Bingung!
Satu kata yang Nara rasakan sekarang. Entahlah ia tidak mengerti dengan pikirannya sekarang.
Pasalnya pikirannya sering dihantui oleh Fariz. Cowok itu selalu saja bolak-balik dipikirannya.
Flashback on!
Semua murid tengah sibuk menghapal dengan tugas yang diberikan guru didepannya. Pasalnya diadakan presentasi dadakan.
Dan ada sebagian yang sudah selesai persentasi. Diantaranya Nara dan Rizky serta sebagian teman lainnya.
Saat ini Agnes absen sekolah. Katanya dia ada urusan keluarga. Jadinya ia duduk sendirian.
Tapi ada satu temannya yang duduk sendiri dibelakang. Ia meminta untuk duduk bersamanya.
Nara boleh-boleh saja. Yang penting ada teman. Sebenarnya Nara mau mengajak temannya itu. Tapi takut ditolak,takut ia tidak mau duduk bersamanya,karena ia duduk di depan.
Banyak siswa yang enggan untuk didepan apalagi seperti Nara. Tempat duduknya tepat di depan meja guru.
Tapi bagi Nara,mendingan duduk di depan dari pada di belakang.Bisa melihat materi yang ditulis tanpa terhalang oleh temannya.
Bagi siswa yang sudah melakukan presentasi,mereka diminta untuk mencatat materi yang akan dibahas minggu depan.
Saat Nara sedang sibuk mencatat. Ada seseorang yang memanggilnya. Yapp,dia adalah Fariz.
"Raa,duduk sini buruan ambil buku lo juga!" pinta Fariz.
"Mau ngapain?Nanti Bila gak ada temennya?" tanya Nara. Bila adalah gadis yang sekarang duduk bersamanya.
"Udah sini,bentar doang kok" ucap Fariz,dan Nara pun menurut saja.
Dia berjalan ke arah Fariz, Rizky, dan Rama. Ia duduk bersama Rizky yang kebetulan tepat didepan Rama. Meja mereka berada diujung paling belakang.
"Terus?" tanya Nara.
"Diem disini,lanjutin nulisnya"
Damn!
Nara kesal dengan sikap Fariz yang seenaknya mengatur dirinya.
Nara pun kembali melanjutkan tugasnya ia menulis materi yang tadi ditugaskan oleh guru sejarah nya itu.
"Raa liat sini" ujar Fariz, Nara pun menoleh ke arah Fariz.
Cekrek!
Sial. Fariz memfotonya. Dia langsung memperlihatkan hasil fotonya. Dan hasilnya sungguh tidak ada bagus-bagusnya.
Pasalnya muka Nara sedang cemburut, memperlihatkan dia sedang kesal dengan Fariz, dan itu malah membuat Fariz menertawakan Nara.
"Ihh Fariz hapus" pinta Nara.
"Gak bakal" ucap Fariz yang langsung berpura-pura seolah sibuk dengan tugasnya.
Nara kesal. Akhirnya ia hanya mendiamkan Fariz dan melanjutkan lagi tugasnya. Ia berharap Fariz tak akan mengganggunya lagi.
Saat sedang fokus menulis,tiba-tiba ada yang menggelitiki pinggangnya. Ahh sial! Nara paling tidak kuat jika ada orang yang menggelitikinya.
"Farizzz" ujar Nara dengan nada kesal.
"Apaan hah, mau bales?" Tanya Fariz.
Nara inget dengan kejadian beberapa minggu yang lalu. Ia sangat kesal dengan laki-laki ini.
Ia mulai bangkit dari duduknya,hendak untuk kembali ke tempat duduknya.
Saat berjalan melewati Fariz,Nara malah dicegat oleh laki-laki ini.
"Ehh mau kemana? Diem disini Raa" kata Fariz sambil mencengkram tangan Nara.
"Aku mau balik ke depan" jawab Nara. Dan ia pun mencoba untuk berjalan tapi Fariz terus mencengkram tangannya.
Brakk!!
Suara benturan kursi terdengar jelas dipendengaran setiap orang yang beda dikelas ini. Mereka berdua hampir terjatuh yapp Fariz dengan Nara,untungnya itu hanya hampir. Pasalnya Nara sempat menahan dirinya dengan Fariz agar keduanya tidak jatuh.
Tapi apakah ini hari sial bagi Nara?
Ia ketahuan oleh gurunya. Alhasil mereka berdua menjadi titik perhatian oleh teman sekelasnya.
"Fariz tuhh kann" ucap Nara geram.
"Ehhh si Nara becanda terus sama Fariz, ibu nikahin kalian berdua baru tau rasa" ucap bu Nilam,guru sejarahnya.
"Enggak bu" jawab Nara yang langsung berjalan ketempat duduknya.
Ia sangat malu. Kenapa tidak?
Ia menjadi titik perhatian satu kelas. Semua teman-teman memperhatikannya. Ditambah lagi ia ditertawakan satu kelas,karena ucapan gurunya itu.
Flashback off!
Ahh sudahlah. Ini bukan saatnya Nara memikirkan laki laki itu. Lagi pula apa untungnya ia memikirkannya?
Ia mulai menarik selimutnya dan kemudian memejamkan matanya. Ia tertidur.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Teen FictionNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...