Seketika ia langsung ingat dengan kejadian beberapa hari yang lalu saat ia bersama Nara. Saat Nara masih sehat.
Flashback on!
"Kamu orang pertama yang aku ajak kesini"
Ucapan Devan mampu membuat Nara diam. Gadis ini menatap lekas pria dihadapannya. Tanpa ia sadari bibirnya terangkat sedikit, mungkin Devan tidak akan menyadari itu.
"Makasih"
"Senja" panggil Devan.
"Iya kak" balas Nara kemudian menoleh kearah Devan dan Devan pun membenarkan posisi duduknya jadi mengahadap Nara. Setelah itu keduanya terdiam.
"Kakak kenapa sih panggil aku Senja?" tanya Nara.
"Gak suka yahh?"
"Suka kok, cuman aneh aja. Kak Devan orang pertama yang manggil aku kek gituh" jelas Nara.
"Kamu tau kenapa aku manggil kamu dengan 'Senja'?" tanya Devan membuat Nara menggelengkan kepalanya.
"Karena aku suka Senja" ucap Devan berhenti.
"Dan kamu seperti senja. Kamu tau, kamu orang pertama yang buat aku berubah seperti ini. Kamu memang tidak merubah hidupku, tapi aku yang selalu ingin berubah Senja. Dulu hidupku hancur, namun semuanya berubah semenjak Senja dihadapan ku ini hadir" jelas Devan sambil terus menatap Nara.
"Aku tau Senja hadirnya hanya sesat. Ia datang dengan keindahan lalu pergi dengan kegelapan. Dan aku harap kamu tidak seperti senja" ucap Devan sambil menarik tangan Nara dan menggenggamnya.
"Sinar senja itu yang membuat dunia seorang Devan terang. Dan seorang Devan berharap jika sinar senja itu tak pernah padam dalam dirinya. Ia ingin senjanya selalu bersamanya"
Nara tak bisa berkutik. Ia bingung apa yang harus ia katakan? Apa yang harus ia lakukan? Otaknya mendadak tak berfungsi, tubuhnya menjadi batu seketika. Tapi bukan malin kundang yaa.
Jantungnya sudah maraton sedari tadi. Sepertinya udara disini panas, Nara merasa wajahnya memanas. Apakah pipinya memerah? Gimana jika pipinya merah? Devan pasti tau jika Nara sedang blushing.
"Senja" panggil Devan membuat Nara kembali menatap mata Devan.
"Will you my gilfriend?"
Deg!
Apa ini? Apakah Devan baru saja menembaknya? Sungguh saat ini jantung Nara semakin tidak karuan. Bagaimana ini? apa yang harus ia katakan?
"Tapi kakak tau kan kalau hidup aku ud-"
"Aku tidak peduli dengan itu Senja" ujar dengan nada serius.
"Jadi?" tanya Devan.
"Yes,i will" ucap Nara dengan senyum mengembang.
Flashback off!
Setelah sampai dirumah sakit. Devan langsung pergi keruang IGD. Dan apa yang Devan lihat?
Ibunya Nara menangis dipelukan suaminya yang berusaha untuk menenangkan istirnya itu. Sama halnya pula dengan Jingga. Laki-laki ini seperti sedang kacau. Rahangnya seperti menguat keras, dia duduk dilantai sambil tersandar ketembok ruang IGD. Apa yang terjadi dengan Senja? Batin Devan.
Tanpa pikir panjang Devan langsung menghampiri tiga orang itu.
"Ayah ibu kenapa?" tanya Devan kepada orang tua Nara.
Devan memang memanggil orang tua Nara dengan sebutan itu. Bahkan itu bukan keinginan Devan, melainkan keinginan Wiwi, ibunya Nara. Dan akhirnya Devan menuruti saja apa keinginan ibunya Nara.
"Keadaan Anara semakin memburuk"
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Anara[END]
Teen FictionNamaku Anara. Aku gadis lemah yang baru merasakan cinta pertamaku. Aku gadis biasa yang mampu membuat Fariz Ardianto menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Aku gadis polos yang berhasil membuat es itu mencair dalam diri Devan Hendinata. Inilah ti...