Tujuh puluh tiga

193 7 0
                                    

Udara malam ini terasa dingin. Hembusan angin itu terus menyeruak masuk dalam hoodie berwarna hitam yang dipakainya. Hoodie itu merupakan kado ulang tahun dari mantan pacarnya. Hoodie itu dari Nara, laki-laki ini adalah Fariz.

Saat ini ia sedang berada ditongkrongan bersama dengan teman-teman kompleknya. Entahlah ini sudah jam berapa mungkin sudah hampir pagi, saat ini ia tidak peduli dengan itu. Pikirannya sedang kacau karena masih khawatir tentang keadaan Nara.

Gadis itu masih kritis. Sewaktu dirumah sakit ibunya Nara memintanya untuk pulang karena sudah hampir larut malam. Ia tidak ingin Fariz berangkat sekolahnya terlambat karena menemani Nara dirumah sakit.

"Wihh hoodie baru tuh bor" sahut seorang laki-laki pada Fariz, namanya Ryan.

"Ehh buset gue bau nyadar hoodie lo baru, bagus juga tuh, lo beli dimana bor?" tanya teman Fariz yang lain,namanya Nicho.

Pertanyaan Nicho mampu membuat Fariz diam. Bagaimana ini? Apakah ia harus jujur jika hoodie itu pemberian dari mantannya?

"Kamvret gue tanya lo Riz" timpal Nicho membuat Fariz kaget.

"Dikasih" balas Fariz singkat.

"Widihh baek banget tuh orang ngasih hoodie bagus gini. Dia beli dimana?" tanya salah satu teman Fariz yang lain.

"Gue gak tau" balasnya dengan nada kesal.

"Masa iya lo gak tau, emang lo gak na-" ucapan Ryan langsung dipotong seketika oleh Fariz.

"Dikasih mantan, puas lo" sahut Fariz dengan kesal.

Ucapan Fariz tadi mampu membuat anak anak ditongkrongan kaget. Benarkah apa yang dibilang laki-laki itu? Masih ada orang yang masih mau menggunakan barang pemberian mantan?

"Serius itu dari mantan?" tanya salah teman Fariz yang lain.

"Ahh lo paling becanda, mana ada orang yang mau pake barang dari mantan" sindir Nicho.

"Lo gak percaya? Gue gak peduli" ucap Fariz dengan santai.

"Udah,jangan diisengin mulu kasian dia. Dia pasti punya alesan untuk pake hoodie itu" jelas Figo.

"Lo emang paling ngertiin gue bang" tukas Fariz.

"Lo masih suka yah sama mantan lo? Ohh atau lo gamov dari dia? Ahh udah gue duga" sahut Ryan.

"Baru kali ini gue denger seorang Fariz gamov anjerr" timpal Nicho.

"Udah anj* jangan diledekin terus" ujar salah satu teman Fariz yang lainnya membuat Ryan dan Nicho terdiam.

"Mantan gue dirumah sakit, dia kritis"


••••


Suara layar monitor tepat disebuah nakas terus berbunyi. Hanya suara itu yang terdengar diruangan ini.

Saat ini seorang gadis masih terbaring lemas tak berdaya, keadaannya semakin memburuk. Seorang laki-laki terus menggenggam kuat tangan gadis itu. Seolah memberi gadis ini kekuatan untuk tetap bertahan. Sungguh ia tidak ingin kehilangan gadis dihadapannya ini.

Gadis ini sudah membuat dunianya berubah. Dia adalah Devan, Devan Hendinata. Kakak kelas yang pernah dikagumi Nara sebelum Nara pacaran dengan Fariz.

Devan sudah tau tentang hubungan Nara dengan Fariz, bahkan tentang alasan mereka putus ia tau. Pada saat ia tau alasan mereka putus Devan langsung tertohok kaget. Ia tidak menyangka ada laki-laki seperti Fariz.

Rasanya ia ingin sekali membunuh pria itu. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan. Ia tidak ingin membuat Senja kecewa kepadanya.

Tapi sekarang ia tidak peduli lagi. Senja dihadapannya ini, kini telah menjadi miliknya. Ia tidak peduli bagaimana Senja dimasa lalunya. Yang jelas jika seseorang itu telah bersamanya, ia tidak akan membiarkan seorangpun mengambilnya. Tidak akan pernah.

"Aku mohon bertahan. Masih banyak orang yang nunggu kamu. Aku tau kamu kuat. Aku mencintaimu Senja" ucap Devan lirih.

Air matanya sudah tak terbendung lagi. Sungguh ini membuatnya hancur melihat Senjanya terbaring lemah seperti ini.

Cupp,,,

Devan mencium kening Nara dengan waktu yang lumayan lama. Tanpa ia sadari air matanya jatuh tepat diwajah Nara.

Tuhan biarkan senja selalu hadir dalam hidupku. Biarkan sinar senja ini menerangi hidupku tanpa membuatnya pergi dari hidupku, batin Devan.




••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang