Enam Puluh Tujuh

202 3 0
                                    

Hembusan angin pagi terus menerpa wajah cantik seorang gadis. Udara sejuk terus menyeruak masuk dalam hidungnya. Sungguh ia sangat menikmati suasana seperti ini.

Dia adalah Mishella Anara Senja. Gadis ini sedang menunggu seseorang yang dulunya adalah orang yang sangat istimewa untuknya.

Cihh, tapi anggapan itu hanya berada dalam dirinya. Entahlah laki-laki itu sama halnya menganggap dirinya seperti itu atau tidak.

Tak lama kemudian datang seorang laki-laki menggunakan motor kesayangannya. Dulu sewaktu mereka pacaran, Nara pernah dibonceng oleh laki-laki dihadapannya ini. Yapp laki-laki ini adalah Fariz.

"Udah lama ya?" Tanya Fariz sambil menatap Nara.

"Enggak"

"Yaudah yuk jalan" ucap Fariz.

"Ini sebenernya mau kemana?" tanya Nara bingung.

"Udah ayo naik Raa"

••••

Flashback On!!

"Apa lo bakal bener-bener pergi?" tanya Fariz.

"Iya"

"Kasih gue waktu bentar buat bikin lo bahagia, sebelum lo bener-bener ninggalin gue selamanya. Setidaknya untuk ngeganti kelakuan gila gue sama lo Raa"

"Caranya?"

Apa maksud Fariz? Nara sangat bingung dengan ucapan laki-laki dihadapanya ini.

"Gue jemput lo besok" ucapnya.

"Mau ngapain?" tanya Nara semakin bingung.

"Gue mau ajak lo kesuatu tempat, dan plis gue harap lo gak nolak permintaan gue. Oke mungkin ini terakhir kalinya gue minta yang kaya ginian sama lo plis Raa gue mohon" Jelas Fariz.

"Iya" Balas Nara dengan singkat.

"Gue jemput lo kerumah"

"Gak usah,ditempat biasa dulu kamu jemput aku aja"

Flashback Off!

••••

Suara bising dari kendaraan lain terdengar jelas dipendengaran Nara. Sudah lebih dari 40 menit mereka menuju tempat yang dimaksud Fariz,namun tak kunjung sampai. Apakah sejauh itu?

Selama diperjalanan tak ada obrolan sama sekali diantara mereka. Tidak seperti dulu. Jauh berbeda malahan.

Dulu saat mereka seperti ini, seolah dunia milik mereka. Fariz selalu bersikap manis kala seperti ini. Ia selalu meminta Nara untuk menutup kaca helmnya. Katanya takut ada yang suka sama pacarnya. Ahh itukan dulu,upss.

Ia selalu membuat Nara menjadi salah tingkah saat saat seperti ini. Waktu itu Fariz selalu diam diam memperhatikan Nara di spion motornya. Kek anak alay yee.

Mereka dulu selalu berbicara,bahkan saat seperti ini Fariz selalu saja tak pernah bisa berhenti berbicara, seolah tak pernah kehabisan topik. Ada saja yang ia ingin bicarakan dengan Nara. Dan dia selalu bisa membuat Nara tertawa dengan obroalan yang anehnya itu. Rasanya sekecil apapun yang ia rasakan bersama Nara dulu adalah hal istimewa baginya.

Namun semuanya itu hanya dulu. Oyy bangun jan halu.

Perasaan gugup mengalir dalam diri mereka. Tak heran jika mereka berdua sama sama merasakan perbedaan yang jauh diantara keduanya, mereka menjadi asing.

Tak terasa ternyata mereka sudah sampai ditempat yang dimaksud Fariz. Apaan ini hutan? Kenapa Fariz membawa Nara ketempat seperti ini?

"Ayo kita kesana" ajak Fariz.

"Mau ngapain disini?" tanya Nara.

"Udah ayo gak usah nethink, gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok" jelas Fariz dan Nara hanya diam.

"Ahh lama" ucap Fariz sambil menarik tangan Nara agar masuk lagi kedalam hutan.

Mau diapakan dia?

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang