Empat Puluh Tiga

199 4 0
                                    

Tuk tuk tuk!

"De lo di dalem kan?" tanya Jingga.

Ia tak mendengar sahutan sedikitpun dari Nara. Kenapa dia diam? Tak seperti biasanya.

"De gue masuk yah" ucap jingga.

Ia kemudian membuka pintu kamar adiknya. Dan baru saja satu langkah ia langsung kaget dengan keadaan adiknya sekarang.

Nara tergelepak dilantai tepat depan pintu kamar mandi. Dengan darah segar yang keluar dari hidungnya

"Raa bangun, Anara bangun" panggil jingga sesekali menggoyangkan pipi Nara.

"Ayah ibu tolong, Anara pingsan" teriak Jingga.

Ia sangat khawatir dengan keadaan adiknya sekarang. Darah segar terus mengalir dari hidungnya. Ia tidak ingin kehilangan adik perempuannya ini.

Gue percaya lo kuat de, batin Jingga.

••••


Semuanya sedang menunggu dokter keluar dari ruangan UGD, banyak doa yang mereka ucapkan untuk seorang gadis di dalam.

"Ayah gimana kalo sakit Anara lebih parah?" tanya Wiwi kepada suaminya.

"Ibu berdoa saja,semoga Anara akan baik-baik saja" ucap Widianto mencoba menenangkan istrinya.

Dia sudah menangis sejak Anara dibawa kerumah sakit.

Tak lama kemudian seorang dokter keluar dari ruangan itu. Mereka semua menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Wiwi.

"Keadaan dia sudah membaik, beberapa jam lagi mungkin dia akan sadar" jelas Dokter itu.

"Lalu bagaimana dengan penyakitnya dok?" tanya Widianto.

"Kita bicarakan di ruangan saya saja" ajak dokter itu.

"Ayah sama ibu kesana bentar, jagain adekmu" ucap Wiwi.

"Iya bu".

Kini tinggal dirinya sendirian. Ia ingin tahu keadaan adiknya itu. Ia akan masuk.

Sungguh ia tidak kuat melihat keadaan Nara sekarang. Kenapa ia menjadi seperti ini? Tadi pagi ia baik-baik saja.

Ia beralih melihat tangan adiknya, ia semakin tidak kuat saat melihat beberapa bagian tangan Nara terdapat memar. Kenapa ia sampai tidak tau? Rupanya adiknya ini pintar sekali menyembunyikan lukanya.

Jangan tinggalin gue de,gue tau lo kuat. Batin Jingga.

••••

"Seperti sebelum-sebelumnya,saya hanya akan mengingatkan kalian untuk membujuk Anara supaya teratur minum obat, sepertinya ia tidak minum obat yang saya beri secara teratur"

"Saat saya memeriksanya ditangannya ada beberapa bagian yang memar, apakah kalian tidak mengetahui itu?" tanya dokter itu.

"Kami tidak mengetahui itu dok, tapi dia pernah mengaku beberapa minggu yang lalu, hampir satu minggu ia tidak minun obat" jelas Widianto.

"Mungkin saja karena itu, pengidap leukemia disebabkan karena pengidap lebih banyak memproduksi sel darah putih sehingga terjadi penumpukan dalam sumsum tulang belakang" ucap dokter itu berhenti membuat wiwi dan Widianto saling menatap.

"Penumpukan sel darah putih bukan hanya membuat sel-sel darah yang sehat berkurang, melainkan juga bisa berdampak pada terganggunya fungsi tubuh dalam melawan infeksi. Saya harap kalian tetap membujuk Anara untuk minum obatnya secara teratur. Jika tidak, ini akan berdampak buruk bagi dirinya" jelas dokter itu.

"Terimakasih dok,saya akan berusaha untuk terus membujuknya,kalo gitu kami permisi"

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang