Enam Puluh

221 8 0
                                    

Author POV!

"Kakak ngambilin tas aku?" tanya Nara saat Devan menyerahkan tas miliknya.

"Iya"

"Makasih,dan maaf untuk hari ini aku ngerepotin kak Devan terus" jelas Nara, ia menundukan kepala karena merasa tidak enak pada Devan.

"Heyy, kenapa nunduk?" tanya Devan sembari mengangkat dagu Nara. Dan Nara pun hanya membalas dengan menggelengkan kepala.

"Aku tidak merasa direpotkan Senja, aku gak bakal biarin hal buruk terjadi sama kamu" jelas Devan sambil mengacak rambut Nara.

"Kenapa?"

"Apakah harus ada alasan mutlak untuk peduli sama seseorang?"

••••

Hebusan angin malam terus menerpa wajah cantik seorang gadis yang duduk di sofa. Ia menghadap ke arah jendela. Melihat langit yang indah,  dengan bintang-bintang yang menghiasi langit malam ini.

Tuk,, tuk,, tuk,,

Suara ketukan pintu membuat gadis itu menoleh.

"Masuk" ujar gadis itu, dia adalah Nara.

"Jangan sering bukain jendela malam hari, nanti masuk angin" ucap Jingga.

"Gak papa biarin bang, angin malam enak soalnya" balas Nara.

"Yaa tapi gak baik buat kesehatan lo de"

"Anara gak bakal sembuh bang" ucap Nara lirih.

"Tuh kan mulai ngomong gituh lagi, udah jangan bahas itu" timpal Jingga.

"Bang Jingga gak ngasih tau ayah sama ibu kan tentang aku dan Fariz?" tanya Nara.

Awalnya Jingga diam. Sungguh ia mengingat lagi kejadian itu, mendengar lagi nama laki-laki pengecut itu keluar dari mulut adiknya, hatinya masih tidak terima walaupun kejadian itu sudah lama.

"Enggak" ucap Jingga sambil mengelus pucuk rambut Nara.

"Kalau bisa mereka jangan sampai tau yah bang" timpal Nara.

"Iya, terus gimana dia sekarang?" tanya Jingga.

"Dia siapa?" tanya Nara bingung.

"Fariz"

"Ohh, gak gimana gimana kok"

"Apa dia nyakitin lagi?" tanya Jingga.

"Enggak"

"Atau dia gangguin kamu"

"Enggak bang Jingga"

"Serius?" tanya Jingga tidak percaya.

"Bang dia itu sekelas sama aku, yaa dominan kalo sekolah aku bakal ketemu terus sama dia. Mau ngelak bagaimana pun aku bakal terus ketemu. Terkecuali jika aku pergi nanti, dia gak bakal ketemu aku lagi deh hehe, dia cuman pernah dua kali nyegat aku pul-"

"Tuhh katanya dia gak gangguin lo" potong Jingga kesal.

"Iya dengerin dulu jangan dipotong" tukas Nara dengan nada kesal.

"Iya iya"

"Dia cuman pernah nyegat aku saat mau pulang sekolah, untuk pertama aku berhasil kabur dari dia. Dan untuk kedua dia ngajak balikan, dia minta aku buat ngasih dia kesempatan kedua" jelas Nara panjang.

"Terus kamu terima?" tanya Jingga dengan menatap lekat mata Nara.

"Ya enggak lah. Sekalinya manusia melakukan hal buruk, mau berubah sebagai manapun hal buruk itu akan ia lakukan kembali. Aku ngobrol sama dia gak lama, karena kak Devan keburu datang. Dia nunggu aku diluar kelas, untuk ngajak aku pulang bareng" jelas Nara lagi.

"Untung ada Devan" timpal Jingga.

"Kenapa?"

"Gue lebih percaya sama dia, buat lindungin lo dari pada Fariz" tukas Jingga.

"Maksudnya? Aku juga gak ngerti sama ucapan bang Jingga waktu di UKS" ucap  Nara dengan bingung.

Jingga terkekeh melihat adiknya ini. Sesekali ia mengacak pucuk rambut Nara.

"Nanti lo bakal tau siapa yang benar-benar serius ingin milikin lo"

••••

Anara[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang