Enam Puluh Satu

206 5 0
                                    

Pagi ini Nara sekolah diantarkan si Abah. Jingga bilang ia akan berangkat agak siang.

Sekarang ia tidak peduli lagi tentang identitas dirinya dengan Jingga. Karena semua orang sudah tau jika Nara adalah adiknya.

Saat memasuki kelas, ternyata hanya ada beberapa temannya yang baru datang.

"Pagi" sapa Nara kepada teman-temannya.

"Pagi Raa" balas Vina.

"Pagi kembali Nara" balas Laura dengan semangat membuat Nara mengembangkan senyum pada Laura.

••••

"Ehh ada film baru loh di bioskop" ucap Agnes dengan heboh.

"Film apaan?" tanya Rina.

"Mariposa, duhh sumpah gue pengen liat tuh film soalnya seru banget" jelas Agnes.

"Emang filmnya kap-"

"Raaa" potong Fia yang sekarang berdiri di belakangnya hingga membuat Nara membalikan badan.

"Iya kenapa Fi?"

"Ini obat apaan?" tanya Fia.

Ia memengang sebuah botol kecil. Botol itu seperti milik Nara. Ahh ia lupa bukan ia saja yang memiliku botol obat itu.

Nara langsung beralih membuka tasnya. Astaga botol obat miliknya tidak ada. Apakah Fia-? Batin Nara.

"Nyari ini ya Raa?" tanya Fia sambil tertawa kecil.

Nara dibuat bungkam oleh Fia. Apakah Fia mengambil obat miliknya? Untuk Apa?

Saat ini sudah banyak teman Nara yang sedari tadi memperhatikannya. Ia gugup bagaimana ia akan menjawab pertanyaan Fia.

"Ka-kamu ngambil botol itu?" tanya Nara dengan gugup.

"Kenapa lo gak cerita sama kita Raa?" tanya balik Fia.

"Kenapa lo nyembuiin ini dari kita semua Raa" sambung Rizky.

"Apa maksud kalian aku gak ngerti?" tanya Nara dengan sesekali tertawa.

Ia terpaksa melakukan itu. Ia tidak ingin teman-temannya tau tentang sakitanya.

"Lo gak bisa nutupin semua ini dari kita Raa" timpal Reihan.

"Lo gak pantes jadi orang pembohong kayak gini" tukas Fia.

"Sumpah aku gak ngerti, kalian kenapa ngomong gitu?"

"Kenapa lo gak bilang kena leukimia Raa?" tanya Reihan dengan lirih.

Damn!

Nara tergelak kaget dengan pertanyaan Reihan. Dari mana Reihan tau sakitanya? Siapa yang memberi tahu Reihan?

Mata Nara mulai berkaca kaca. Apa yang ia takutkan selama ini, satu-persatu semuanya terbongkar.

"Ka-kata siapa?"

"Gak ada yang ngasih tau kita, gue tau dari obat ini" ucap Vina sambil mengangkatkan botol obat milik Nara.

"Anak temen bunda gue kena leukimia. Gue sama bunda sering jengukin dia. Gue sama dia udah kayak saudara. Deket banget. Dan saat Briyan nemuin botol ini waktu dulu, ngebuat gue penasaran. Sampai suatu hari..."

Flashback On!

Saat ini Nara dan teman-temannya sedang pergi ke kantin. Hanya Vina saja yang tidak ikut dengan mereka. Ada satu hal yang harus ia lakuakan.

Setelah merasa aman. Vina membuka tas milik temannya, milik Nara. Tidak, saat ini Vina tidak akan mencuri barang milik Nara.

"Ini dia" batin Vina.

Kemudian ia memfoto botol kecil milik Nara ini. Tak butuh waktu lama ia selesai melakukan aksinya.

Ia kembali menaruh botol kecil itu kedalam tas Nara. Ia tidak ingin Nara mengetahuinya.

"Maafin gue Raa" batin Vina.

••••

Setalah bel pulang sekolah berbunyi. Vina tidak langsung pulang. Ia mampir sebentar ke toko obat.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu" sapa seorang apoteker cantik.

"Siang mbak, ini saya mau tanya soal obat ini" ucap Vina sembari menyerahkan ponsel miliknya kepada apoteker dihadapannya.

"Sebentar yah" ucap apoteker itu sambil memperhatikan sebuah foto yang ada diponsel milik Vina.

"Ini milikmu?" tanyanya.

"Tidak, itu bukan milik saya mbak, itu punya saudara saya" telak Vina dan apoteker itu hanya menganggukan kepala.

"Emang itu obat apaan mbak?" tanya Vina.

"Obat ini biasa di minum oleh orang yang terkena penyakit leukimia" jelasnya.

"Apa Leukimia?"

Flashback off!

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang