Lima Puluh Enam

209 7 0
                                    

Saat ini mereka baru saja keluar dari kantin. Karena kantin penuh, jadi mereka akan memakan makanan itu di kelas.

Baru beberapa meter dari kantin Nara, Agnes, Fia, dan Vina, dihampiri oleh beberapa cowok.

"Hai Nara" sapanya dan Nara hanya membalas dengan senyuman. Ia tidak kenal siapa laki-laki itu.

"Nara cantik deh"

"Hai dek Nara"

"Nara dari kantin yah?"

Lagi lagi Nara hanya membalas dengan senyuman.

"Ehh bentar deh, kok gue deg-deggan yah" tukas Agnes.

"Yang disapa Nara, yang dipuji Nara, kenapa lo yang deg-deggan kambing" timpal Vina.

"Cihh, serah gue dong" balas Agnes.

"Udah-udah kita diliatin banyak orang" ucap Nara.

"Bukan kita, lo yang diliatin sama mereka Raa" ujar Fia.

••••

"Jawab jujur, kemarin lo kemana?" tanya Fia.

"Kan tadi udah dijelasin Fi" ucap Nara.

"Gue masih gak percaya Raa, lo gak tau gimana kita kemarin-kemarin saat lo gak ada. Kita kek orang gila Raa kita takut lo kenapa-kenapa, kita khawatir sama lo, gue dan yang lain sampe nyamperin kelas abang lo, dan katanya sama dia absen juga, dan kita juga tanya kak Devan, siapa tau lo kabarin dia, dan lo tau apa yang kita dapet tentang lo?" ucap Fia berhenti yang kemudian Nara langsung menggelengkan kepala.

"Kita gak dapet info apa-apa tentang lo. Dan sekarang untungnya lo sekolah, gue bahagia banget. Tapi dengan alasan lo seperti itu, gak ngebuat gue yakin sama alasan lo absen. Jujur sama gue, sama kita sahabat lo. Kemarin lo kemana?" tanya Fia.

Nara hanya diam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Fia. Apakah ia sejahat itu terhadap sahabatnya? Membiarkan mereka khawatir. Sungguh saat ini Nara merasa bersalah, tanpa ia sadari air matanya mulai terjatuh.

"Lo kenapa nangis Raa? Ucapan Fia nyakitin lo yah?" tanya Vina.

"Enggak kok,justru Fia bener. Aku terlalu jahat sama kalian, maaf udah bikin kalian khawatir" jelas Nara.

"Lo gak jahat Raa, seenggaknya lo kabarin kita atau siapapun yang bisa lo kabarin. Biar kita semua gak khawatir sama keadaan lo" jelas Fia.

Nara kemudian menghapus air matanya. Ia tak ingin membuat teman-temannya sedih.

"Maaf, belum saatnya kalian tau tentang itu"

"Gapapa Raa, kalo lo belum siap jangan dipaksa. Kita akan ngertiin lo kok" ucap Agnes yang langsung memeluk Nara.

"Maaf, aku bukan temen yang baik".

"Hustt, ngapain ngomong gituh hah? Udah jangan dibahas lagi, kalo misal lo ada masalah cerita sama kita kita, kita usahain buat bantu lo" timpal Fia.

"Udah lah ngapain nangis nangis segala, gue punya info bagus buat lo Raa" ucap Agnes mencoba mencairkan suasana.

"Apa?"

"Kemarin pas kita nanyain lo sama kak Devan, dia awalnya kaget, terus dia malah nanya gini 'Senja gak sekolah?' gituh" jelas Agnes.

"Ohh"

"Kok cuman ohh doang sihh?" tukas Agnes.

"Terus aku harus gimana?" tanya Nara bingung.

"Lo gak kaget gituh Devan malah manggil lo 'Senja'?" tanya Vina sambil menatap Nara.

"Enggak kok, dia emang dari dulu manggil aku 'Senja' " jelas Nara.

"Terus lo pernah tanyain sama dia kenapa dia manggil lo 'Senja'?" tanya Fia.

"Belum pernah, awalnya aku juga kaget kenapa dia panggil aku 'Senja' sedangkan orang lain manggil aku 'Nara' 'Anara' 'Ara' bahkan 'Mishelle' dia orang pertama yang manggil aku 'Senja'" jelas Nara kepada teman-temannya.

"Berarti dia beda dari yang lain Raa"



••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang