Kringg,,, kringgg,,, kringgg,,,,
Bel pulang sudah berbunyi. Membuat semua murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.
Hal yang sama pula dengan kelasnya Nara. Sedikit demi sedikit semuanya pergi meninggalkan kelas ini untuk pulang.
"Raa lo pulang bareng siapa?" tanya Agnes sambil memakai tas kepunggungnya.
"Aku mau minta jemput si abah" balas Nara .
"Oke, kalo gitu kita barengan yuk keluarnya" ajak Vina.
"Ayo" timpal Agnes.
Mereka berempat Agnes, Vina, Nara, dan juga Fia. Berjalan menuju pintu kelas. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Nara.
"Nara" panggil orang itu.
Dia adalah Fariz, mantan kekasih Nara. Ada apa lagi dia? Nara sangat malas jika sudah berurusan dengan dia.
"Ehh Fariz ada apa panggil Nara?" timpal Agnes sambil menatap Fariz.
"Gue ada urusan sama Nara"
"Bukannya lo sama Nara udah gak ada urusan sama sekalikan? Semenjak lo putus sama Nara, semenjak lo ngelakuin hal gila dibelakang Nara, semenjak lo bilang kalo dia itu pelacur" jelas Fia sambil menatap remeh pada Fariz.
"Fia udah" ujar Nara.
"Diem Raa, gue gedek banget sama nih anak. Udah dicintai sepenuh hati, malah kek babi" tukas Fia.
Semuanya hanya melihat kelakuan Fia. Entahlah sahabat-sahabatnya juga tidak mengerti dengan sikap Fia sekarang. Dia seperti marah besar kepada Fariz.
"Asal lo tau, gue dulu ngeyakinin dia buat buka hatinya untuk lo. Gue ngeyakinin dia kalo lo gak bakal nyakitin dia. Gue bilang sama dia kalo sampe lo nyakitin dia, gue gak akan tinggal diam" ucap Fia berhenti ia beralih menatap Nara.
"Awalnya gue pengen hajar lo sama kayak si Reihan, yaa cuman gue males berurusan dengan BK. Jadi sekarang intinya, jangan pernah datang lagi kehidup Nara kalo lo masih mau buat dia kecewa" jelas Fia.
Setelah mengucapkan kalimat itu, sepertinya Fia sedang menahan emosinya. Ia langsung menarik Nara dan teman-temannya untuk pergi dari kelas ini.
Baru saja keluar dari kelas mereka berempat dikejutkan dengan Devan yang duduk di pinggiran tangga. Sedang apa dia disini?
"Ehh kak Devan" sapa Agnes.
"So akrab banget lo Nes" timpal Vina yang kemudian langsung diberi tatatapan tajam oleh Agnes.
"Kakak mau ketemu Nara, ehm ma-maksudnya Senja?" tanya Fia agak gugup.
"Iya" balasnya singkat.
Jawaban singkat Devan membuat Agnes memutar bola matanya malas, ternyata laki-laki ini tetap sama. Tetap dingin, dan cuek.
"Yaudah kalo gituh,kita duluan yah Raa. By" ucap Agnes langsung menarik Fia dan Vina.
Kini tinggal mereka berdua. Nara dan Devan. Entahlah ada apa Devan menemuinya.
"Ada perlu apa kak?"
••••
Sama seperti sebelum-sebelumnya, saat dirinya di bonceng oleh Devan. Tak ada obrolan sama sekali. Keduanya saling diam.
Tanpa Nara sadari, jalan yang mereka lewati bukan jalan yang biasa ia lewati untuk pulang sekolah.
"Loh kak Devan,kok jalannya kesini? Kan harusnya tadi dilampu merah lurus kak" sanggah Nara.
"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat" ucap Devan.
"Kakak mau ngajak aku kemana?" tanya Nara.
Namun Devan tak menjawab pertanyaan Nara. Dia malah tersenyum melihat wajah bingung Nara di spion motonya. Lucu, batin Devan.
••••
Setelah mereka sampai disebuah tempat yang membuat Nara takjub. Entahlah ini tempat apa, untuk pertama kalinya Nara datang ketempat seperti ini.
Devan mengajak Nara ke taman, ditaman itu ada banyak bunga matahari. Dan ini yang membuat Nara tidak bosan. Bunga matahari adalah bunga favorit Nara.
Nara sadar jika tak jauh dari taman ini ada danau. Entalah nama danau itu danau apa, yang jelas ia sangat menyukai tempat ini. Taman yang indah, ada banyak bunga matahari, ditambah danau membentang luas dengan warna birunya.
"Kakak sering kesini?" tanya Nara dengan senyum mengembang.
"Enggak, kalo pikiran lagi kacau ya kesini" jelas Devan.
"Ohh jadi ini tempat pelampiasan kakak kalo lagi kacau yah" timpal Nara.
"Iya, kamu suka?"
"Suka banget, ada ba-"
"Kamu orang pertama yang aku ajak kesini" potong Devan.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Teen FictionNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...