Delapan puluh dua

255 6 0
                                    

Satu minggu kemudian....

Langkah kaki seorang laki-laki baru saja masuk kekelasnya. Rasanya ia sangat tidak bersemangat dengan hari-harinya.

Entahlah ia pun tidak mengerti, yang jelas ia merasakan ada perbedaan tapi ia juga tidak tau apa perbedaan itu. Hatinya terasa tidak tenang. Kini ia sudah berada ditempat duduknya tapi ia merasa ada yang aneh disini. Pasalnya semua teman-teman sekelasnya sedari tadi memperhatikannya. Dan laki-laki ini tak lain adalah Fariz, yapp Fariz Ardianto.

"Kasian banget dia"

"Loh kok kasian kama dia sih, justru dia yang nyia-nyiain"

"Gue rasa dia pasti bakal nyesel"

"Mpus lo Riz, setelah ini lo bakal nyesel seumur hidup lo"

Apa yang mereka obrolin sih, gue nyesel? Karena apa gue bakal nyesel? Pikir Fariz.

Tak lama kemudian, tiga orang gadis menghampirinya. Ia bingung, kenapa mata ketiganya sama sama sembab, seperti sudah menangis. Dan mereka adalah Fia, Agnes, dan Vina. Ketiga sahabat Nara, mantan kekasihnya. Ingatannya seketika teringat dengan Nara. Sudah beberapa hari ini ia tidak pernah melihat gadis itu. Ia tau jika Nara masih ditawat. Lagipula saat ia ingin menjenguk Nara, Fia selalu saja melarangnya untuk menjenguk Nara. Bahkan ia juga tidak tau apa alasan Fia selalu melarangnya.

"Riz, hari ini mensiv lo sama Nara kan?" tanya Agnes.

Pertanyaan Agnes mampu membuat Fariz terdiam. Kenapa ia bertanya seperti itu?

Dan memang benar hari ini adalah mensiv-nya dengan Nara, tapi apa artinya jika mereka sudah tidak lagi bersama. Mungkin jika merema masih bersama, tepat hari ini adalah mensiv mereka yang ke-3 bulan.

"Kita tau ini mensiv lo dengan Nara, tapi kita gak tau ini mensiv yang ke berapa" jelas Vina.

"Yang jelas Nara nitipin ini buat lo, dia minta supaya ngasih ini pas kalian mensiv" jelas Fia sambil memberikan sebuah kotak warna hitam.

"Dan Nara juga berpesan kalo lo mau ketemu dia lo harus ikut wish yang di dalam kotak itu. Katanya sih ada, tapi kita gak tau, soalnya kita gak berani buka tuh kotak" jelas Vina.

"Dia bilang, kalo lo mau buka ini kotak dirumah aja" ucap Agnes.

"Soal gue larang lo jenguk dia, itu karena dia yang minta. Dan gue gak bisa nolak itu,gue minta maaf Riz" jelas Fia.

Kemudian ketiganya pergi melenggang meninggalakan Fariz yang masih terdiam dengan mata yang terus membolak-balik kotak yang tadi diberi teman-temannya Nara.

Apa isi kotak ini Raa? Batin Fariz dalam hatinya.

••••

Fariz langsung memarkirkan motor kesayangannya. Ia berjalan masuk ke rumahnya ini. Rumah ini lumayan mewah, tapi bagi Fariz rumah ini seolah mati.

"Udah pulang Riz" sahut Nina, neneknya Fariz.

"Iya".

"Mau makan dulu atau ganti baju?".

"Fariz ke kamar aja Nek, gak laper juga" timpal Fariz kemudian melenggang pergi meninggalkan neneknya sendirian di ruang makan.

Setelah ia sampai dikamarnya, ia langsung merebahkan tubuhnya dikasur dan mengusap gusar wajahnya. Seketika ia teringat dengan kotak yang tadi pagi diberikan Fia kepadanya, katanya itu dari Nara. Tak berpikir panjang lagi, ia langsung mengambil kotak itu dalam tasnya dan membuka apa isi kotak itu.

Setelah melihat isinya, ia kaget disana ada sebuah sepatu. Ia tau tentang sepatu ini. Dulu saat ia masih pacaran dengan Nara, ia pernah bercerita pada Nara jika ia sangat menginginkan sepatu ini. Tapi itu hal yang tidak mudah bagi Fariz, pasalnya sepatu itu dijual diluar negri, lagipula harga sepatu itu terlalau mahal untuknya. Dan akhirnya ia harus menghapus harapan untuk mempunyai sepatu impiannya itu.

Tapi sekarang tidak. Nara memberinya sepatu yang selama ini ia inginkan. Dalam rangka apa Nara mamberinya sepatu seperti ini? Senyumannya mengembang, tapi tak lama setelah itu ia melihat ada sesuatu dibawah sepatu. Apa ini? Batin Fariz.

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang