Delapan

356 23 0
                                    

Pagi yang cerah,semua orang disibuki dengan kesibukannya masing masing.

Seorang gadis tengah memandang dirinya dipantulan cermin. Memperlihatkan seorang gadis dengan rambut yang dibiarkan tergerai.

Ia sudah siap untuk berangkat sekolah. Kemudian ia berjalan untuk pergi ke ruang makan.

"Pagi ayah pagi ibu" ucap Nara menghampiri kedua orang tuanya.

"Pagi juga sayang" balas keduanya.

"Pagi bibi" ucap Nara kepada pembantunya ini.

"Pagi juga neng" ucap pembantu itu yang kemudian pergi kembali kedapur.

Saat ini hanya ada mereka bertiga. Mereka menikmati sarapan pagi sebelum memulai aktivitas masing-masing.

Orang tua Nara merupakan seorang pemilik sebuah restoran terkenal di Jakarta. Bahkan ibunya memiliki sebuah butik yang diolah oleh dirinya sendiri.

Kadang ibunya sering disibuki oleh urusan butik, ayahnya pula disibuki urusan restoran.

Walaupun mereka sibuk. Mereka tidak akan membiarkan anak-anak mereka kurang perhatian dari mereka. Keduanya berusaha memberikan yang terbaik untuk Nara dan Jingga.

"Bu, abang pulangnya bulan depan?" tanya Nara.

"Iya de" jawab singkat ibunya.

"Kenapa de? kamu kangen abang mu?" tanya Widianto.

"Iya, kangen jailin" ucap Nara sembari cengengesan.

Jingga kakaknya sedang melakukan praktek kerja lapangan di Bandung,sudah dua bulan dia disana. Apa mungkin Nara rindu dengan abangnya itu? Ahh mungkin saja.

"Anara berangkat dulu yahh" ucap Nara sambil mencium tangan kedua orang tua nya.

"Kamu bawa motor?" tanya ibunya.

"Enggak Anara minta anter si Abah aja, assalamualaikum" ucap Nara yang mulai melenggang untuk keluar rumah.

"Waalaikumsalam" balas kedua orang tuanya.

Abah adalah nama panggilan untuk pak Narto,supirnya. Ia adalah asli orang Bandung. Dan kebetulan dia sering memanggil dirinya dengan sebutan Abah. Alhasil Nara pun memakai panggilan itu pada pak Narto.

••••

30 menit sudah,kini Nara sampai di sekolahnya. Ia keluar dari mobil dan kemudian berjalan memasuki gerbang.

Deg!

Nara sangat kaget. Ia berpapasan dengan Devan,yang baru saja keluar dari tempat parkir. Tempat parkir di sekolah Nara ada dua,di dalam sekolah dan di pinggir sekolahnya.

Boleh saja parkir di sekolah tapi saking banyaknya siswa yang membawa kendaraan,alhasil tidak muat untuk parkir di sekolah.

Jujur saat ini sangat gugup,kenapa ia bisa berpapasan dengan kakak kelasnya itu?

"Senjaa" sahut seorang laki-laki.

Nara berhenti. Apakah dia memanggil Nara? Karena Senja tersemat di namanya, Mishella Anara Senja.

Ahh mungkin saja Senja yang lain? Itu pikir Nara, kemudian ia melanjutkan jalannya tanpa melihat siapa tadi yang memanggil namanya.

"Mishella Anara Senja" panggil seorang laki-laki itu lagu.

Nara sadar kali ini orang itu benar-benar memanggil dirinya. Ia pun menoleh siapa yang memanggilnya,dan ternyata dia adalah Devan.

Kenapa dia tau nama panjang Nara. Untuk sebelumnya mereka tidak pernah ngobrol sama sekali.

Ahh dia baru inget. Nara pernah memperkenalkan dirinya saat awal masuk eskul Paskibra. Dan disana ada Devan juga.

Laki laki itu berjalan menghampiri Nara. Baju yang dimasukan dengan rapih, tas menggantung sebelah. Salah satu tangannya dimasukan kedalam saku celananya.

Ganteng!

Satu kata yang Nara lihat dari Devan saat ini sungguh ini membuatnya menjadi lebih gugup. Dengan kulit putih, alis tebal dan kumis tipis. Itu yang membuat Nara suka pada Devan. Cowo ganteng check.

"Kenapa kak?" tanya Nara mencoba menutupi kegugupannya.

"Ayoo" ujar Devan dengan menarik tangan Nara.

"Hah?"

Sontak membuat Nara kaget sekaligus senang. Kenapa tidak?

Saat ini ia sedang bersama orang yang di kagumi. Ia memegang tangannya. Tapi ada rasa takut juga dalam diri Nara, kenapa Devan menariknya saat ini?

Ahh siapapun untuk saat ini jangan ada yang ganggu Nara yah. Aduhh kok deg deggan gini sih, kalau gak dilepas Nara gugup banget kalau dilepas sayang banget yaallah, Nara harus gimana? batin Nara.

"Kak kita mau kemana?" Tanya Nara.

Tak ada jawaban dari kakak kelasnya itu. Tanpa melepaskan cengkramnya di tangan Nara,ia terus melanjutkan jalannya,entah ia mau membawa kemana Nara. Nara hanya menuriti saja.

"Gilee tuh si kaku deketin adek kelas?"

"Kok dia mau sih, kan si Devan sikapnya dingin banget"

"Woe anjirr ternyata suka sama cewe juga, gue kira dia homo"

"Sembarangan lo kalo ngomong, gitu gitu dia ganteng dari pada lo"

"Ehh adik kelasnya cantik bener anjerr"

"Ahh gue tikung tuh si es berjalan"

"Lo kalah star bro"

Sekarang sudah banyak pasang mata yang memperhatikan mereka berdua. Nara sangat benar-benar gugup,kenapa ia sering jadi bahan tontonan?

Dan ternyata Devan mengantarkan Nara ke kelasnya. Setelah sampai di depan kelasnya. Semua teman-teman sekalas memperhatikan Nara dan kakak kelasnya itu.

"Yaudah gihh masuk" ucap Devan dengan sedikit menggerakan dagunya mengisyaratkan agar Nara masuk ke dalam kelasnya. Devan tersenyum manis sambil mengacak-ngacak pucuk rambut Nara.

Damn!

Ahh kenapa kakak kelasnya bersikap seperti ini? Dan benar saja Nara tersipu malu terlihat pipinya merah.

"Ck, blushing" ujar Devan dengan tertawa kecil.

Tahan Devan tahan, batin Devan gemas.

Jujur Nara sangat malu dia pun menunduk, malu karena ia ketahuan blushing.

"Heyyy kenapa nunduk?" tanya Devan mengangkat dagu Nara.

Nara mengangkat dagunya dan membalasnya dengan menggelengkan kepala.

"Aku balik ke kelas" ucap Devan yang kemudian membalikan badan dan berjalan.

"Makasih" ucap Nara pelan tapi itu dapat didengar oleh Devan.

Devan hanya menoleh dan tersenyum. Astaga kenapa Devan sangat manis sekali. Kemudian ia melanjutkan langkahnya untuk masuk ke kelasnya.

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang