal lahir Nara, dan benar saja tanggal lahirnya sama. Sekali lagi apakah ini benar Nara gadisnya itu?
"Siapapun yang ada disini tolong bangunin gue, gue pasti lagi tidur, dan ini pasti mimpi"
"Lo gak mungkin ninggalin gue Raa?" teriak Fariz dengan kencang, ia sudah tidak peduli dengan sekitarnya jika ada yang mengira dia orang gila.
Fariz tidak tahan lagi, air matanya sudah berjatuhan sedari tadi. Ia menangis dihadapan mantan kekasihnya ini. Upss ralat, dihadapan makam mantan kekasihnya.
Hatinya hancur. Mungkin memang ini benar Nara. Gadis yang pernah ia cintai, gadis yang pernah menjadi rumah disetiap lelahnya.
"Raa bangun jangan tidur disini, lo pasti bakal kedinginan".
"Raa ayo kita pulang. Lo bilang kalo gue ngikutin wish lo, gue bakal ketemu lo. Gue udah berhasil Raa, gue udah ngikutin wish lo, gue mau ketemu lo langsung, bukan kaya gini"
"Ayo bangun Raa, gue masih sayang lo".
"Gue janji gue gak bakal nyakitin lo lagi. Raa bangun" Racau Fariz dengan tubuh yang dibungkukan ke kuburan Nara. Ia menangis sambil memeluk kuburan Nara. Ia tidak peduli dengan bajunya yang sudah kotor dengan tanah.
"Raa gue mohon bangun" ucap Fariz.
Dan mungkin ini bukan mimpi, tak ada siapapun yang membangunkannya dari mimpi buruk ini. Apakah Nara benar-benar sudah pergi meninggalkannya?
Dia ingin sekali ini hanya mimpi. Tapi jika ini takdir Tuhan ia bisa apa?
"Dia Nara, gadis yang manggil gue sebagai cowok cerewet tapi malah disukai Nara.
Dia Nara, gadis yang manggil gue badboy tapi malah dicintai Nara.
Dia Nara, gadis yang menjadikan gue sebagi cinta pertamanya, tapi gue malah menyia-nyiakannya.
Dan dia adalah Nara, gadis yang pernah gue minta sebagai rumah dari setiap lelah, tapi kini rumah itu tak akan ada lagi untuk gue" batin Fariz dalam hatinya.
Seketika Fariz menunjukan senyum kecutnya. Dalam hatinya ia menertawakan nasib dirinya sendiri. Apakah ini karma baginya?
"Bertemu dengan cara yang berbeda? Biar gak sama seperti orang lain? Ini yang lo maksud Ra?"
"Lo sukses Raa, Lo sukses buat gue nyesel karena udah nyia-nyiain lo" teriak Fariz.
Ia mendongkak dan menoleh kearah nisan Nara sambil mengusapnya pelan dan menghapus air matanya.
"Gue ikhlasin lo Raa, semoga lo tenang dan bahagia disana. Lo pasti gak bakal ngerasain sakit lagi, lo udah sembuh Raa" ucap Fariz sambil senyum kecut.
"Maaf untuk semua kelakuan gue Raa. Lo pasti bakal dikelilingi orang-orang baik disurga, karena semasa hidup lo gak pernah dendam kepada siapapun sekalipun orang itu pernah nyakitin lo" ungkap Fariz sambil mengusap-usap nisan Nara.
"Gue sayang lo Raa"
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Novela JuvenilNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...