Tujuh puluh tujuh

191 7 0
                                    

"Keadaan Anara semakin memburuk"

Deg!

Tubuh Devan hampir ambruk, matanya sudah mulai berkaca-kaca. Keadaan Senja memburuk? Sungguh hatinya terasa remuk. Ia tidak ingin kehilangan Senja. Yaa Allah kuatkan Senja, batin Devan.

Kemudian Jingga menoleh kearah Devan. Ia tau laki-laki itu syok sama seperti dirinya.

"Ikut gue sekarang" pinta Jingga kepada Devan.

Entahlah apa yang akan dilakukan Jingga kepadanya. Sekarang Jingga mengajak Devan menjauh dari ruangan Nara. Dan ternyata ia mengajak Devan ke taman rumah sakit.

"Kenapa bang?" tanya Devan.

"Duduk" suruh Jingga kepada Devan yang kemudian duduk dikursi besi berwarna putih.

Dan setelah itu mereka diam. Hanya hembusan angin yang mereka rasakan. Suasana di taman membuat keduanya lebih tenang,meskipun pikiran mereka sama-sama dipenuhi dengan gadis yang mereka cintai masih terbaring lemah.

"Lo kenapa ngizinin Anara buat pergi sama Fariz?" tanya Jingga tanpa menoleh sedikutpun kepada Devan.

"Dia yang minta bang" jawab Devan.

"Kenapa lo gak nolak, lo pacarnya, mana bisa seseorang ngizinin pacarnya jalan sama mantan" ucap Jingga berhenti.

"Terkecuali orang itu emang gak beneran sayang sama pacarnya" jelas Jingga dengan rahangnya yang menguat.

"Justru gue sayang banget sama dia bang. Gue gak bisa nolak permintaan dia. Gue ingin dia bahagia gimanapun caranya"

"Gue rela ngebiarin dia buat jalan bareng sama mantannya. Gue tau ada kebahagian yang belum mereka rasakan saat mereka pacaran. Anara selalu bilang sama gue, kalau hidupnya gak lama lagi. Dan itu yang ngebuat gue dengan mudah ngasih izin"

"Gue bener-bener sayang dia bang, gue mau dia bahagia. Lo tau kan gimana gue dulu? Lo tau kan Anara yang udah ngubah gue jadi seperti ini?" jelas Devan berhenti, ia sudah tidak kuat lagi, sungguh apapun yang ia lakukan untuk Nara itu semua karena semata-mata ia menyayangi Nara.

Yapp Jingga tau bagaimana Devan dulu. Devan Hendimata adalah anggota paskibra yang terkenal cuek dan dingin. Semua anak SMK Karya Bakti tau bagaimana sikap pria ini.Tak ada yang berani berurusan dengan laki-laki ini. Dan semua itu berubah semenjak ia bertemu dengan Nara.

Penjelasan Devan membuat Jingga bungkam. Ia tau jika Nara lah yang mengubah Devan menjadi seperti ini. Ia tidak mengira jika laki-laki seperti Devan mau merubah sikapnya hanya untuk gadis polos seperti Nara.

"Sorry" ujar Jingga sambil menepuk pundak Devan.

"Gak papa bang" balas Devan dengan senyum mengembang.

"Gue tau lo bisa bikin Nara bahagia, gue kedalem" ucap Jingga yang kemudian pergi meninggalkan Devan sendirian.

Devan menghembuskan napasnya dengan gusar. Hati dan pikirannya hancur dalam waktu bersaman. Pikirannya hancur karena ia terus memikirkan Nara. Hatinya hancur karena tau keadaan Nara semakin memburuk.

Sungguh ini baru pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini. Dan itu semua karena Nara. Devan sadar jika sekarang hatinya telah sepenuhnya jatuh kepada Nara.

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang