Sebelas

283 15 0
                                    

"Ibu temanya bebas aja yah"

"Ibu bebas"

"Ibu biar kita sendiri yang nentuin temanya"

Dan lain lagi. Itulah sebagian bujukan dari murid kelas X TKJ 1,kelasnya Nara. Pasalnya mereka sedang membujuk guru bahasa indonesia.

Saat ini mereka diberi tugas untuk membuat teks eksposisi. Dengan tema yang ditentukan oleh gurunya ini.

"Gak, ibu yang tentuin" ucap bu Raya,guru Bahasa Indonesia.

"Ibu bebas aja yahh,pliss" ucap Rizky memohon pada gurunya, yang kemudian diangguki oleh teman-temannya.

"Ahh sudah temanya dari ibu,kalian tinggal buat aja kan gampang" ucap guru tersebut.

"Dah lah males,emang gak ada hakekatnya cowok menang lawan cewek"

"Cowok selalu salah di mata cewek"

"Ya dehh, ibu yang cantik menang"

Begitulah sebagian kalimat yang diucapkan para jantan dikelas ini. Gurunya pun hanya terkekeh melihat kelakuan murid-muridnya ini.

Bu Raya memang sering mendapat perlakuan seperti itu. Bahkan ada sebagian muridnya yang memanggil  'sayang' 'bebeb' 'bunda' 'mamah' dan lain lagi.

Kenapa tidak? Bu Raya memang sudah menikah. Tapi ia tetap saja muda. Lagipula dia cantik.

Dia hanya terkekeh. Sebab dia juga tau murid-muridnya ini hanya sedang bergurau. Lagipula ia tidak keberatan dipanggil seperti itu. Karena itu membuat ia mudah dekat dengan murid-muridnya.

"Nah kan, kenapa gak dari tadi ngalahnya?" tanya bu Raya sambil ketawa.

"Yaelahh ibuu" ujar seorang anak laki-laki.

"Di sini siapa sekertaris?" tanya bu Raya.

"Nara bu" jawab Rizky dengan lantang.

"Nara sekertaris? sini nak" pinta bu Raya, dan Nara pun berjalan menghampirinya.

"Tolong tuliskan ini yahh" pinya gurunya lagi. Nara pun menulis apa yang diminta gurunya itu.

Saat menulis ada sebagian temannya yang gaduh,apakah Nara menghalangi mereka?ahh ia rasa tidak.

"Raa minggir dikit"

"Nara gak keliatan"

"Nara nunduk dong"

Ahh shit!

Apakah badan Nara besar? Ia rasa tidak.
Apakah tubuh Nara tinggi? Ia rasa juga tidak.

"Nara minggir"

"Woyy gak keliatan"

"Anara"

"Raa tulisannya gak jelas"

Kata-kata itu bukan berasal dari teman-temannya. Melainkan dari seorang laki-laki yang duduk di belakang,yapp dia adalah Fariz.

"Ehh ai kamu kenapa? Tulisan jelas gitu dibilang gak jelas" ucap bu Raya membela Nara.

Bu Raya memang asli orang Sunda. Wajar saja jika logat sundanya itu masih menempel dalam dirinya.

"Di sini gak jelas bu" ucap Fariz membela dirinya.

"Ahh kamu mah palingan mau ngegoda Nara kan?" tanya bu Raya.

Kelas menjadi ramai karena pertanyaan bu Raya. Nara pun hanya diam mengabaikan kegaduhan dikelasnya ini.

"Enggak bu" tolak Fariz.

"Raa emang kamu mau sama Fariz?" tanya Gurunya lagi.

Dan lagi lagi Nara hanya diam. Saat hendak menjawab gurunya malah langsung berbicara lagi, sial.

"Ohh atau kalian berdua udah ada hubungan sesuatu?" tanya bu Raya dengan sorot mata tajam membuat Nara kaget.

"Enggak kok bu, Nara gak ada hubungan apa-apa sama Fariz" jelas Nara.

"Bener gitu Fariz?" Tanya bu Raya dan Fariz hanya diam saja.

"Bener bu, Nara sama Fariz cuman temen doang" bela Nara pada dirinya.

"Nara bohong bu, liat aja Fariz diem dari tadi" ucap Bian salah satu temannya.

Dan memang benar Fariz hanya diam saja. Semua temannya menoleh kearah Fariz, terlihat wajah laki-laki itu sedikit masam. Ada apa dengan dia?

Bu Raya hanya terkekeh melihat kejadian ini. Ia juga bingung. Nara dengan pengakuannya jika dia tidak ada hubungan apa-apa,dan Fariz hanya diam saja saat Nara bilang itu.

Anehh, pikirnya.

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang