Satu minggu kemudian...
Sudah satu minggu ini Nara tidak masuk sekolah,rasannya ia ingin cepat pergi ke sekolah dan bertemu dengan sahabat sahabatnya itu.Tapi itu tidak mungkin untuk saat ini. Keadaannya belum sepenuhnya setabil. Lagi pula apa masih ada harapan untuk ia sembuh?
Baru saja Wiwi untuk yang kesekian kalinya meminta anaknya supaya mau ikut oprasi. Sebab, Nara harus melakukan transplantasi sel punca.
Transplantasi sel punca (sering disebut dengan cangkok sumsum tulang), yakni suatu prosedur untuk mengganti sumsum tulang yang mengalami keganasan, dengan sumsum tulang yang lebih sehat.
Dan untuk kesekian kalinya pula Nara menolak. Ia rasa percuma dengan segala pengobatan yang orang tuanya berikan untuknya. Ia tau, ia hanya beban untuk orang-orang disekitarnya. Dan lagi lagi Nara tidak akan bisa membalas perbuatan baik mereka.
Sekarang pukul 16.40 wib, dan beberapa menit yang lalu Devan baru saja datang ke rumah sakit. Setelah pulang sekolah ia langsung pergi ke rumah sakit untuk menemui Nara.
Laki laki ini setiap hari selalu datang menjenguk Nara. Ia menemani Nara, membantu meminum obat, dan tak lupa membujuk Nara untuk mau melakukan Transplantasi sel punca.
Lagi lagi jawaban Nara sama, dan akan tetap sama. Jawabannya tidak.
Sudah banyak teman Nara dan guru guru yang berkunjung untuk menjenguknya. Tak lupa para sahabat gilanya itu. Maaf yah Fia, Agnes, Vina.
Mereka semua memberi dukungan dan semangat kepada Nara supaya cepat sembuh. Dan banyak doa yang mereka ucapkan untuk kesehatan Nara.
Tapi satu orang yang sampai saat ini Nara tidak pernah lihat. Orang itu tidak pernah sekalipun datang menjenguknya. Astaga apakah Nara baru saja berharap orang itu datang menjenguknya?
Dia adalah Fariz. Laki-laki yang kini sudah resmi menjadi mantan kekasihnya. Semenjak kejadian dipantai, ia tidak pernah melihat laki-laki itu lagi. Kemana dia?
"Jangan ngelamun" sahut Devan membuat lamunan Nara buyar seketika.
"Ayah sama ibu kemana?" tanya Nara.
"Lagi beli makan,sebentar lagi juga dateng" jelas Devan.
"Kalau ayah sama ibu dateng suruh masuk yah, tapi kak Devan sama bang Jingga jangan masuk dulu" jelas Nara.
"Loh kenapa?" tanya Devan dengan raut wajah bingungnya.
"Gak papa aku mau ngobrol sama ayah dan ibu"
••••
"Ada apa nih mau ngobrol bertiga sama ayah ibu" sahut Wiwi sambil mengelus pelan rambut Nara.
Kini Nara sudah berada diruang rawat inapnya, tak lagi diruang IDG. Keadaannya sudah mulai membaik, tapi kenyataannya jauh dari kata baik-baik saja.
"Anara sayang sama ayah dan ibu" ujar Nara dengan pelan.
Mendengar ucapan Nara membuat Wiwi terseyum tak lupa pula dengan Widianto. Mereka sangat menyayangi anak gadis mereka ini.
"Ibu sama ayah tau itu sayang" timpal Wiwi dengan senyuman mengembang.
"Maaf kalau Anara belum bisa jadi anak yang baik, maaf kalo Anara belum bisa bahagiain ayah sama ibu. Anara pasti sudah menyusahkan ayah dan ibu selama ini" jelas Nara sambil memengang kuat tangan ayah dan ibunya.
"Kamu anak baik sayang, kamu sudah bikin ayah dan ibu bahagia. Dan satu lagi kamu gak pernah nyusahin ayah sama ibu sekalipun. Kamu hadiah dari Allah yang terbaik untuk ayah dan ibu" jelas Widianto.
"Kalau Anara pergi, ayah sama ibu janji gak boleh nangis, gak boleh sedih, ayah sama ibu harus bahagia karena beban itu akan berkurang" ucap Nara.
"Shutt,, gak noleh ngomong gitu pamali" timpal Wiwi.
Wanita ini sudah menangis sedari tadi, hatinya sungguh tersentuh dengan perkataan Nara.
Ia sangat menyayangi gadis ini. Bahkan ia tidak pernah beranggapan jika sakit Nara menyusahkannya. Malahan ia sangat beruntung memiliki anak seperti Nara. Ini adalah anugrah Allah yang harus ia dan Widianto jaga dengan baik.
"Anara minta maaf"
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Teen FictionNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...