Tujuh Belas

231 13 0
                                    

Seorang gadis tengah berteduh di sebuah ruko di pinggir trotoar.

Saat ini Nara sedang menunggu seseoang. Tak lama kemudian yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.

"Udah lama Raa?" tanya Fariz.

"Enggak kok"

"Yaudah yuk naik, keburu makin panas"ucap Fariz.

Nara dan Fariz akan melakukan kerja kelompok di rumah Reihan. Jaraknya lumayan jauh, butuh waktu 20 menit.

Setelah mereka sampai, mereka langsung mengerjakan apa yang ditugaskan gurunya itu.

Saat ini tugas Nara kebagian bersama Reihan. Agnes dengan Rizky. Dan Fariz sendirian.

Tugas mereka belum selesai sepenuhnya. Karena mereka diberi waktu 3 minggu,jadi mereka memanfaatkan minggu depan saja untuk melanjutkan tugasnya ini.

" Kita pulang ya Han"pamit Nara.

"Iya Raa, hati-hati" balas Reihan.

"Nara doang nihh" ujar Fariz.

"Kalian juga hati-hati" ucap Reihan.

Tak lama kemudian mereka pergi dari rumah Reihan. Nara satu motor dengan Fariz. Rizky dan Agnes dengan motornya masing-masing.

Saat di perepatan tiba. Ketiga motor itu berpisah. Nara dengan Fariz lurus,Rizky belok ke kanan. Dan Agnes belok kiri.

Kini tinggal Nara dan Fariz. Keduanya hanya diam,tak ada obloran.

"Raa" panggil Fariz. Nara hanya membalas dengan deheman.

"Gue mau ngomong serius"

"Apa?".

"Kalo misal gue suka sama lo gimana?"

Sontak membuat Nara kaget. Kenapa tidak? Laki-laki dihadapannya ini mengatakan kalimat itu.

Nara hanya diam tak menjawab sedikitpun pertanyaan Fariz.

"Raa gue serius" ujar Fariz.

"Udah gak usah serius-serius, nanti di becandain" balas Nara.

Dan Fariz pun hanya diam, setelah itu tak ada lagi obloran diantara keduanya.

Tak lama kemudian mereka sampai. Mereka berhenti dan Nara turun dari motor Fariz.

"Raa lo yakin gue turunin di sini?"

"Iya, nanti Nara minta jemput si Abah" jawab Nara.

"Yaudah gue balik yah"

"Hati-hati".

Lelaki itu pun membalas dengan senyuman. Kemudian ia melajukan motornya. Meninggalkan Nara sendirian.

Tak lama setelah Fariz pergi. Jemputannya pun datang, dan ia menaiki motor itu dan meninggalkan tempat itu.

••••

Setelah sampai dirumahnya. Ia dikejutkan dengan seorang wanita paruh baya yang kini sedang berdiri didepan pintu sambik terseyum manis kepadanya.

Dulu wanita itu yang selalu ia rindukan kehadirannya. Selalu ia tunggu kedatangannya. Tapi yang namanya perasaan akan berubah, begitupun ketika yang diharapkan tak mengerti apa yang ia harapkan padanya.

Wanita itu adalah Eriska, mamanya Fariz. Eriska menjadi wanita sibuk setelah ia memilih berpisah dengan suaminya. Entahlah Fariz juga tidak tau apa yang membuat mereka lebih memilih berpisah. Tidakkah mereka berpikir sedikitpun jika ada yang menjadi korban diantara mereka? Dan korbannya adalah Fariz dengan kakaknya.

Namun lambat laun kakaknya Fariz bisa menerima keadaan tentang orang tuanya berpisah. Dan mereka kini merasakan arti dari kata 'broken home'.

"Fariz sayang akhirnya kamu pulang, mama udah nunggu dari tadi" sahut Eriska dengan menghampiri anaknya sambil mencium kening putranya itu.

Tak ada respon apapun dari Fariz. Ia menjadi dingin terhadap orang tunya. Namun, lagi-lagi orang tuanya tak mengerti tentang itu. Mereka berdua sama saja menyalahkan Nina, yang merupakan neneknya Fariz, mereka selaku mengira jika neneknya itu gagal mendidik Fariz. Tanpa mereka sadari keduanyalah yang menyebabkan Fariz menjadi seperti ini.

"Kok kamu diem aja sih" ujar Eriska.

"Aku kedalem"

"Mama baru ketemu kamu, mama kangen banget sama kamu. Bisa gak kamu jangan cuek gini sama mama" jelas Eriska membuat Fariz menghentikan langkahnya.

"Mama udah nunggu berharap kamu juga bakal seneng ketemu mama, tapi kamu tetep gini. Hargain mama yang udah jauh jauh kesini cuman buat kamu sama kakakmu" lanjut Eriska lagi.

Mendengar ucapan Eriska membuat Fariz membalikan badanya. "Mama nunggu aku?" tanya Fariz dengan dianghuki oleh mama nya.

"Udah berapa menit? Jam? Hari? Minggu? Bulan?" tanya Fariz dengan raut muka seolah menahan emosinya.

"Mama emang gak bisa lama disini, tapi mama terus usahain buat ketemu kamu"

"Aku tanya sekali lagi, udah berapa lama mama nunggu aku?"

Kali ini emosinya tak lagi bersahabat, ia bahkan membentak ibunya itu. Hal itu membuat Eriska terenyuh hatinya saat itu juga.

"Gak bisa jawab kan?" ujar Fariz sambil tertawa meremeh kepada mamanya.

"Mama gak bakal ngerasain gimana rasanya nunggu berhari-hari, berbulan-bulan cuman buat nunggu mama pulang. Tapi apa? Gak ada tuh sedikitpun mama peduli tentang apa yang aku rasain, perduli dengan keadaan akupun gak sama sekali"

"Jangan pernah salahin nenek kalau aku kayak gini. Ini bukan karena nenek yang gagal mendidik aku, tapi ini salah kalian berdua yang lebih memilih untuk bekerja, bekerja dan terus bekerja, tanpa memperdulikan anaknya" jelas Fariz panjang membuat Eriska menangis.

"Aku gak bakal kaya gini, kalau mama dan papa gak berpisah"

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang