Dua Puluh Tujuh

211 4 0
                                    

Hari minggu. Semua orang menikmati waktu weekend mereka dengan cara masing-masing.

Dan untuk minggu ini,Nara memiliki janji dengan teman-temannya untuk melanjutkan tugas kelompok yang waktu itu.

Saat ini ia sudah berada dirumah Rizky. Mereka hanya berlima saja, Nara, Rizky, Agnes, Reihan,dan Fariz.

Semuanya fokus dengan tugas masing-masing. Tak terasa ternyata tugas mereka sudah selesai.

Kemudian mereka berpamitan kepada pemilik rumah. Setelah itu pergi meninggalkan rumah Rizky.

Kini hanya tinggal Nara dan Fariz. Seperti minggu yang lalu saat Fariz memboncenginya,tak ada obrolah sama sekali. Hening yang mereka rasakan.

"Raa" ucap Fariz mencoba memulai obrolan.

"Iya"

"Gue mau ngomong"

"Lah itu kamu udah ngomong"

"Serius Raa" decak Fariz.

"Iya iya"

"Gue suka sama lo" ujar Fariz dengan lantang, terdengar jelas ditelinga Nara.

Ucapan Fariz sontak membuat Nara kaget. Apakah ia harus menerima Fariz? Apakah ia harus menolak Fariz? Kenapa? lagi pula ia Nara menyukai laki-laki yang sekarang memboncenginya.

"Raa kenapa diam?"

"Em-ituu gapapa kok"

"Gue bener-bener Raa,gue pengen lebih serius sama lo" ucap Fariz sekali lagi, ia mencoba membuat Nara percaya.

"Udah gak usah dibahas sekarang" balas Nara.

Ia sebenarnya senang karena tau jika Fariz menyukainya juga. Tapi ia bingung harus jawab apa.

Apa harus menerimanya? Tapi jika saat mereka putus,apakah mereka berjauhan?
Apa ia harus menolak Fariz? Terlalu munafik jika ia harus menolak Fariz, toh ia juga menyuki Fariz.

••••

Hari senin adalah hari keramat bagi sebagian murid di SMK Karya Bakti. Dimana mereka diwajibkan mengikuti upacara bendera.

Mungkin ini hari sial bagi mereka. Pasalnya cuaca hari ini sangat panas.

Setelah upacara selesai semua murid berhamburan pergi ke kelasnya masing-masing.

"Ehh kata guru piket pak Anton gak bisa dateng. Dia sakit,dan dia juga gak ngasih tugas titipan" ucap Anhar, ketua kelas.

"Akhirnya tuh guru killer gak datang juga,gue udah nunggu dari dulu" ucap Agnes dengan senyum mengembang serta tangan yang diangkat seperti orang sedang berdoa.

"Jadi dari dulu kamu sering ngedoain pak Anton sakit,Nes?" tanya Nara.

"Yaa gak gitu juga, tapi au ah yang penting sekarang gue seneng bisa bebas dari guru killer itu,yee walaupun cuman sehari" jelas Agnes panjang.

Nara hanya terkekeh sembari menggelengkan kepala mendengar penjelasan teman sebangkunya ini.

"Nara"

Nara membalikan badan melihat siapa yang memanggilnya,ahh ternyata Fariz.

"Kenapa?"

"Sini bentar" pinta Fariz.

Nara kemudian menghampiri Fariz yang sekarang sedang duduk sendirian.

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang