Empat Puluh Delapan

214 6 0
                                    

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam,kamu kenapa de?" tanya Wiwi sembari memperhatikan anak gadisnya ini.

"Anara gak papa bu" balas Nara dengan senyum terpaksa.

"Kamu abis nangis,matanya kok sembab gini?"

"Enggak kok,Anara ke kamar dulu bu" ujar Nara kemudian langsung melenggang pergi menuju kamarnya di lantai dua.

"Apa yang terjadi dengan anak gadisku?"

••••

Gadis ini sedari tadi hanya diam. Ia melamun. Memikirkan kejadian tadi siang disekolahnya.

Ia tidak tau apa yang akan terjadi nantinya, setelah mereka tau jingga adalah kakak kandungnya.

Apakah kejadian buruk itu akan terulang? Pikir Nara.

"Dek lo didalem?"

Ucapan jingga membuat lamunan Nara buyar. Ia langsung merapihkan dirinya supaya jingga tidak curiga.

"Masuk aja bang" balas Nara.

"Lo abis nangis de?" tanya jingga dan Nara hanya membalasnya dengan senyum terpaksa.

"Karena kejadian siang tadi yah?"

Lagi-lagi Nara tidak menggubris pertanyaan Jingga. Ia malah melamun,tatapannya kosong.

"Maafin gue" ucap Jingga dengan lirih.

"Untuk?"

"Karena gue semuanya jadi kebongkar"

"Gak papa, udah saatnya mereka tau siapa aku siapa bang Jingga" timpal Nara.

"Tapi gue serius Raa,gue gak akan terima kalo sampe ada yang nyakitin lo,apalagi dia sampe bilang lo pelacur" jelas Jingga dengan nada serius.

"Iya,aku percaya"

Nara kemudian mendekatkan posisi duduknya dengan Jingga. Ia beralih untuk memeluk abangnya itu.

Jingga membalasnya dengan senang hati. Ia mencoba memberi kekuatan kepada adik perempuannya ini. Ia tau adiknya sedang rapuh.

"Anara bangga punya kakak seperti bang Jingga. Anara percaya, bang Jingga ngelakuin itu karena bang Jingga sayang sama Anara. Makasih udah belain Anara di depan teman-teman" ucap Nara.

"Iya Raa,gue janji gue akan terus lindungin lo. Gue gak akan tinggal diam lagi saat ada yang nyakitin lo. Gue sayang lo de,lo adik satu-satunya yang gue punya" jelas jingga.

"Tapi kalo nanti Anara pergi, bang Jingga gak boleh sedih. Bang Jingga harus tetap semangat, bang Jingga harus kejar impian bang Jingga, jangan sampai bikin ayah sama ibu makin sedih karena kepergian Anara. Anara percaya bang Jingga bisa buat ayah dan ibu bangga" ucap Nara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Husttt, gak boleh ngomong gitu. Kamu bakal sehat, kamu bakal sembuh. Kita disini bakal lakuin yang terbaik untuk kesehatan kamu. Jangan ngomong ngawur kayak gitu,pamali" timpal Jingga.

"Anara gak bisa janji untuk terus sama bang Jingga. Anara gak tau kapan Anara pergi. Yang pasti Allah bisa panggil Anara kapan saja dan dimana saja" ucap Nara dengan isakan tangis ia mencoba menyembunyikannya didada bidang milik Jingga.

"Hustt udah udah, jangan dibahas lagi. Sekarang lo tidur, gue nginep deh malam ini di kamar lo" ucap jigga dengan tertawa kecil yang kemudian Nara ikut tertawa.

"Anara sayang bang Jingga"

Gadis itu kemudian memejamkan matanya. Ia mulai masuk dalam mimpinya. Gadis itu tertidur dalam pelukan jingga.

"Gue lebih sayang lo de,jangan tinggalin gue" ucap Jingga dengan mencium pucuk rambut Nara.

"Cepet sembuh,jangan sakit lagi"



••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang